Contoh Tajuk Rencana di dalam bahasa Indonesia
(Sumber: Syafi’ie, Imam.1996. Terampil Berbahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)
Masalah Mapras di Sekolah-Sekolah
Pada sekitar tahun 70-an, sekolah-sekolah menyelenggarakan kegiatan awal tahun ajaran yang disebut MAPRAS, singkatan dari “masa prasekolah”. Kegiatan ini kemudian berkembang meniru kegiatan mahasiswa yang biasa disebut perpeloncoan. Berbagai usaha dilakukan Pemerintah untuk membatasi kegiatan ini pada hal-hal yang bersifat positif, misalnya pengenalan lingkungan ini pada hal-hal yang bersifat positif, misalnya pengenalan lingkungan dan pengenalan kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing. Berbagai kegiatan social pun diajukan sebagai pilihan. Bahkan pengawasan dari instansi-instanssi yang terkait juga dilaksanakan.
Instruksi mengenai pembatasan kegiatan tersebut pada sekolah-sekolah tertentu ternyata kurang dihiraukan oleh siswa Kelas II dan III dengan alasan memberi “kenangan yang mengesankan” kepada siswa Kelas I sebelum mereka secara resmi diterima sebagai anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) di sekolah itu. Kegiatan selalu mengarah kepada perpeloncoan yang mendasarkan kegiatannya pada “pembalasan dendam”.
Pada awal tahun 80-an dikeluarkanlah instruksi untuk menghilangkan MAPRAS dan menggantikan dengan penataran P-4 di sekolah masing-masing. Dengan demikian, kegiatan pada awal tahun ajaran pasti akan terarah pada hal-hal yang positif.
Usaha ini memang berhasil. Pada umumnya sekolah tidak menyelenggarakan MAPRAS lagi. Maka amatlah disayangkan jika pada sekolah tertentu masih ada kegiatan ini meskipun tidak diketahui oleh kepala sekolah karena dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, bahkan dengan menculik siswa kelas I untuk dibawa ke tempat penyelenggaraan “penggojlogan”, sehingga mengundang reaksi keras dari masyarakat.
Marilah kita perhatikan petikan tanggapan Bapak Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dikutip harian Berita Buana tanggal 23 Juli 1992.
“Saya tidak setuju dengan perpeloncoan atau mapras, karena membuang energy dan biaya. Larangan perpeloncoan harus disertai pengawasan di lapangan. Hari ini juga harus dicek. Jika masih ada sekolah yang menyelenggarakan, harus dihentikan. Catat nama-nama sekolah yang menyelenggarakan kegiatan tersebut. Kegiatan perpeloncoan itu sifatnya hanya pelampiasan balas dendam kakak kelas terhadap murid baru kelas I. karena itu, harus dihentikan. Saya lebih condong jika pengenalan lingkungan diisi dengan kegiatan yang positif, misalnya kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dan lain-lain …”
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Editorial example in the Indonesian
(Source: Syafi'ie, Imam.1996. Skilled Indonesian Language 1. Jakarta: Ministry of Education and Culture.)
Mapras problems in the Schools
At about the 70's, schools conducting the school year called MAPRAS, stands for "preschool". This activity is then developed to imitate student activities commonly called hazing. Government efforts have been made to limit these activities to things that are positive, such as the introduction of this environment on the things that are positive, such as the introduction of the environment and the introduction of teaching and learning in their schools. Various social activities were proposed as an option. Even the supervision of agency-related instanssi also implemented.
Instructions regarding restrictions on the activities of the selected schools were less ignored by students of Class II and III with the reason given "impressive memories" to the students of Class I before they are officially accepted as a member of the student council (Intra-School Student Organization) at the school. Always leads to hazing activities that bases its activities on "revenge".
In the early 80s MAPRAS issued instructions to remove and replace with upgrading P-4 at their respective schools. Thus, at the beginning of the school year activities would focus on the positive things.
This effort was successful. Schools generally do not hold MAPRAS again. Then it is very unfortunate if the particular school's activities although there is still not known by the principal because it is done by stealth, even with kidnapping grade I to be brought to the venue for the "penggojlogan", thus inviting a strong reaction from the public.
Let us consider the passage of responses governor of Jakarta Daily News quoted Buana dated July 23, 1992.
"I do not agree with hazing or mapras, for wasting energy and costs. Prohibition of hazing must be accompanied by supervision in the field. This day should also be checked. If there are schools that conduct, must be stopped. Record the names of the schools that organizes the event. Hazing activity was its only outlet for revenge against the seniors freshman class I. therefore, must be stopped. I am more inclined if the introduction of environment filled with positive activities, such as community service cleaning schools and others ... "