MODEL KONSELING BEHAVIOR


BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang

Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Pada tahun 1938, BF Skinner mempublikaskan apa yang disebut sebagai hasil karya yang paling dibicarakan dan berpengaruh pada masa itu yaitu ” The Behaviour of Organism ”. Seperti Watson, pendahulunya Skinner adalah seorang behavioris yang ketat. Dia percaya kalau psikologi menjadi rujukan bagi kondisi – kondisi mental yang tidak bisa diketahui secara umum ( seperti tujuan, hasrat atau kehendak) meskipun begitu, psikologi harus membatasi dirinya hanya mempelajari tingkah laku yang tampak ( bisa diamati ). Dan seperti Watson juga, Skinner merupakan seorang environmentalis. Meskipun dia mengakui kalau organisme masuk kedalam dunia dengan anugerah genetik tertentu, dia lebih peduli kepada cara lingkungan mengontroltingkahlaku.
            Namun berbeda dari Watson, model utama pengondisian Skinner bukan Pavlonian. Respon – respons yang dipelajari Pavlov, kata Skinner, paling baik jika dianggap sebagai responden saja. Ini adalah respons – respons yang secara otomatis ’diperoleh’ lewat stimuli yang sudah dikenal. Contohnya, pencernaan makanan secara otomatis memunculkan air liur, dan suara bising otomatis memunculkan respons terkejut. Kebanyakan responden mungkin hanya refleks – reflekssederhanasaja.
            Justru tingkat tingkah laku kedua yang paling menarik bagi Skinner, disebutnya operan. Di dalam tingkah laku operan, hewan tidak terkekang di dalam kurungan, seperti anjing – anjingnya Pavlov, melainkan bergerak bebas dan ‘ beroperasi ‘ di lingkunganya. Contohnya, di dalam eksperimen – eksperimen awal yang dilakukan Thorndike ( 1905 ), kucing di dalam kotak puzzle akan mengendus – endus, mencakar – cakar dan melompat sampai mereka memukul respons yang memampukan mereka mendapatkan makanan – ada sisi kotak yang memiliki tombol. Respons yang berhasil lebih berkecenderungan untuk diulangi lagi. Di dalam kasus – kasus yang demikian, kita tidak selalu dapat mengidentifikasikan stimulus awal mana yang memunculkan respons. Malah hewan sebenarnya memancarkan respon terlebih dahulu, yang beberapa diantaranya bisa diamati di masa depan karena menghasilkan konsekuensi yang menyenangkan. Jadi bagi Skinner, tingkah laku dikontrol oleh penguatan Stimuli yangmengikutinya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah konsep-konsep utama dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner?
2.      Bagaimanakah proses terapeutik dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F.Skinner?
3.      Apa sajakah teknik-teknik dan prosedur terapeutik dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep-konsep utama dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner.
2.      Untuk mengetahui proses terapeutik dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner.
3.      Untuk mengetahui teknik-teknik dan prosedur terapeutik dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F.Skinner.

1.4  Manfaat Penulisan
1.      Memberi pemahaman yang lebih dalam terkait dengan Teori Behaviorisme (Model Pengondisian Operan) oleh B.F Skinner.
2.      Memberi masukan bagi mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah terkait.
3.      Sebagai acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.



BAB II
Pembahasan
2.1 Konsep-konsep Utama
2.1.1. Pandangan tentang sifat manusia
            Behaviorisme adalah suatu pandangan imiah tenang tingkah laku manusia. Dali dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyikapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang diamati.
            Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasrnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
2.1.2. Ciri-ciri Unik Terapi Tingkah laku
            Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh : (1) pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik; (2) kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment; (3) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah; dan (4) penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.
            Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
2.1.3. Pengondisian Operan (Operant Conditioning)
            Pengondisian operan, satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya ( yang diharapkan ) pada saat tingkah laku itu muncul. Pengondisian operan ini dikenal juga dengan sebutan pengondisian instrumental karena mmeperlihatkan bahwa tingkah laku intrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan untuk tingkah laku tersebut. Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengondisian operan, yang telah mengembangkan prinsip-prinsip perkuatan yang digunakan pada upaya memperoleh pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengondisian operan, pemberian perkuatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian perkuatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjaran.
2.2 Proses Terapeutik
2.2.1. Tujuan-tujuan Teraupeutik
            Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dapat dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Selanjutnya, tujuan-tujuan yang luas dan umum itu tidak dapat diterima oleh para terapis tingkah laku. Contohnya, seorang konseli mendatangi konselor dengan tujuan mengaktualkan diri. Tujuan umum semacam itu perlu diterjemahkan ke dalam perubahan tingkah laku yang spesifik yang diinginkan konseli serta dianalisis ke dalam tindakan-tindakan spesifik yang diharapkan oleh konseli sehingga baik konselor maupun konseli mampu menaksir secara lebih kongkret kemana dan bagaimana mereka bergerak. Misalnya, tujuan mengaktualkan diri bisa dipecah ke dalam beberapa subtujuan yang lebih kongkret sebagai berikut: (1) membantu konseli untuk menjadi lebih asertif dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan hasrat-hasratnya dalam situasi-situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif, (2) membantu konseli dalam menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak realistis yang menghambat dirinya dari keterlibatan dalam peristiwa-peristiwa sosial, dan (3) konflik batin yang menghambat konseli dari pembuatan putusan-putusan yang penting bagi kehidupannya.
2.2.2. Fungsi dan Peran Konselor
            Konselor tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment (konseling), yakni konselor menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah-masalah para konselinya. Konselor tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menetukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah kepada tingkah laku yang baru dan adjustive. Apapun yang dilakukannya, konselor pada dasarnya terlibat dalam pemberian perkuatan-perkuatan sosial baik yang positif maupun yang negatif. Bahkan meskipun mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang netral sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan nilai, konselor membentuk tingkah laku konseli, baik melalui cara-cara langsung maupun melalui cara-cara tidak langsung.  
2.3 Teknik-teknik dan Prosedur Terapeutik
            Banyak teknik dan prosedur modifikasi tingkah laku yang berasal dari model pengondisian operan. Contoh-contoh prosedur yang spesifik yang berasal dari pengondisian operan adalah perkuatan positif, penghapusan, hukuman, pencontohan, dan penggunaan token economy. Selanjutnya teknik-teknik teraupeutik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a)      Perkuatan Positif
            Penguatan adalah setiap konsekuensi dari tingkah laku yang memiliki dampak memperkuat atau mengokohkan tingkah laku. Prinsip dasarnya adalah penguatan harus bersifat segera. Selanjutnya, perkuatan positif merpakan pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan, tidur dan istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosial memiliki nilai karena berasosiasi dengan pemerkuat-pemerkuat primer. Contoh-contoh pemerkuat sekunder yang bisa menjadi alat yang ampuh untuk mmbentuk tingkah laku yang diharapkan anatara lain adalah senyuman, persetujuan, pujian, bintang-bintang emas, medali, atau tanda penghargaan, uang, dan hadiah-hadiah. Penerapan pemberian perkuatan positif pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang diharapkan,penemuan tebtang apa agen yang memperkuat bagi individu, dan penggunaan perkuatan positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan.
b)      Penghapusan
            Apabila suatu respon terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respon tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermitten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemebrian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian  sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.
Konselor, guru, dan orang tua yang menggunakan penghapusan sebagai teknik utama dalam menghapus tingkah laku yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa tingkah laku yang tidak diinginkan itu pada mulanya bisa menjadi lebih buruk sebelum akhirnya terhapus atau terkurangi. Contohnya, seorang anak yang telah belajar bahwa dia dengan mengomel biasanya memperoleh apa yang diinginkan, mungkin akan memperhebat omelannya ketika permintaanya tidak segera dipenuhi. Jadi, kesabaran menghadapi periode peralihan amat diperlukan.
c)      Hukuman
     Hukuman adalah penarikan penguat positif atau penambahan penguat negatif, contoh : tidak lagi memberikan ijin menonton televisi (penarikan penguat positif) dan mengurung anak di kamar (penambahan penguat negatif). Menurut Skinner hukuman bukanlah lawan dari penguatan. Penggunaan hukuman menimbulkanakibatsampinganseperti:
1.Hukuman hanya sementara saja menghapuskan tingkah laku
2.Predisposisi emosi, biasanya disebut perasaan bersalah atau malu yang mungkindikondisikanmelaluihukuman.
3.Hukuman menimbulkan rasa takut, kemarahan dan penghindaran. Contoh : seorang anak mungkin akan pura-pura sakit untuk menghindar pergi ke sekolah karenaadatesyangharusditempuhnya.
4.Ketika siswa dihukum mungkin mereka akan menjadi marah dan cemas sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada tugas mereka selama beberapa waktusetelahhukumandiberikan.
            Kelemahan hukuman yang utama adalah bahwa kontingensi (sifat sementara) dalam hukuman itu bersifat merusak Artinya, hukuman itu tidak menimbulkan tingkah laku positif. Karena itu yang disarankan ialah menguatkan tingkah laku yang patut, bukannya menghukum tingkah laku yang tidak patut.
d)     Pencontohan
            Dalam pencontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Bandura (1969) menyatakan bahwa segenap belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti, dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
e)      Token Economy
Token ekonomy adalah sistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah prilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan. Contoh seperti pada lembar bukti prestasi. Siswa mendapatkan bukti dalam bentuk rewads atau hadiah daripekerjaan yang dapat ditunjukannya. (Jason, 2009 ; 35).
            Token Economy merupakakan sistem perlakuan pemberian penghargaan kepada siswa yang diwujudkan secara visual. Token Economy adalah usaha mengembangkan prilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui penggunaan penghargaan. Setiap individu mendapat penghargaan setelah menunjukan prilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpul selanjutnya setelah hadiah terkumpul ditukar dengan penghargaan yang bermakna. (Joson, 2009 ; 66).
            Menurut Wallin (1991), Token Economy yang diberikan kepada siswa merupakan dukungan sekunder untuk memperkuat suasana belajar supaya lebih kondusif. Oleh karena itu, penghargaan harus menjadi rangsangan yang netral atau tidak berpihak. Siswa berkompetisi untuk memperolehnya dengan cara mengumpulkan token sebanyak-banyaknya dalam proses kegiatan belajar mengajar.
            Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa Token economy adalahsistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah prilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan, dengan cara subyek mendapat penghargaan setelah menunjukan prilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpul selanjutnya setelah hadiah terkumpul ditukar dengan penghargaan yang bermakna.

- Tujuan Token Economy
            Bukti Token Economy dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pendidikan dalam membangun perilaku siswa. Penggunaan sistem time token ekonomi memiliki tujuan :
a. Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui penghargaan yang kongkrit atau visual sehingga tingkat kesenangan siswa melakukan sesuatu prestasi benar-benar tampak.


b. Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Belajar
yang efektif adalah yang menggunakan waktu yang pendek dengan hasil yang terbaik dan terbanyak. Siswa harus menyadari berapa lama mereka telah belajar dan berapa banyak waktu yang telah mereka gunakan secara efektif untuk melaksanakan aktivitas belajar.
c. Berkurangnya kebosanan – Suasana belajar yang kolaboratif, rivalitas, kompetitif yang diberi penguatan oleh pendidik dapat meningkatkan menurunkan tingkat di kebosanan siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam jangka waktu yang yang lama.
d. Meningkatnya daya respon – Suasana belajar yang kompetitif akan meningkatkan kecepatan siswa meberikan respon. Setiap respon yang sesuai dengan tujuan akan segera mendapat penguatan sehingga suasana belajar menjadi cair, komunikatif dan lebih menyengkan.
e. Berkembangnya penguatan yang lebih alami, – melalui pemberian penguatan yang tepat waktu akan dan disesuaikan dengan tingkat prestasi setiap siswa atau setiap kelompok siswa memungkinkan
f. Meningkatnya penguatan untuk sehingga motivasi belajar berkembang – setiap siswa atau setiap kelompok siswa dalam kelas selalu dalam keadaan terpacu untuk mewujudkan dan daya pacu ini akan semakin berkembang jika siswa juga mendapat layanan untuk mengabadikan daya kompetisinya seperti dengan dukungan rekaman video.

- Komponen Token Economy

            Sebelum kegiatan belajar dilaksanakan pendidik menyiapkan beberapa
komponen yang dibutuhkan, di antaranya:
a. Token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang mainan. Token sendiri tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun setelah siswa mengoleksinya setelah menunjukan prilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan token itu dengan sesuatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu rentang waktu tertentu guru harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk siswa. Yang paling mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga lain yang dapat sekolah biayai.
b. Definisi target prilaku jelas. Hal itu berarti guru maupun siswa perlu memahami dengan baik prilaku yang diharapkan. Siswa memahami benar prilaku seperti apa yang harus ditunjukannya sebagai hasil belajar. Penjelasan harus singkat namun cukup sebagai dasar pemahaman siswa mengenai hadiah yang dapat diperlehnya setelah menunjukan prestasi.
c. Dukungan penguatan (reinforcers) dengan barang yang berharga. Dukungan itu dapat dalam bentuk barang berharga, hak istimewa, atau aktivitas individu yang dapat ditukar dengan makanan, perangkat permainan, waktu ekstra.
d. Sistem penukaran token atau simbol. Sukses penyelenggaraan token ekonomi sangat bergantung pada sukses dalam memberikan penguatan yang dapat ditukarkan dengan nilai yang sebanding dengan prestasi yang dicapai.
e. Sistem dokumentasi atau perekaman data. Pemberian penghargaan yang tepat sangat bergantung pada ketepatan menghimpun data. Oleh karena itu alat perekam dapat membantu meningkatkan proses ini sehingga informasi dari proses pembelajaran dapat dikelola dengan tingkat akurasi yang tinggi.
f. Konsistensi dalam implementasi, untuk menjunjung konsistensi itu sebaiknya terdapat panduan teknis yang tertulis sebagai pegangan pelaksanaan tugas sehingga apa yang direncanakan itulah yang dilaksanakan.

-Langkah-langakah pelaksanaan Token Economy
            Mengacu pada pemikiran Robinson T.J. Newby dan S.L. Ganzell, (1981)
merumusakan bahwa langkah utama dalam pelaksanaan sistem token ekonomi dapat dikembangkan sebagai berikut :
a.   Menentukan target prilaku atau kompetensi yang dapat siswa tunjukan.
Guru memilih masalah penting sebagai target. Definisikan dengan jelas, harus dalam bentuk penyataan positif, dan harus dalam prilaku hasil belajar yang dikembangkan dalam bimbingan pembelajaran dalam kelas.


b. Menentukan motode bagaimana langkah-langkah untuk memperoleh penghargaan dan nilai dari setiap penghargaan. Barkley (1990) memberi contoh untuk anak-anak umur 4-7 thaun menggunakan guntingan kartu berbentuk bintang, model perangko atau stiker. Setiap perangkat penghargaan diletakan siswa di atas meja belajarnya dalam kelas.
c. Identifikasi nilai atraktif penghargaan. Mengembangkan penghargaan sebagai sesuatu yang berarti, praktis dan atraktif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal penting yang dapat meningkatkan makna adalah keterlibatan siswa dalam proses memilih dan menyusun jenis dan nilai penghargaan. Dalam hal ini siswa dapat memperoleh kebebasan menentukan waktu.
d. Menentukan Tujuan, jumlah token yang dapat diperoleh serta nilai yang diperoleh untuk setiap penghargaan yang diperoleh.
Implementasi kegiatan ini memerlukan langkah lanjut :
a. Penjelasan Program Kepada Siswa. Penjelasan mengenai program harus jelas. Siswa harus memahami aturan main sebelum belajar dimualai agar mereka dapat memanfaatkan waktu belajar secara optimal. Sejumlah penghargaan kepada siswa diberikan di antaranya karena ketepatan dan kecepatan menunjukan prilaku positif yang diharapkan.
b. Guru memberikan masukan. Guru harus menentukan kapan hadiah akan didistribusikan, dengan ketentuan seperti apa, dan bagaimana siswa dapat memperoleh penghargaan, tata tertib seperti bagaimana? Pemberian penghargaan dapat guru lakukan tidak hanya sebatas dalam kurun waktu satu dua jam pelajaran, namun dapat pula menggunakan waktu berharihari, berminggu-minggu atau dalam satu semester sepanjang guru dapat memelihara kondisi tingkat revalitas, persaingan dan daya kolaborasi dapat terus dikobarkan sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
c. Guru pengatur penghargaan. Guru memberikan penghargaan dengan memperhatikan tercapainya tujuan pembelajaran. Kejuaraan diperoleh dari pengumpul hadiah terbanyak. Hal itu berarti menjadi siswa yang berlajar paling efektif sehingga mencapai prilaku yang diharapkan. Jika siswa berhasil dalam satu hari dan ia tidak mendapatkan di waktu lain adalah sesuatu yang biasa.

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
            Behaviorisme adalah suatu pandangan imiah tenang tingkah laku manusia. Selanjutnya, terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh : (1) pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik; (2) kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment; (3) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah; dan (4) penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi. Di samping itu pula dalam terapi tingkah laku dikenal dengan model pengondisian operan. Pengondisian operan tersebut adalah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya ( yang diharapkan ) pada saat tingkah laku itu muncul. Adapun tujuan-tujuan teraupetik dari Behaviorisme adalah tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Selain ada tujuan-tujuan dari terapeutik ada juga fungsi dan peran konselor dalam konseling yakni konselor tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment (konseling), yakni konselor menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah-masalah para konselinya. Oleh karena itu untuk melaksanakan proses konseling tingkah laku konselor menggunakan beberapa teknik dan prosedur-prosedur terapeutik adalah sbb : perkuatan positif, pencontohan, hukuman, penghapusan dan menggunakan token economy.
3.2 Saran
            Kami menyarankan kepada para konselor hendaknya lebih meningkatkan tingkat penguasaannya terhadap teori-teori konseling yang ada, teknik-teknik dan prosedur terapeutik yang biasanya digunakan dalam konseling, khususnya teori behaviorisme dan teknik-teknik serta prosedur terapeutiknya dengan model yang sesuai dengan teori konseling yang akan digunakan sehingga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien.













.