A . Mendidik Anak Cerdas Dan Ceria
Semua orang tua berharap bisa memperoleh anak yang cerdas. Sejak anak berusia dini mereka ikhlas berkorban secara moril dan materi untuk mendidik mereka. Dalam hal ini orang tua terlihat begitu ringan untuk mengeluarkan dana untuk pendidikan dan memilihkan tempat belajar yang berkualitas. Juga membelikan fasilitas permainan dan pendidikan buat mereka.
Kadang kala mempunyai anak yang cerdas namun karakternya menyebalkan - suka berbicara kasar dan kurang sopan - telah membuat orang tua menjadi stress dan mengurut dada sepanjang hari. Maka orang tua berharap sangat “Bagaimana ya supaya aku punya anak yang cerdas dan pribadi yang hangat” , seperti kata orang Minang, mulut manis kucindan murah (anak yang berbudi dan berbahasa yang santun).
Apa mungkin kita bisa memperoleh dan mendidik anak yang cerdas dengan pribadi hangat seperti membalik telapak tangan? Tentu saja tidak dan orang tua, dengan dukungan lingkungan, perlu berusaha memberi model terlebih dhulu.
Adalah isapan jempol untuk memperoleh anak yang lembut dalam berbicara sementara ayah dan ibu membuadayak cara berbahasa yang keras, kaku dan ksar. Dalam mendidik dan membimbing anak orang tua modern selalu mencari rujukan pada buku dan literatur lain. Imam Suprayoga (dalam Karim, 1982:128) mengatakan ada 3 teori tentang mendidik anak yaitu: teori pendidikan tabularasa, teori nativis dan teori konvergensi (gabungan dari dua teori sebelumnya).
Dalam teori tabularasa dinyatakan bahwa setiap anak terlahir seperti kertas putih, orang tua dan lingkunganlah yang akan menentukan warna atau karakter pada mereka. Dalam teori nativist dinyatakan bahwa setiap anak lahir membawa bakat dan potensi masing-masing.
Kemudian dalam teori konvergensi dinyatakan bahwa setiap anak terlahir membawa bakat dan potensinya masing-masing, sedangkan orang tua dan lingkungan turut mempengaruhinya.
Jika semua anak ketika lahir hanya pandai menangis, namun setelah beberapa tahun kemudian karakter mereka terlihat berbeda satu sama lain terlihat jelas. Perbedaan mereka terjadi karena perbedaan pada fisik, pengetahuan, pengalaman dan inteligensi atau IQ.
Untuk hal ini teori konvergensi lebih mendukung pernyataan ini. Agar orang tua bisa sebagai pendamping dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, maka mereka seharusnya memiliki pengetahuan tentang pendidikan anak. Untuk bisa mengoperasikan mesin cuci saja juga dibutuhkan pengetahuan. Orang tua misalnya bisa membaca berbagai artikel dan literature. Adams (1988) menulis buku tentang “your child can be a genius and happy, a practical guide for parents”. Buku tersebut cukup praktis untuk dipahami dan pokok pembahasannya adalah seputar peran orang tua sebagai guru pertama dalam hidup anak, bagaimana mengkondisikan anak untuk melakukan eksplorasi atau penjelajahan edukatif , dan bagaimana membantu anak untuk mengenal pendidikan sejak usia dini.
B . Orang tua Sebagai Guru Pertama Dalam Hidup
“Siapakah guru pertama kamu dalam hidup, yang mengajar kamu dalam bersopan santun, yang mengajarkan kamu cara berkomunikasi, dan yang mengajarkan kamu bagaimana cara hidup sehat ?” Maka semua anak akan menjawab serentak “ayaaaah dan ibuuu !!” Tentu saja para orang tua. Memang benar bahwa itulah bahagian dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan merawat pertumbuhan anak.
Orang tua sebagai pendidik anak idealnya harus merencanakan dan menyusun kegiatan anak di siang hari untuk bermain, sejak mereka berusia bayi kapan perlu hingga mereka berusia remaja. Tentu saja mereka perlu menyediakan sarana untuk berbagai aktivitas dalam rangka mengembangkan intelegensi mereka.
Apakah musti sarana yang serba mahal dan serba elektronik dan serba digital ? Tentu saja tidak, karena tidak semua orang tua yang memiliki uang yang berlebih. Maka benda-benda sederhana seperti balok-balok, majalah bekas, crayon, peralatan yang ada di rumah juga bisa memberi nilai edukatif bagi anak.
Untuk menumbuhkan anak cerdas, maka mereka tidak hanya butuh benda dan permainan, namun juga membutuh orang lain. Ini berarti bahwa mereka harus mempunyai teman yang banyak. Teman ereka tidak musti semua anak-anak yang cerdas. Dari sana kelak mereka bisa kenal dengan watak dan kualitas teman. “Si Jeki jadi bodoh karena suka buang-buang waktu dan menunda ninda pekerjaan”. Keadaan teman yang lain adalah ada yang bodoh, pintar, pemalas, sportif, dan lain-lain.
Agaknya orang tua juga perlu mengenal teknik pengajaran di rumah, mungkin dalam bentuk menceramahi anak, memberi contoh, menyuruh, mendikte dan sebagainya. Namun cara mendidik ang lebih baik adalah dengan membiarkan anak untuk berbuat dan mencobanya langsung. Sejak usia 0-5 tahun, anak memang paling baik belajar lewat bermain dan menggunakan objek. Mengapa demikian ? Ya karena mereka butuh pengalaman nyata.
Waktu adalah faktor pertama dalam pendidikan. Disini bukan bearti yang dibutuhkan adalah waktu yang lama. Apa gunanya bermain dan belajar begitu lama kalau anak merasa bosan. Bagi orang tua yang punya karir padat, lebih baik melowongkan sedikit waktu untuk mlakukan kebersamaan yang menyenangkan bersama anak lewat bermain, bercakap, dan belajar bareng. Waktu yang dihabiskan orang tua bersama anak untuk mengobrol akan menguatkan ikatan antara orang tua dan anak.
Sebagaimana dikatakan bahwa orang tua adalah guru pertama anak, musti menjadi guru yang terhebat bagi mereka. Orang tua yang punya prinsip masa bodoh, akan berpotensi menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Orang tua adalah juga psikolog terbaik bagi anak, karena dialah orang yang selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka akan melihat bakat dan minat anak sejak usia dini. Sebagian anak, misalnya, memperlihatkan bakat khusus pada musik dan seni saat usia dini. Namun bakat matematika dan bahasa bisaanya terlihat agak terlambat. Albert Einstein, sebagai contoh, yang dianggap sebagai anak bodoh karena perkembangannya terlambat saat di sekolah.
Orang tua biasanya menemukan karakter khusus anak melalui observasi harian. Kadang-kadang juga menemui hal hal yang cukup kontra dan serba aneh. Juga, kadang kala anak yang punya bakat/ cerdas melakukan pekerjaanya tidak rapi dan tidak tertarik terhadap pekerjaan yang berulang-ulang. Selanjutnya bahwa sekolah tidak dapat diharapkan begitu banyak dalam menyediakan fasilitas buat anak berbakat. Orang tua sendirilah yang musti menyediakan buku dan perlengkapan khusus mereka.
C . Melakukan Eksplorasi Bersama Anak
Kata lain dari eksplorasi adalah “penjelajahan”. Eksplorasi adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan manusia. Melalui eksplorasi Columbus menemui benua Amerika, melalui eksplorasi Neil Amstrong mendaratkan kaki di bulan. Kegiatan intelektual dan usaha kreatif yang dilakukan oleh tokoh sejarah adalah melalui eksplorasi. Sebelum mendirikan restoran atau rumah makan Padang, sebagai contoh, orang Minang terlebih dahulu melakukan eksplorasi- melakukan penjelajahan, menilai dan melakukan perenungan. Sampai akhirnya diperoleh kata sepakat “Uda di dekat terminal ini sangat cocok kita bangun restoran Padang”. Al-Gazalli juga melakukan eksplorasi, dalam bentuk penjelajahan dan kontemplasi jiwa, hingga menghasilkan tulisan yang berjudul “Ihya u’lumiddin” yang berarti menghidupkan ilmu agama.
Untuk membuat anak menjadi cemerlang maka mereka perlu melakukan eksplorasi, dalam bentuk kegiatan bermain, penjelajahan dan aktifitas kecil-kecilan. Tentu saja orang tua tidak perlu memaksakan sesuatu aktifitas pada anak kalau akan membuatnya bosan. Anak-anak yang asyik tenggelam dengan aktifitasnya dalam sebuah mobil rongsokan, anak yang lagi asyik memanjat pohon kecil (pohon cherry), menangkap capung dan belalang atau memilih-milih kerikil yang aneh di pinggir sungai adalah beberapa contoh bentuk eksplorasi yang lazim mereka lakukan.
Eksplorasi anak-anak yang berusia lebih kecil bisaanya dilakukan di rumah. Aktifitas eksplorasi mereka disebut denga “exploring play” atau bermain eksplorasi. Exploring play dilakukan dengan air, pasir basah dan plasticine. Tentu saja mereka kadang-kadang perlu ditemani demi kenyamanan. Bisaanya selama exploring play anak-anak bertanya tidak henti-hentinya. “Wah menyebalkan ini anak, bicara dan bertanya melulu” gerutu orang tua. Namun demi pertumbuhan bahasa dan kecerdasan mental atau kognitif mereka, maka orang tua musti menjauhkan rasa bosan atas pertanyaan demi pertanyaan sang anak.
Permainan menjelajah sangat penting bagi anak dalam rangka mengembangkan majinasi mereka. Anak-anak yang berada di daerah pedesaan dan di daerah yang lebih luas untuk akses ke luar rumah lebih beruntung dalam melakukan eksplorasi yang bersifat alami: menangkap burung pipit yang memangsa padi di sawah, menangkap belut dan ikat dalam aliran air dan sampai kepada aktifitas membongkar pasang alat permainan.
Sejak menjamurnya kemajuan teknologi digital maka banyak anak yng menyenangi eksplorasi digital dalam dunia maya lewat game PS (play station) dan game lain yang berbasis teknologi komputer. Gara-gara orang tua kurang mencampuri pembagian waktu mereka, maka banyak anak yang menjadi pencandu digital-game, dimana mereka menjadi game maniak- kerajingan berada pada Play Station, di depan layar komputer atau dalam boks warnet (warung internet) selama berjam-jam sampai melupakan tanggug jawab belajar, beribadah dan membantu pekerjaan di rumah. Kepedulian orang tua untuk mengajak anak untuk melakukan aktifitas yng berimbang antara bermain, belajar dan membantu orang tua sungguh sangat diperlukan.
Disamping mendorong anak untuk melakukan eksplorasi, orang tua juga perlu menumbuhkan kemampuan berkomunikasi mereka. Dalam hal ini orang tua lebih baik memulainya dengan mengajak anak untuk ngobrol (berbicara) sejak usia bayi tentang aktifitas yang dijalankan , agar kemampuan berbicaranya juga meningkat terus. Selanjutnya orang tua juga bisa memperkenalkan alat-alat tulis seperti pensil, pena, crayon dan majalah majalah tua buat balita mereka. Kegiatan ini sangat baik diikuti oleh orang tua yang lain, karena dasar untuk belajar menulis dan membaca dalam usia dini memang terletak di rumah. Oleh sebab itu rumah, orang tua, musti meyediakan sarana belajar, bermain dan hiburan seperti lagu-lagu, irama, koleksi buku cerita serta buku-buku jenis lainnya.
D . Memperkenalkan Pendidikan Sedini Mungkin
Anak yang mengenal dunia sekolah lebih awal, mental belajarnya lebih siap dari pada anak yang belum mengenal sekolah sama sekali. Pendidikan paling rendah seperti TK dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) adalah bentuk pengenalan terhadap dunia pendidikan (pra sekolah) sebelum mengenal dunia pendidikan yang sebenarnya kelak. Pendidikan pra-sekolah, juga, merupakan tempat dimana mereka bisa belajar untuk bersosial dengan anak-anak seusianya. Mereka juga perlu belajar bagaimana berada jauh dari rumah dan bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang lain.
Anak anak yang belajar pada TK juga sudah punya kurikulum dalam kegiatan belajar membaca- mengenal huruf dan kata, yang mana kegiatan ini bisa jadi sebagai “pre-reaing activity” untuk masa-masa selanjutnya. Praktek yang terbaik (best practice) untuk membaca bagi mereka adalah melalui aktivitas membaca itu sendiri. Disamping kegiatan membaca yang dipandu oleh guru TK di sekolah, orang tua juga perlu memberi penguatan atas kemampuan “pre-reading activity anak”. Memberiikan pujian atau reward bila anak sudah menunjukan kemajukan atau reward juga berguna untuk mendorong minat dan motivasi belajar mereka. Orang tua perlu membuat session membaca bagi anak, namun tidak perlu terlalu lama, cukup hanya sekitar 20 menit, kecuali kalau sang anak menyukainya.
Sejak anak berusia 5 atau 6 tahun sampai mereka berusia remaja, mereka menyukai cerita humor. Maka sangat bijak bila orang tua juga menyediakan cerita humor dan komik yang lucu buat mereka. Namun apa yang musti dilakukan untuk mendukung kegiatan “reading society”- masyarakat yang gemar membaca yang dimulai dari tingkat keluarga ? Pada berbagai rumah tangga, yang banyak disediakan orang tua adalah “home theatre” kecil-kecilan untukmenghibur anak/ keluarga sepanjang hari. Kalau mengkonsumsi hiburan yang ber nilai pendidikan, itu tentu saja cukup bagus, asal tidak menyita waktu anak sampai berjam-jam, apalagi sampai membuat mereka malas dan lalai untuk melakukan aktifitas lain.
Ternyata kunci rahasia keberhasilan sebahagian keluarga dalam bidang akademis adalah karena mereka sangat peduli dengan kegiatan akademis itu sendiri exist dalam keluarga. Di rumah terdapat koleksi bahan bacaan, komik, buku cerita, buku agama, novel, buku-buku pencerahan diri dan sampai kepada majalah dan koran yang mereka konsumsi secara teratur. Kalau pun ada unsur hiburan seperti VCD Player, karaoke, tape recorder, dan TV dengan antene satellite, namun penggunaan ini mereka atur agar keluarga tidak menjadi penonton yang maniac. Mereka mengenal waktu bermain, belajar, beribadah, waktu untuk kebersamaan , dan sebagainya.
Keluarga yang sudah peduli dengan arti pendidikan juga mendukung aktifitas anak untuk kegiatan di luar rumah. Aktivitas- aktivitas di luar rumah yang dapat meningkatkan pengalaman serta wawasan anak adalah seperti: menanam biji, merebus air, membuat layang-layang, mencari dan mengamati serangga, bermain magnet, memasak, melakukan perjalanan, dan main gelembung sabun (main air), dan lain lain. Kegiatan seperti ini tentu tidak butuh biaya besar.
Mendambakan anak-anak cerdas, santun, sholeh dan memiliki pribadi yang hangat tentu saja adalah harapan semua keluarga. Namun anak anak yang demikian tidak langsung ada ketika terlahir ke dunia. Mereka tumbuh lewat proses lewat bimbingan, arahan, diberi pengalaman, kesempatan dan fasilitas, tentu saja semampu orangtua. Hal lain yang perlu dilakukan orang tua adalah seperti orang tua menyiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai pendidik anak terbaik di rumah, mengajak dan mendorong anak untuk melakukan ekplorasi edukatif dan memperkenalkan pendidikan sejak sedini mungkin.
E . Kunci Pendidikan yang Baik
Sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa termasuk perkembangan dirinya. Namun, tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah.
Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang-tua yang penuh perhatian. Jika orang-tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat.
Setiap siswa yang berprestasi dan berhasil menamatkan pendidikan dengan hasil baik selalu memiliki orang-tua yang selalu bersikap mendukung. Apa yang dapat dilakukan oleh orang-tua bagi anaknya setelah mereka memasuki pendidikan di sekolah?
Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang-tua agar anaknya dapat berprestasi di sekolah.
1 . Dukungan Orang-Tua
Orang-tua sebaiknya memberi perhatian kepada anak-anak mereka dan menanamkan kepada mereka nilai dan tujuan pendidikan. Mereka juga berupaya mengetahui perkembangan anak mereka di sekolah. Caranya adalah dengan berkunjung ke sekolah untuk melihat situasi dan lingkungan pendidikan di sekolah. Menaruh minat terhadap aktivitas sekolah akan secara langsung mempengaruhi pendidikan anak Anda.
2 . Kerja Sama dengan Guru
Biasanya apabila timbul masalah-masalah gawat, barulah beberapa orang-tua menghubungi guru anak-anak mereka. Sebaiknya, orang-tua perlu mengenal guru di sekolah dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Berkomunikasilah dengan guru untuk perkembangan anak Anda.
Guru juga perlu diberitahu bahwa Anda memandang penting pendidikan anak Anda di sekolah sebagai bagian kehidupannya. Ini akan membuat guru lebih memperhatikan anak Anda. Hadirilah pertemuan orang-tua murid dan guru yang diselenggarakan oleh sekolah. Pada pertemuan ini, Anda memiliki kesempatan untuk mengetahui prestasi akademis anak Anda serta perkembangan anak Anda di sekolah.
Jika seorang guru mengatakan hal yang buruk mengenai anak Anda, dengarkan guru tersebut dengan penuh respek, dan selidiki apa yang ia katakan. Anda juga dapat menanyai guru-guru di sekolah mengenai prestasi, sikap, dan kehadiran anak di sekolah. Jika seorang anak sering bermuka dua, maka penjelasan dari guru bisa jadi mengungkap hal-hal yang disembunyikan anak Anda saat bersikap manis di rumah.
3 . Sediakan waktu untuk anak
Selalu sediakan waktu yang cukup banyak bagi anak Anda. Jika anak pulang sekolah, umumnya mereka cukup stres dengan beban pekerjaan rumah, ulangan, maupun problem lainnya. Sungguh ideal jika orang-tua misalnya seorang ibu berada di rumah pada saat anak-anak di rumah. Seorang anak akan senang bercerita ketika pulang sekolah seraya mengeluarkan semua keluhan dan bebannya kepada orang-tua. Bisa jadi mereka mulai menceritakan teman-temannya yang nakal yang mulai menawari rokok dan narkoba. Anda bisa segera tanggap dengan hal tersebut jika Anda menyediakan waktu bagi anak-anak Anda
4 . Awasi kegiatan belajar di rumah
Tunjukkan Anda berminat pada pendidikan anak Anda. Pastikan anak-anak Anda sudah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. Membacalah bersama-sama mereka. Jangan lupa jadwalkan waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV, Internet dan bermain game dari anak-anak Anda.
5 . Ajari tanggung jawab
Sekolah umumnya akan memberi banyak tugas untuk dipersiapkan anak di rumah dan di sekolah. Apakah mereka mengerjakan tugas-tugas itu dengan benar dan baik? Seorang anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas mereka di sekolah jika Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah.
Cobalah mulai memberikan anak Anda pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari seperti membersihkan tempat tidur sendiri menurut jadwal yang spesifik. Pelatihan di rumah seperti itu akan membutuhkan banyak upaya di pihak Anda karena perlu diawasi. Tetapi hal itu akan mengajar anak Anda rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan.
6 . Disiplin
Jalankan disiplin dengan tegas namun dengan penuh kasih sayang. Jika Anda selalu menuruti keinginan anak, maka mereka akan menjadi manja dan tidak bertanggung jawab. Problem lain bisa muncul jika Anda terlalu memanjakan anak Anda seperti seks remaja, narkoba, prestasi yang buruk, dan masalah lainnya.
7 . Kesehatan
Jaga kesehatan anak Anda agar prestasi belajarnya tidak terganggu. Buat jadwal tidur yang cukup untuk anak Anda. Anak-anak yang kelelahan tidak dapat belajar dengan baik. Lalu hindari makanan seperti junk food, karena selain menyebabkan problem obesitas, juga mendatangkan pengaruh yang buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi.
8 . Jadi teman terbaik
Jadilah teman terbaik bagi anak Anda. Luangkan waktu untuk berbagi berbagai hal dengan mereka. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan.
Sebagai orang-tua, Anda dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak Anda dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun di atas komunikasi yang baik. Kerja sama yang baik dengan para pendidik di sekolah juga dapat membantu melindungi anak Anda.
F . Pendidikan Sekolah
Saat ini, pendidikan di sekolah telah dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dan golongan. Berbagai sekolah didirikan untuk menjadi tempat atau sarana pendidikan bagi anak. Berbagai kurikulum juga dikembangkan untuk sekolah agar dapat membantu anak memiliki cara belajar yang baik dan bermutu.
Bagi sebagian besar masyarakat, mereka bisa mendapatkan pendidikan umum di sekolah dengan mudah. Yang termasuk pendidikan umum adalah pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Beberapa jenjang pendidikan yang ada di berbagai sekolah di Indonesia yaitu:
1 . Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD adalah jenjang pendidikan paling awal. Jenjang pendidikan ini memang tidak wajib diikuti seorang anak, mengingat orang-tua juga memiliki kemampuan penuh untuk melakukannya. Pada jenjang ini, anak akan dibina agar siap memasuki pendidikan umum. Karena itu, pada jenjang ini lebih ditekankan untuk merangsang pikiran anak dan perkembangan jasmani seorang anak.
o Usia: 0 - 6 tahun
o Contoh: Kelompok bermain (play group) dan Taman Kanak-kanak (TK)
2 . Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang wajib diikuti seorang anak selama 9 tahun. Pendidikan ini merupakan awal dari pendidikan seorang anak karena melatih seorang anak untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Pendidikan dasar mempersiapkan seorang anak untuk memasuki jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar umumnya dibagi menjadi 2 tahap, yaitu 6 tahun pertama di kelas 1 sampai 6. Kemudian dilanjutkan tahap berikutnya pada kelas 7 sampai 9 selama 3 tahun.
o Usia: mulai usia 7 tahun
o Contoh pendidikan dasar tahap pertama (6 tahun):
a . Sekolah Dasar (SD),
b . Madrasah Ibtidaiyah (MI)
o Contoh pendidikan dasar tahap kedua (3 tahun):
a . Sekolah Menengah Pertama (SMP),
b . Madrasah Tsanawiyah (MT)
3 . Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah diselenggarakan selama 3 tahun. Beberapa jenis pendidikan menengah juga telah mempersiapkan seseorang memiliki keterampilan tertentu untuk dipersiapkan langsung ke lapangan kerja.
o Contoh: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA)
o Contoh sekolah kejuruan: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
4 . Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Pendidikan tinggi diselenggarakan bukan lagi di sekolah melainkan di perguruan tinggi.
o Contoh: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas
PENUTUP
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan dirinya sendiri.
Pendidikan anak usia dini merupakan hal yang pertama dilakukan pada anak-anak sebelum mengenal kehidupan yang lebih luas lagi. Orang tua mempunyai peran utama dalam hal ini untuk mendidik anak supaya kelak menjadi anak yang berbakti dan mempunyai masa depan yang cerah .
DAFTAR PUSTAKA
Ayahbunda, Jakarta, September No. 18, 1983
Bell, P.A., Greene, T.C., Fisher, J.D., and Baum, A. 1996. Enviromental Psychology. Fourth Edition. Orlando : Harcourt Brace College Publishers.
Burr, W.C., and Klein, S.R. 1994. Reexamining Family Stress : New Theory and Research. California : Sage Publishers, Inc.
Adams, Ken. (1988). Your Child Can be A Genius and Happy, A Practical Guide For Parents. Wellingborough, England: Thorsons Publishing Group.
Karim, Mhd Rusli. (1982). Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Usaha Nasional
http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/192-pendidikan-yang-baik-untuk-anak.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan khadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan khadiratNya lah, sehingga makalah yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK”ini dapat disusun dan diselesaikan.
Dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan. Hal ini tidak lain karena kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu kita berharap tegur sapa serta dan konstruktif dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan kurang lebihnya mohon di maafkan, semoga apa yang diharapkan dapat terwujud dan di terima disisi Allah SWT, “AMIN”.
Rappang, Januari 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
PEMBAHASAN
A . Mendidik Anak Cerdas Dan Ceria
B . Orang tua Sebagai Guru Pertama Dalam Hidup
C . Melakukan Eksplorasi Bersama Anak
D . Memperkenalkan Pendidikan Sedini Mungkin
E . Kunci Pendidikan yang Baik
F . Pendidikan Sekolah
PENUTUP ……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...