Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu dimana menyimpan uang. Andapun tahu persis nomor PIN anda. Dan andapun menyerahkan uang Anda pada orang yang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.
Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolahraga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjual belikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat mengahancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar.
Kematian mungkin merupakan suatu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjual belikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Banyangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata: "silahkan Anda pulang, pertunjukkan selesai!". Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si Penjaga hanya berkata tegas, "pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali."
Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.
Ada sebuah ungkapan yang menarik dari filsuf Prancis, Teilhard de Chardin, "kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman yang manusiawi. Manausia bukan makhluk bumi melainkan makhluk langit. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan ssedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi tubuh ini lama-lama akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggal rumah untuk mencari rumah yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa ini bukan berarti mati karena jiwa kita tidak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau jasad kita.