Islam adalah agama moral kolektif, tetapi didalamnya tidak banyak hal yang berbicara khusus tentang politik, artinya sumber – sumber utama islam jarang berbicara tentang cara membentuk negara,[1] menjelaskan pemerintahan, dan mengelola organisasi, jika penguasa negara – negara islam hihstoris juga menjadi pemimpin spiritual komunitasnya, ini bukanlah karena islam mensyaratkan imam (pemimpin religius) harus juga penguasa politik, tetapi karena sebaliknya islam tersebar di wilayah – wilayah yang didalamnya cara – cara produksi cenderung mengandalkan control dan negara selalu memainkan peran ekonomi dan sosial sangat penting.
Makalah ini di susun oleh: SYAHRIN
Pendahuluan
B. BIOGRAFI HUSAIN HAEKAL | AL-MAUDUDI | IMAM KHUMAINI |
1. Muhammad Husain Haekal Muhammad Husain Haikal dilahirkan pada tanggal 30 agustus 1888 di desa Kofr Ghanam, wilayah Distrik Sinbillawain, propinsi Daqahlia yang terletak di Delto Nil, sekitar 140 KM dari Kairo ibukota Mesir. Pendidikan Haikal mulai di Kuttab (semacam TPA). Setelah itu di Kairo masuk sekolah dasar milik pemerintah di Distrik al-jamaliyah dan selesai pada tahun 1901. kemudian sekolah menengahnya di al-khedewiyyah dan lulus 1905.[2] Haikal melanjutkan studinya disekolah tinggi hukum kairo pada 1905. dimasa inilah haikal mulai mempelajri buku – buku yang di tulis oleh tokoh pembaharu dalam islam seperti buku Muhammad Abduh, Rasyd Ridho dan Qasim Amin. Setelah mempelajari buku tersebut, ia menyadar pentingnya kebebasan berfikir dan perlunya ijtihad. Ketika tingkat II ia bergabung dengan harian al-jaridah dan mengadakan diskusi – diskusi yang diadakan kelompok al-jaridah pimpinan luthfi al-sayyid, sehingga keterkaitannya dengan dunia politik semakin kuat. Kemudian melanjutkan ke Paris dan pada tahun 1912 meraih gelar doctor dari Sorbonne dalam ilmu hukum. 2. Abul A`la al-Maududi Abul a`la al-maududi dilahirkan pada tanggal 3 rajab 1321 H = 25 september 1903 M di Anrangabad, suatu kota terkenal di kesultanan Hyderabad (Deccan), sekarang ini Andra Prades di India. Abul A`la mengambil nama keluarga Khawajah Qudbuddin Maudud (w,527 H) seorang syekh terkenal dari tarekat chusthi.[3] Pendidikan awalnya dari ayahnya di rumah, dilanjutkan di madrasah Fauqaniah, yaitu suatu sekolah yang menggabungkan pendidikan modern barat dengan islam tradisional. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi Darul Ulum di Hyderabad. Al-maududi seorang jurnalis dan pernah menjadi editor surat kabar taj yang diterbitkan Madya Prades, India. Pada akhir 1920 ia memimpin surat kabar muslim (1921-1923) dan kemudian Al-jami`iyyat (1925-1928), menjadi surat kabar terkemuka umat muslim di India.[4] Pada tahun 1933 secara intensif ia mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk riset dan menulis pendapat – pendapatnya tentang berbagai masalah serta memulai menerbitkan majalah bulanan tarjuman al-quran yang menjadi sarana penyalur gagasan – gagasannya. Sehingga dapat membangkitkan kembali semangat kaum elit terpelajar India. Ia berbicara tentang isu – isu politik dan cultural yang menonjol, yang dihadapi umat muslim India. Al-maududi sepanjang hayatnya telah mengabdikan hidupnya untuk agama dan umat islam dunia. Selama hidupnya berkisar 60 tahun,[5] tidak pernah pensiun dari kegiatan – kegiatannya untuk menawarkan islam sebagai alternative bagi umat modern yang di rundung kebingungan ideologis, falsafi dan sosial politik. 3. Imam Khumeini Ayatullah ruhullah khumeini lahir di Khomein pada 24 oktober 1902. Khomeini merupakan dusun yang berada di Iran tengah. Ia adalah keluarga Sayyid Musawi, keturunan nabi melalui jalur imam Musa al-Kazhim. Mereka berasal dari Neisyabur, Iran timur laut. Pada awal abad ke 18, keluarga ini berangkat ke India, dan bermukim di kota kecil Kintur didekat Lucknow dikerajaan Qudh.[6] Sejak kecil ia sudah belajar bahasa arab, syair Persia dan kaligrafi di sekolah negeri dan maktab. Kemudian pindah ke qum dan belajar retorika, syair dan tata bahasa, dan menyelesaikan studi fiqh dan ushul dari ayatollah alio yasrebi. Pada awal tahun 1930-an, dia menjadi mujtahid dan menerima ijazah untuk menyampaikan hadist dari empat guru terkemuka, yaitu syekh muhsin amin ameli, dari libanon, abbas qummi, abu qasim dekhordi isfahami dan Muhammad reza masjid syahi, yang datang ke qum pada tahun 1925 karena protes menentang kebijakan syah reza yang anti islam. Imam khumaini wafat pada tanggal 3 juni 1989 dengan memberikan suatu keyakinan kepada kaum muslimin di seluruh dunia bahwa ajaran islam merupakan ajaran yang mampu menuntun manusia menuju kebenaran. |
C. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN HAIKAL AL-MAUDUDI DAN KHUMAINI |
Ada asumsi bahwa setiap pemikir merupakan produk zamannya. Artinya, gagasan – gagasan yang dikemukakan oleh seorang pemikir pada dasarnya adalah hasil intraksi antara si pemikir dan lingkungan sosio-historis yang mengitarinya. Berdasarkan asumsi tersebut, dalam rangka menguak gagasan – gagasan dan pemikiran ketiga tokoh tersebut diatas penulis berupaya mengungkap sekelumit tentang lingkungan sosio-historis yang melingkungi kehidupan mereka. 1. husain haikal Abad modern mesir sejak pemerintahan Muhammad ali (1805-1848), panglima yang dikirim oleh sultan turki, salim (1789-1807) untuk kekuatan perancis pimpinan napoleon yang melakukan ekspedisidi daerah tersebut (1798-1801). Sejak napoleon di mesir, inggris menaruh perhatian besar di mesir dengan cara ikut campur tangan dalam soal-soal pemerintahan, dengan dalih untuk membela kepentingannya di mesir, dan mendudukinya sejak 1882, sejak itu mesir kehilangan kemerdekaannya. Sejak wafatnya Muhammad ali (1848), pemimpin silih berganti dengan raja-raja yang berkuasa secara absolute. Kelompok raja-raja bergelimangan dengan harta dan hak istimewa dengan penjilat-penjilatnya, bebas pajak, hak monopoli dalam perdagangan dan industri.[7] Mereka memperlakukan petani sebagai budak. Secara umum kondisi sosial bangsa mesir sangat memperihatinkan baik di bidang pendidikan, perekonomian dan politik. Ini terjadi karena pemerintahan yang absolute dan despotis, serta masuknya kolonil. Kondisi ini melahirkan ide kemerdekaan dan kebebasan dikalangan tokoh-tokoh pembaharu seperti abduh, Mustafa kamil dan luthfy al-sayyid. Untuk memperbaiki kondisi diatas, haikal mengajukan solusi yaitu menghilangkan dan memberantas sifat egois, individualis dan memperbaiki system pendidikan serta perekonomian masyarakat. 2. Abul A`la al-maududi Perhatian al-maududi sangat luas menyangkut dengan ajaran islam, sosial, budaya, ekonomi dan terutama bidang hukum dan politik. Dalam semua ini berusaha, berdasarkan keyakinan yang sangat dalam, membuat konsep diharapkan mampu mengatur kehidupan masyarakat dan negara. Dan ia membuat jama`at islami di Pakistan yang di pimpinnya sendiri. Dalam gerakannya atau partai jama`atnya kurang berhasil. Dan ia sendiri berkali-kali keluar masuk dalam penjara.[8] Partai ini melihat segala sesuatu berupa hitam atau putih, dan pemikir ini pada umumnya mencoba merujuk kepada al-quran dan hadist. Karena dalam mengelola kehidupan bernegara ia tidak dapat lagi dibedakan dengan non muslim. Dalam berpolitik tidak lagi mengindahkan norma-norma dan etika islam[9] sehingga banyak terjadi penyimpangan dengan menghalalkan segala cara. 3. Imam Khumaini Revolusi islam di iran yang mencapai puncaknya pada februari 1979, demontrasi besar-besaran terjadi pertama kali di Qom (9 januari 1978). Dan pada waktu syah meninggalkan iran selama-lamanya. Pebruari 1979 saat yang bersejarah bagi iran, karena bersamaan dengan hilangnya system kerajaan di iran. Di bawah pimpinan imam khumaini, iran menjadi sebuah republic dengan nama repoblik islam iran.[10] Revolusi islam di iran ini dilatarbelakangi karena kekejaman rezim Muhammad syah reza pahlevi (yang terkenal sebagai syekh iran) yang sangat dictator, bukan sekedar kepala negara, tetapi juga penguasa tertinggi ekskutif, legislative dan judisiari.[11] Ia adalah negara dan negara adalah dia. Penentu segala kebijakan, tidak boleh ditegur, apalagi di kritik. Syah juga seorang koruptor terbesar beserta penjilat-penjilatnya, penindasan terhadap rakyat sangat biadap. Tentara SAVAK (tentara yang dilatih dinas rahasia Israel) dan CIA melakukan penyiksaan biadap terhadap “musuh-musuh” negara. Ribuan putra putrid iran lenyap tanpa dosa. Karena setiap kritikan segera dituduh komunis atau kaum fanatic. Bahkan immoralita dan skandal moral merajalela dikalangan keluarga istana. Tidak lagi mengindahkan norma-norma agama. Tempat-tempat judi dan hiburan untuk melampiaskan dorongan – dorongan seksual, bahkan seksual dibuka di berbagai tempat.[12] Khumaini melihat imprialisme dan kolonialisme bukan hanya dari segi militer, politik dan ekonomi, tetapi juga dari segi pendidikan, keagamaan dan kebudayaan. Mereka banyak melontarkan propaganda keji, dimana para budak imperialisme telah menampilkan islam dalam bentuk yang berbeda secara total. Menciptakan pemikir palsu atau ide-ide islam. Versi yang menyimpang ini, ditampilkan di sekolah-sekolah agama, untuk menghilangkan ajaran islam yang asli. Agar orang muslim tidak dinamis. Sebagai contoh, para budak imperialisme mendeklerasikan bahwa islam adalah agama yang tidak meliputi seluruh aspek dalam kehidupan manusia dan tidak memiliki ajaran yang berkenaan dengan kemasyarakatan. Islam dikatakan tidak memiliki bentuk pemerintahan yang khusus, islam hanya berisi aturan – aturan tentang menstruasi dan nifas.[13] Islam tidak memiliki bentuk pemerintahan khusus atau institusi pemerintahan, hanya memiliki hukum-hukum tertentu, dan tidak ada metode untuk menjalankannya, sehingga fungsinya semata-mata hanya legislative. |
D. SITEM PEMERINTAHAN ISLAM
Daftar Pustaka dan FootNote