JALAN KAKI, CARA MUDAH DAN MURAH
MENGONTROL HIPERTENSI
Oleh
Dr. Deddy Tedjasukmana, SpKFR-K, MARS
Dr. Deddy Tedjasukmana, SpKFR-K, MARS
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian, karena tingginya angka prevalensi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya berupa komplikasi kardiovaskular, gagal jantung dan stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas .
Tekanan darah yang tinggi merupakan beban bagi pembuluh darah arteri terutama pembuluh darah otak, jantung dan ginjal. Oleh karena itu individu dengan tekanan darah tinggi memiliki kemungkinan 1 sampai 3 kali lebih tinggi menderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke dibandingkan dengan mereka yang memiliki tekanan darah normal. Demikian juga kapasitas latihan penderita hipertensi akan berkurang kira kira sepertiganya dibandingkan dengan usia yang sama namun memiliki tekanan darah normal.
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah pengendalian tekanan darah untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Ada 2 hal yang biasa digunakan dalam pendekatan pengelolaan tekanan darah tinggi yaitu terapi farmakologi dengan pemberian obat dan terapi non farmakologi berupa olah raga teratur, diet makanan rendah garam, pengelolaan stres, modifikasi gaya hidup dan lain-lain.
Tekanan darah dapat turun secara efektif dengan menggunakan obat anti hipertensi, namun efek samping penggunaan obat jangka panjang harus selalu dalam evaluasi dokter. Terapi non farmakologi direkomendasikan sebagai penetalaksanaan hipertensi ringan dan sedang yang berhasil menurunkan tekanan darah, diantaranya dengan latihan serta pengaturan aktivitas fisik dan tehnik relaksasi.
Terapi non - farmakologi pada hipertensi harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup sebelum obat antihipertensi diberikan , aktivitas fisik sangat dianjurkan sebagai bagian dari modifikasi gaya hidup dan atau sebagai tambahan terapi farmakologi, karena berbagai penelitian telah membuktikan bahwa latihan fisik yang teratur bermanfaat bagi pengendalian tekanan darah secara bermakna .
Harberg melakukan study meta-analisis pada 25 penelitian longitudinal penderita hipertensi yang melakukan latihan fisik menunjukkan penurunan tekanan darah rata-rata sistolik 10,8 mmHg dan diastolik 8,3 mmHg. Penelitian Spataro melaporkan dari 118 publikasi studi mata-analisis yang menyatakan adanya penurunan takanan darah sistolik 8 mmHg dan diastolik 5 mmHg pada penderita hipertensi dengan melakukan latihan dinamis secara rutin . Kelemen et al (1990), membuktikan bahwa pasien dengan hipertensi ringan yang melakukan program latihan secara teratur tidak membutuhkan tambahan obat anti hipertensi untuk mengontrol tekanan darahnya.
MENGAPA HIPERTENSI DAPAT TERJADI ?
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis primer terus berkembang karena belum didapat jawaban memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Berbagai faktor dapat mempangaruhi tekanan darah diantaranya curah jantung dan tahanan perifer. Faktor lain yang mempengaruhi hipertensi selain faktor hemodinamik (beban tekanan dan volume), faktor genetik/lingkungan (umur, kelamin, ras, asupan garam, minuman mengandung alkohol) dan faktor tropika (angiotensin II, katekolamin ) dan lain-lain.
Sepanjang hari tekanan darah berubah tergantung pada aktivitas tubuh, latihan dan stres. Jika tekanan darah meningkat dengan tajam dan kemudian tetap tinggi maka orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistolik yang merupakan tekanan darah tertinggi yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel/bilik jantung dan tekanan darah diastolik yaitu tekanan darah terendah yang disebabkan oleh relaksasi ventrikel.
Tekanan darah merupakan hasil perkalian ”curah jantung” dengan” tahanan pembuluh darah perifer”. Peningkatan salah satu faktor diatas dapat menyebabkan hipertensi. Sebaliknya intervensi terhadap curah jantung atau tahanan pembuluh darah perifer dapat menurunkan tekanan darah .
Peningkatan curah jantung dipengaruhi oleh peningkatan kontraktilitas otot jantung, denyut nadi, aliran balik vena /venous return dan lain-lain, sedangkan tahanan pembuluh darah perifer ditentukan terutama oleh tonus otot polos arteriol. Peningkatan tahanan perifer akan menyebabkan penambahan beban jantung yang akan menyebabkan pembesaran bilik kiri jantung sebagai proses kompensasi. Pembesaran bilik kiri jantung yang terjadi pada hipertensi mula-mula merupakan proses adaptasi akan tetapi dengan penambahan beban yang berlangsung terus menerus hal ini akan merupakan proses abnormal, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pembesaran bilik kiri jantung berbanding langsung dengan hipertensi.
Beberapa hal harus kita perhatikan akibat komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit hipertensi seperti penyakit jantung koroner dan gagal jantung akibat hipertensi jangka panjang, kebutaan akibat kerusakan pada retina mata, gagal ginjal akibat fungsi ginjal terganggu, kerusakan pada pembuluh darah otak dan lain lain .
KLASIF IKASI HIPERTENSI MENURUT JNC 7 (2003) :
Menurut Joint National Committee 7 ( JNC 7 } , pembagian hypertensi ada 4 kelompok :
Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )
Ø Normal : < 120 < 80
Ø Prehipertensi : 120 – 139 80 – 90
Ø Hipertensi Stage 1 : 140 – 159 90 – 99
Ø Hipertensi Stage 2 : ³ 160 ³ 100
Menurut kriteria ini tekanan darah 120/80 mmHg adalah bukan tekanan darah yang normal, tetapi prehipertensi. Jadi jika ada setengah dari jumlah populasi dengan tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih, yang penting harus diberikan edukasi tentang gaya hidup/lifestyle yang sehat guna mencegah hipertensi sejak awal.
Menurut para ahli pengobatan non farmakologi sama pentingnya dengan pengobatan farmakologi terutama pada hipertensi derajat 1, dimana terapi non farmakologi dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologi tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Dan jika obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologi dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
MANFAAT LATIHAN EROBIK JALAN PADA HIPERTENSI
Latihan erobik jalan telah dibuktikan dapat mencegah hipertensi dan menurunkan tekanan darah, sehingga dapat menurunkan angka kematian pasien yang mempunyai resiko tinggi penyakit jantung koroner bila dilakukan teratur dan terukur sesuai dosis latihan yang dianjurkan.
Dalam latihan akan terjadi proses adaptasi yaitu terjadi perubahan cepat selama dan setelah latihan dalam waktu singkat dan terjadi kondisi perubahan adaptif yang menyebabkan seseorang dapat memperbaiki fungsi selama latihan dalam waktu singkat selanjutnya.
Adaptasi dalam latihan dapat terjadi secara sentral dan perifer, fungsi sentral berupa perubahan curah jantung yang demikian cepat dan dinamis sedangkan fungsi perifer melibatkan perubahan seluler dalam sistim sirkulasi, vaskularisasi otot, enzim oksidatif serta kemampuan mengoksidasi asam lemak sebagai sumber energi. Latihan erobik adalah latihan yang dilakukan kelompok otot otot besar secara ritmis, berulang dengan beban submaksimal dan mengkonsumsi oksigen sesuai yang diperlukan tubuh. Bagaimana mekanisme latihan erobik dapat menurunkan tekanan darah? Hal ini dapat diduga karena terjadinya perubahan curah jantung (stroke volume) - isi sekuncup (cardiac output) dan perubahan tahanan pembuluh darah perifer.
Bagaimana mekanisme aktivitas fisik dapat merangsang perubahan tekanan darah ? Hal ini diterangkan dengan adanya pemulihan denyut jantung akibat pengaruh mekanisme sentral dimana terjadi pelepasan perintah inhibisi dari korteks motorik kepusat parasimpatik sehingga memperbaiki pemulihan denyut jantung bagi mereka yang melakukan latihan secara rutin dan teratur.
Terhadap sistim sirkulasi latihan fisik akan meningkatkan aliran darah yang bersifat pulsatif dan meningkatkan produksi NO (nitric okside) yang merupakan anti oksidan dalam tubuh, sehingga secara paralel meningkatkan produksi EDRF (endotelial derive relaxing factor) zat yang menyebabkan pembuluh darah menjadi relaksasi dan dilatasi.
Jadi dapat dipahami bahwa makin terlatih seseorang akan terjadi perubahan curah jantung dan tahanan pembuluh darah perifer yang lebih baik sehingga denyut nadi istirahat semakin rendah dan menurunkan tekanan darah secara significan.
Pascatello dkk, melaporkan bahwa penurunan tekanan darah setelah latihan erobik berhubungan dengan menurunnya tekanan darah rata-rata dalam 24 jam, dan adanya penurunan takanan darah setelah latihan secara umum tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat tetapi harus dilakukan secara kumulatif dan berulang. Dengan demikian diharapkan Letihan erobik (exercise training) dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna.
Hal lain yang terjadi akibat latihan dapat mengurangi deposit lemak sentral yang merupakan variabel terkait dengan hipertensi, menurunkan kadar katekolamin dalam serum dan menekan aktifitas renin plasma sehingga tekanan darah dapat menurun.
Aktiivitas fisik dan olah raga/latihan dikelompokkan berdasarkan kriteria Borg yaitu latihan ringan, sedang, berat sedangkan bila dikaitkan dengan produksi energi/keringat ( ringan: tak ada keringat, sedang : berkeringat, Berat : bercucuran keringat ).
Berdasarkan pengalaman empiris ditetapkan bahwa apabila kita berjalan 30 – 50 m permenit merupakan olah raga ringan tanpa keringat, berjalan 100 m permenit dengan berkeringat merupakan olah raga sedang dan berjalan /berlari diatas 100 m permenit dengan mengeluarkan banyak keringat merupakan olah raga berat .
DOSIS LATIHAN BERJALAN
Pasien hipertensi sebelum melakukan latihan memerlukan penilaian mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan melakukan uji latih, hal ini dimaksudkan agar aman dalam melakukan latihan dan memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
Dimulai dengan menanyakan keluhan pasien saat ini kemudian obat obatan yang diminum, riwayat keluarga, kebiasaan olah raga/latihan, merokok, riwayat penyakit jantung, penyakit paru, masalah neuromuskuloskeletal dan
Ø Pemeriksaan fisik :
Dilakukan dengan seksama meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tekanan darah, nadi, sistim kardiopulmoner, neuromuskuler dan muskuloskeletal .
Ø Pemeriksaan penunjang
Beberapa yang diperlukan seperti laboratorium (gula darah, kolesterol, trigliserida, pemeriksaan fungsi hati SGPT<SGOT, fungsi ginjal Ureum, creatinin) pemeriksaan EKG dan lain-lain.
Ø Uji latih
Pemiriksaan uji latih dilakukan dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Biasanya untuk penilaian awal cukup dilakukan uji latih berjalan 6 menit.
Uji latih berjalan 6 menit suatu uji latih submaksimal yang dapat menggambarkan kapasitas erobik pasien, dan dari hasil uji latih ini dapat digunakan sebagai standar untuk menentukan berapa dosis awal latihan seseorang untuk memulai latihan jalan .
Ø Peresepan latihan :
Latihan erobik jalan yang ritmik dan dinamik menggunakan grup otot besar sangat dianjurkan untuk semua pasien hipertensi .
Menurut American college of sports medicine ( ACSM ) olah raga jalan erobik yang dapat memberikan hasil yang diharapkan bagi pasien hipertensi harus memenuhi kriteria dibawah ini :
- Frekuensi : 3 – 5 kali perminggu
- Intensitas : 50 – 85 % HR Max
terdiri dari Intensitas ringan 50 – 60 % HR Max
Intensitas sedang 60 – 85 % HR Max
- Durasi : 30 – 60 menit/sesi latihan .
- Target waktu latihan erobik jalan dilakukan selama 4 – 6 bulan .
Latihan yang diberikan dibagi menjadi 3 fase yaitu :
- Fase pemanasan, bertujuan untuk meningkatkan respon sirkulasi dan suhu tubuh serta menurunkan resiko cedera muskuloskeletal, lamanya kurang lebih 5 – 10 menit yang terdiri dari latihan fleksibilitas
- fase latihan inti , ditujukan untuk menghasilkan proses adaptasi, berlangsung simultan selama 20 – 30 menit
- Fase pendinginan dilakukan tappering of intensitas latihan diturunkan, fase ini bertujuan mencegah pulling vena di ekstremitas yang dapat mengakibatkan menurunnya pengisian ventrike jantung dan meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung .
KESIMPULAN
1. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan angka prevalensi tinggi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas sehingga menurunkan kualitas hidup.
2. Beberapa faktor resiko dapat sebagai pemicu terjadinya hipertensi seperti pola makan yang salah, kurang aktivitas, stres dan malas berolah raga
3. Latihan erobik jalan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, disamping perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, mengelola cemas dan stres dapat membantu menurunkan tekanan darah.
4. Pemeriksaan fisik sebelum latihan dan melakukan uji latih penting untuk menentukan dosis awal latihan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
5. Ahirnya dengan latihan erobik jalan teratur, dinamis dan ritmik sesuai dosis latihan, dapat mengontrol tekanan darah secara bermakna. Selamat mencoba !!!.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gordon NF, Hypertension In Exercise management for persons with chronic diseases and disabilities, ACSM , Human Kinetics, 1997, p 59 -63.
2. Guidelines For Cardiac Rehabilitation and Secondary prevension Program , Thrird edition, 1999, Human Knetics press, p 220 .
3. Sharabi Y ,The significance of hypertensive response to exercise as a predictor of hypertension and cardiovascular disease , J Hum Hypertension 2001, p 253 – 6 .
4. Spataro JA, The effects of exercise on human hypertension , a meta-analysis studie, Med scienties sperts exercise, 1991, p 83
5. Pescatello LS , short term effectof dynamic exercise on arterial blood pressure, Circulation ,1991, 104 : p 147 – 51 .
6. Kelemen MH, Exercise training combined with anti hypertensive drug therapy , effect on lipids, blood pressure and ventricular mass, 1990, 263 : p2766 – 71 .
7. Ferrier KC,et al, Hypertension, In Journal of The American Heart Association, http : // hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/38/2/222
8. Kokkinas PF,PhD,et al, Effect of Regular Exercise on Blood Pressure and left Ventricular Hypertrophy in African American Men with Severe Hypertension, The New England Journal of Medicine, Nov 30,1995
9. Franklin BA, PhD, et al, Exercise and Hypertension In American College of Sport Medicine and Science in Sport Exercise.
10. Kusmana D, Aktivitas Fisik yang teratur komponen hidup sehat dalam pencegahan dan Rehabilitasi Jantung , Pidato Pengukuhan Guru Besar, 2003, hal 7 – 15