ASMAUL HUSNA

ASMAUL HUSNA

A.  Pengertian Asmaul Husna
Kata (الأسماء) al-asma adalah bentuk jamak dari kata (الإسم) al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata (السمو) as-sumuw yang berarti ketinggian, atau (السمة) as-simah yang berarti tanda. Memang nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.
Apakah nama sama dengan yang dinamai atau tidak, di sini diuraikan perbedaan pendapat ulama yang berkepanjangan, melelahkan dan menyita energy itu. Namun yang jelas bahwa Allah memiliki apa yang dinamai-Nya sendiri dengan al-asma dan bahwa al-asma itu bersifat husna.
Kata (الحسن) al-husna adalah bentuk muannast/feminim dari kata (احسن) ahsanyang berarti terbaik. Penyifatan nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini, menunjukkan bahwa nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini, menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja, tetapi juga yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya, yang dapat disandang-Nya atau baik hanya untuk selain-Nya saja, tapi tidak baik untuk-Nya. Sifat Pengasih – misalnya – adalah baik. Ia dapat disandang oleh makhluk/manusia, tetapi karena asma al-husna (nama-nama yang terbaik) hanya milik Allah, maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih makhluk, baik dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Di sisi lain sifat pemberani, merupakan sifat yang baik disandang oleh manusia, namun sifat ini tidak wajar disandang Allah, karena keberanian mengandung kaitan dalam substansinya dengan jasmani dan mental, sehingga tidak mungkin disandangkan kepada-Nya. Ini berbda dengan sifat kasih, pemurah, adil dan sebagainya. Contoh lain adalah anak cucu. Kesempurnaan manusia adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi sifat kesempurnaan manusia ini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini mengakibatkan adanya unsur kesamaan Tuhan dengan yang lain, di samping menunnjukkan kebutuhan, sedang hal tersebut mustahil bagi-Nya.
Dalil tentang Asmaul Husna:
Artinya:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan”. (QS. Al-‘Araf: 180).

B.  Bukti Kebenaran Sifat Allah
Kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu dan faham akan nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalam Asma’ u al-Husna. Dan nama-nama Allah ‘Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar pengertian atau wacana agama Islam itu sendiri melainkan itu memang gambaran dari sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa dengan Asma’ u al-Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan Keagungan dan Kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak berakal.
Adapun di sini akan dijelaskan mengenai  5 bukti dari sekian banyak bukti dari nama Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu Al-‘Adlu (Maha Adil). Dan bukti-bukti tersebut juga menguatkan akan kebenaran agama Islam sebagai agama Rahmatan li al-‘Alamin yang dibawa oleh nabi yang bergelar al-Amin. Dan 5 bukti tersebut adalah :
(Pertama). Adalah dalam hal niat yang merupakan penentu dari arah amalan-amalan yang kita perbuat karena niat tersebut berfungsi sebagai lentera atau cahaya yang akan menuntun dan menerangi perjalanan seorang hamba dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Jika lentera tersebut memancar dengan terang, maka menjadi teranglah perjalanannya dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Sebaliknya, jika cahaya lentera tersebut redup, maka menjadi redup pulalah jalan yang akan dilalui oleh seorang hamba untuk bisa bertemu dengan Allah Jalla Yang Maha Pencipta dan Maha Mengadakan lagi Maha Pembentuk. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah saw : “Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu).
(Kedua). Adalah dalam hal perbuatan yang tentunya tidak terlepas dari catatan Allah ‘Azza wa Jalla lewat dua malaikat-Nya (Rakib – ‘Atid) yang senantiasa menemani kita di setiap langkah kita, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Lalu dari segi manakah kiranya bukti akan sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang Maha Adil ? Coba kita perhatikan dengan seksama firman Allah ‘Azza wa Jalla dan hadist Rasulullah berikut ini :“Barang siapa berbuat kebaikan mendapat sepuluh kali lipat amalnya.. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). (al-An’am: 160).
(Ketiga). Adalah dalam hal keutamaan kaum hawa dalam berbakti kepada suaminya yang merupakan kewajiban sebagai seorang istri, sebagaimana sabda Rasulullah saw :“perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami.” (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)
Jadi berikut adalah bentuk keadilan Allah terhadap kaum wanita yang mungkin tidak dapat melakukan sebagian pekerjaan mulia yang dapat dikerjakan oleh kaum lelaki, tetapi dengan wujud keadilah Allah Yang Maha Adil kaum wanita memiliki porsi pahala yang sama besarnya dengan kaum lelaki meskipun dengan amalan-amalan yang berbeda seperti amalan-amalan yang telah Rasulullah saw wasiatkan kepada putrinya Fathimah az-Zahra dan seluruh kaum wanita diwaktu itu dan sesudahnya. Bukti lain adalah ketika para mujahid berjihad melawan musuh dan gugur, maka dia mati syahid. Begitu pula dengan perempuan yang berjihad melahirkan anaknya yang rasanya seperti antara hidup dan mati kemudian dia meninggal seketika itu atau setelah ia melahirkan makan dia bisa dikatakan mati syahid tanpa harus terjun ke medan perang. Wallahu A’lam.
(Keempat). Adalah dalam hal warisan yang memberikan porsi lebih banyak kepada lelaki daripada perempuan yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan sebagaiman firman Allah SWT: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempua…..”(an-Nisa’ : 11).
Bukti akan kebenaran sifat Allah SWT Yang Maha Adil di sini adalah bahwasanya Allah SWT melebihkan bagian lelaki atas wanita dalam hal warisan, karena kenyataannya lelakilah yang oleh syari’at dibebankan tanggung jawab untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari kewajiban tersebut meskipun perempuan boleh saja ikut mencari nafkah. Para laki-laki juga diwajibkan oleh ajaran Islam untuk mengeluarkan mas kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai cerminan cinta kasih sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani apa-apa.
(Kelima). Selanjutnya adalah mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Bulan, dimana Al-Qur`an diturunkan, bulan yang penuh berkah dengan pelipat gandaan pahala sebuah amalan, bulan yang penuh pengampunan. Bulan, dimana pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat,  dan bulan di mana para syaitan dibelenggu dari menggoda manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Jika Bulan Ramadhan telah tiba, maka (pintu) surga dibuka lebar-lebar, (pintu) neraka ditutup rapat-rapat, dan para syetan dibelenggu.”(HR. Muslim )
Dan bukti yang menunjukkan Allah Maha Adil di sini adalah mengenai pelipat gandaan pahala sebuah amalan terutama pada malam Lailatul Qadar, yaitu satu malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang terlampira dalam al-Qur’an: “ Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.#  Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?#  Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.# Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.#  Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (al-Qadr : 1-5).

Dan ke-99 Asmaul Husna tersebut, yaitu:
01. Ar-Rahman -Yang Maha Pemurah
02. Ar-Rahim -Yang Maha Mengasihi
03. Al-Malik -Yang Maha Menguasai
04. Al-Quddus -Yang Maha Suci
05. Al- Sallam -Yang Maha Selamat Sejahtera
06. Al-Mu'min -Yang Maha Melimpahkan Keamanan
07. Al-Muhaimin -Yang Maha Pengawal serta Pengawas
08. Al-Aziz -Yang Maha Berkuasa
09. Al-Jabbar -Yang Maha Kuat
10. Al-Mutakabir -Yang Melengkapi Segala Ke Besarannya
11. Al-Khaliq -Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari -Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir -Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar -Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar -Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab -Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq -Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah -Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim -Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh -Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit -Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh -Yang Maha Perendah (Pengurang)
23. Ar-Rafi' -Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz -Yang Maha Mengasihi dan menghormati (Memuliakan)
25. Al-Muzill -Yang Maha Menghina
26. As-Sami' -Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir -Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam -Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl -Yang Maha 'Adil
30. Al-Latif -Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir -Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim -Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim -Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur -Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur -Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy -Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir -Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz -Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit -Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib -Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil -Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim -Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib -Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib -Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' -Yang Maha Luas
46. Al-Hakim -Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud -Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid -Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith -Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid -Yang Maha Menyaksi
51. Al-Haqq -Yang Maha Benar
52. Al-Wakil -Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy -Yang Maha Kuat
54. Al-Matin -Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy -Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid -Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi -Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi -Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id -Yang Maha Mengembali serta Memulihkan
60. Al-Muhyi -Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit -Yang Mematikan
62. Al-Hayy -Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum -Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid -Yang Maha Penemu
65. Al-Majid -Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid -Yang Maha Esa
67. Al-Ahad -Yang Tunggal
68. As-Samad -Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir -Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir -Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim -Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir -Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal -Yang Pertama
74. Al-Akhir -Yang Akhir
75. Az-Zahir -Yang Zahir
76. Al-Batin -Yang Batin
77. Al-Wali -Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali -Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr -Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab -Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim -Yang Menghukum (mereka yang bersalah)
82. Al-'Afuw -Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf -Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk -Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram -Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit -Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' -Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy -Yang Maha Kaya serta Serba Lengkap
89. Al-Mughni -Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' -Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr -Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' -Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur -Yang bercahaya
94. Al-Hadi -Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' -Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi -Yang Maha Kekal
97. Al-Warith -Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid -Yang Memimpin (Ke arah Kebenaran)
99. As-Sabur -Yang Maha Penyabar

Selain dari Asma’ul Husna, ada pula yang dinamaka “ISMUL ‘AZHAM” (Nama Allah yang teragung), yang oleh Rasulullah dijelaskan, siapa saja yang berdoa dengan itu, doanya diperkenankan oleh Allah swt. Ada beberapa pendapat Ulama tentang Ismul ‘Azham dimaksud:
a.      Ismaul ‘Azham adalah suatu nama yang diberikan Allah kepada seseorang diantaranya kepada orang lain. Hal itu adalah suatu rahasia yang tersembunyi antara lain. Hal itu adalah suatu rahasia yang tersembunyi antara seorang hamba dengan Allah swt.
b.     Ismul ‘Azham itu bukan hanya satu, tetapi untuk setiap orang yang telah diberikannyaNya adalah berbeda-beda, dan untuk setiap orang yang mendapat itu adalah dengan pribadinya sendiri.
c.      Ismul ‘Azham tidak berupa suatu nama yang bisa diucapkan dengan lisan atau tulisan, tetapi adalah hakikat dari suatu nama Allah, yang ada pada hamba tanpa disadarinya. (misalnya seseorang yang memiliki sifat/watak KASIH/SAYANG dan berwujud dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari, lalu pada suatu saat dia memohon kepada Allah dengan menyebutkan “Ya Allah/Ya Rahman/Ya Rahim… kemudian doanya pun diperkenankan oleh Allah swt.

C.    Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.















.