Aku bergoncang tak tenang saat tidak bertemu kertas putih polos yang tak berbintik satupun. Ya, ia adalah …, meski aku baru bertemu dia dua malam yang lalu. Aku seakan ingin segera menumpahkan tintaku yang indah melalui sebuah kalimat-kalimat yang indah. Saat ia datang, maka aku bergairah tak karuan. Aku menari bebas bak tak punya beban. Bahkan Aku berteriak dengan tinta lembutku: “Aku ingin kau selalu disini bersamaku, akan kurajut huruf demi huruf untuk pribadimu, bila waktu dan jarak yang memisahkan tali kita. Aku akan berjuang untuk terus berdansa diatas lembaranmu. Aku tak mau yang lain. Karena engkau sudah memberikanku kehangatan dalam kegalauanku, engkau hadir dalam kesendirianku. Terimakasih untuk itu.”
Tapi mengapa saat aku memohon agar kau disini untuk beberapa detik saja, engkau menolak dengan gerak-gerikmu: “Im sorry, I can’t” Ada apa ? tentu saja aku tidak marah, hanya sedikit kesal saja. Lalu engkau diterpa angin sehingga buatmu semakin menjauh dariku, aku mencoba mengejarmu dilembaran-lembaran yang beterbangan kian kemari. Aduh !! lagi-lagi angin menggagalkan harapanku. Aku kecewa saat itu. Ditambah ada sesuatu yang hilang dari diriku. Leherku seperti terjepit oleh benda yang keras, di bagian kiri, dibagian kanan, dan yang paling parah bagian depan. Aku jadi ngga bisa keluarkan tintaku. Teriakku seperti didalam hutan yang tak berpenghuni, aku merasa seperti anjing kehilangan pemiliknya. Sakit !!
Lihat malam ini aku tak bergairah seperti malam kemarin, tak ada coretan disatu kertaspun, meski banyak yang mencoba menawarkan senyuman padaku. Itu tak dapat mempengaruhiku, karena kau hanya yang istimewa.Mungkinkah aku yang harus mengejarmu nun jauh disana? Pasti, aku harus bisa!!