PENDAHULUAN
A.Latar Belakang/Permasalahan
Abses Hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakter, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gasmointestional yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nektolik, sel-sel inflamasi atau sel darah di dalam parenkim hati.
Abses Hati dibagi secara umum yaitu abses hati amebik (AHA) dan akses hati piogenik. Abses Hati amebik yaitu komplikasi dimebiasis ekstraintertinal yang paling sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Abses hati piogenik sebagai hepatic abscess, bacterial liver obscess, buctelial obscess of the liver, bacterial hepatic abscess.
Di negara-negara yang sedang berkembang abses hati amebik didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering dibandingkan dengan abses hati piogenik. Abses hati piogenik ini tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi higrene/sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi didapatkan 8-15 per 100.000 kasus abese hati piogenik yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, dan dari beberapa kepustakaan Barat, didapatkan prevalensi antopsi bervariasi antara 0,29-1,47%. Sedangkan prevalensi di rumah sakit antara 0,008-0,16% abses hati sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan rentang usia berkisar lebih dari 40 tahun, dengan insiden puncak pada dekade ke-6
Berdasarkan hasil Laporan Medical Record Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mulai 01 Jnauari-31 Desember 2010 didapatkan penderita Abses Hepar sebanyak 71 orang. Jumlah penderita laki-laki sebanyak 57 orang dengan presentase 0,80%, sedangkan pada perempuan sebanyak 14 orang. Jumlah penderita yang meninggal dunia pada jumlah keseluruhan sebanyak 3 orang.
Dari data tersebut di atas bahwa penderita Abses Hepar mayoritas dialami oleh laki-laki. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi abses hepar sangat diperlukan kerjasama tim kesehatan dan penanggulangan Abses Hepar dengan terjadinya dalam pemenuhan diri, memeriksa kesehatan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari minuman beralkohol, mengawasi pemberian obat atau terapi yang membantu pemulihan.
Dengan latar belakang di atas penulis tertarik dan ingin mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar. Sehingga memilih judul untuk Karya Tulis Ilmiah mengenai Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
2. Tujuan KhususAdapun tujuan penulisan Karya Tulis ini agar penulis diharapkan mampu :
1. Melakukan Pengkajian pada Tn. S dengan gangguan sistem pencernaan dengan Abses Hepar
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar3. Merencanakan Tindakan Keperawatan kepada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar
4. Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar
5. Melakukan Evalausi Keperawatan terhadap tindakan yang diterapkan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas Asuhan Keperawatan di Ruangan Rawat Inap dan satu kasus saja yaitu Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang diikuti mulai tanggal 28-30 Juni 2011.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara :
1. Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari 2 cara yaitu :
a. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung antara penulis dengan keluarga atau orang terdekat pasien (Allo Amnese)
b. Observasi kangsung yaitu pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi, palpasi, perfusi dan auskultasi
c. Studi literatur yaitu dengan cara mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit abses hepar baik secara medis maupun asuhan keperawatan
d. Studi dokumentasi yaitu mempelajari asuhan gangguan yang berhubungan dengan abses hepar seperti catatan keperawatan hasil pemeriksaan secara laboratorium, hasil pemeriksaan , anatomi, catatan perawat tentang pasien.
E. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 BAB dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari Latarbelakang, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Teoritis
A. Konsep Medis
Terdiri dari Defenisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan dan Prognosa
B. Konsep Keperawatan
Terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan dan Rencana keperawatan
BAB III : Tinjauan Kasus
Terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : Pembahasan
Berisikan tentang Kesenjangan antara teoritis dengan kasus yang dijumpai
BAB V : Penutup
Yang meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
a. Lembar Persetujuan Karya Tulis Ilmiah
b. Daftar Konsul
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ABSES HATI
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Abses adalah pengumpulan ciran nanh tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi I kulit, gusi, tulang, dalam organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak area yang terjai abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat. (Microsoft Encarta Refrence Library 2004)
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya cokelat dan beratnya ±1,5 kg, letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma. (Drs. H. Syafuddin, 2006)
Abses hati adalah bebentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis stail yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses gupurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati neklohk, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya cokelat dan beratnya ±1,5 kg, letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma.
Hati terbagi atas 2 lapisan utama :Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transbersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibahi 4 belahan : lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quardratus.
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika, dan vena porta. Arteri hepatika keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95% -100%, masuk kehati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatika.
Vena portu yang berbentuk dari lielasis dan vena merantika superior menghantarkan 4/5 datah kehati. Darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limfe dan usus. Guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya kira-kira berdiamater 1mm. Satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang membuat cabang-cabang pembuluh darah ke hati, lubang vena portu arteri hepatika dan saluran-saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta.
Darah berasal dari vena portu bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus berjalan diantara lobulus hati, disebut vena interlobuler. Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk kedalam bahan lobulus yaitu vena lobuker. Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yang disebut vena sublobuler, yang satu sama lain membentuk vena hepatika dan langsung masuk ke dalam vena kara interior.
Empedu dibentuk didalam sela-sela keal di dalam sel hepar melalui kapiler empedu yang halus/korekuli.Bahan-bahan termasuk glikogen lemak, vitamin, zat besi, vitamin yang larut dalam minyak atau lemak disimpan dihati. Hati membantu mempertahankan suhu tubuh karena masing organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung sehingga mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini yang menaikkan suhu tubuh.
B. Fisiologi
1. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usu dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaian dalam jaringan.
2. Mengubah zat buangan dan bahan eacun untuk diekskresi dalam empedu dan urine.3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen
4. Diekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam sistem ertikuldendetelisin disalurkan ke empedu
5. Pembentukan utelum, hati membentuk asam amino diubah menjadi uteum, dikeluarkan dalam darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
6. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.3. Etiologi
Pada umumnya abses hati terbagi atas dua yaitu :
a. Abses hati amebik merupakan komplikasi amebiasis ektraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia.
b. Abses hepar pyogelik dikenal dengan juga sebagai hepatis abses barterial inter obscess, bakterial obscess of the liver, bacterial hepatic abscess.
(Aru. W.S, 2002).4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinik
Beberapa manifestasi klinis abses hepar adalah, Demam, menggigil, diafresis, malaire, anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, nyeri tumpul pada adomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, hepatomegali, ikterus, anemia.
a. Test - Diagnostik
1. Laboratorium
Kelainan pemeriksaan hematologi pada amblaus hati didapatkan hemoglobin antara 10,4-11,39% sedangkan leukosit berkisar antara 15.000-16.000/ml.
Pada pemeriksaan faal hati didapatkan albumin 2,76-3,059 % globunin 3,62-3,759% totoal bilimbin 0,9-2,44 mg% fostafase alkali 270,4-382,0 u/i sedangkan SGOT 27,8-55,9 u/i dan SEPT 15,7-63,0 u/i.
Jadi kelainan laboratorium yang dapat ditentukan pada amebitus hati adalah anemia ringan sampai sedang lekositosis berkisar 15.000/ml sedangkan kelainan faal hati didapatkan ringan sampai sedang.
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto dada
Kelainan foto dada amebiasisi hati dapat berupa peninggian kubus diafragma, efusi pleura, kolagis paru dan abses paru.
2. Foto pulus abdumen
Kelainan fotopuler abdumen tidak begitu banyak hanya mungkin dapat berupa gambaran ilens, hepotonegali, atau gambaran udara diatas hati jarang didaptkan berupa air fluid level yang jelas.
3. Ultrasonografi
USG dapat mendeteksi kelainan sebesar 2 cm disamping sekalian dapat melihat kelainan lilien diagragma keterbatasan USG terutama jika kelainan pada daerah tertentu pasien atau kurang kapertuby.
Gambaran ultrasonografi adalah :
1. Bentuk bulat atau oval
2. Tidak ada gema dinding yang berarti
3. Ekogenesitas lebih rendah dari parenkim hati normal
4. Brsentuhan dengan kapsul hati
5. Peninggian soluk distel
6. Penatalaksanaan
Terapi abses hati mencakup pemberian antibiotik secara intervensi. Antibiotik yang digunakan dalam terapi tergantung pada jenis mikroorganisme yang ditemukan. Peramatan yang kontinu merupakan indikasi meningkat kondisi pasien yang serius.
(Brunner & Sudarth 2001)
7. Komplikasi
• Klainan plempulmonal
• Gagal hati
• Perdarahan kedalam rongga abses
• Hemobilia
• Empioma
• Fislusa nepabronkial
• Ruphur ke dalam pelikerd atau retropsitoneum
(An. W.Sudoyo, 2006)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malause umum
b. Sirkulasi
Tanda : klerik pada sklera, khht, membran mukosa
c. Eliminasi
Gejala : Diare/konstipasi
d. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (endreklia),penurunan berat badan, mual muntah.
Tanda : asilis
e. Neurosenson
Tanda : peka rangsang, letangi, asleriksis
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : kram abdumen, nyeri tekan pada kudian kanan atas
Tanda : otot tegang, gelisah
g. Pernafasan
Gejala : tidak minat/enggan merokok (perokok0
h. keamanan
Gejala : adanya transfusi darah
Tanda : demam, lartikalia, Lesi mukulopapuler, enlema tak beraturan.
i. Seksualitasi
Gejala : pada hidup/perilaku meningkatkan resiko terpgan
h. Penyuluhan
Gejala : riwayat yang diketahui/mungkin berpajan pada linus, bakteri.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ketahanan nyeri/mengalami keterbatasan aktivitas/depresi
2. perubahan pada nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuho kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, penurunan peristaltik (replek fiseral0 empedu tertahan, peningkatan kebutuhan kalori/status supermetabolik.
3. Resikotinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites0 gangguan proses pembekuan.4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, malnuktisi, kurang pengetahuan untuk menghindari permajanen pada patigen.
5. Harga diri rendah berhubungan dengan jengkel/marah/terkurung sakit lama, periode penyembuhan.6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber informasi.
(Maruln Dengoes, 2000)
3. Rencana Keperawatan
No Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Menunjukkan teknik/ perilaku yang memam-pukan kembali melakukan aktivitas
Kriteria hasil :
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas - Tingkatkan turah baring/duduk berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
- Ubah posisi sesering mungkin, berikan perawatan kulit yang baik.
- Lakukan tugas dengan cepat
- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif aktif.
- Dorong menggunakan manajemen stress contoh relaksasi progresif, isnansasi bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton tv, radio, membaca.
- Awasi terlulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati. - Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati.- Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
- Meningkatkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan ini dapat terjadi karena keterbatasan yang terganggu periode istirahat.
- Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
- Menunjukkan berkurangnya resolusi/ eksaserbasi penyakit memerlukan istirahat lanjut mengganti program terapi
2 Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ memperta-hankan berat badan yang sesuai.
Kriteria hasil :
Menunjukkan peningkatan hasil berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan sebab tanda malnutrisi - Atasi pemasukan diet/jumlah kalori beri makanan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
- Berikan perawatan mulut sebelum makan
- Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
- Dorong pemasukan sari jeruk, minum karbonat dan permen serat sepanjang hari.
- Kolaborasi dengan ahli diet, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan potensi sesuai toleransi.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi seperti antibiotik
- Berikan tambahan makanan/ nutrisi dukungan total bila dibutuhkan. - Makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia juga paling kuat selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
- Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
- Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
- Bahan ini sudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak.
- Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu metabolisme lemak bervariasi, tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan pemasukan lemak serta terjadi diare.
- Diberikan ½ jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
- Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tunda kekurangan terjadi/ gejala memanjang.
3 Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda lilal stabil dengan kulit baik, pengisian kaliper nadi, peliper kuat dan - Awasi masukan dengan keluaran urine, bandingkan berat badan harian catat kehilangan melalui usus haslus, mundath, diare
- Kaji tanda vitas nadi perfor, penisian kapiler turgor kuat dan membran mukrosa
- Periksa asites atau pembentukan adema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
- Berikan pasien menggunakan lapkatun/ spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi
- Observasi tanda pendarahan, contoh hematurin/ moleha rekimosisi, perdarahan terus menerus dan ganti/ bekas infeksi. - Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi, catatan diare berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin trejadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada praktitis sebagai hasil pengguna obat (intomicin) akulasi untuk menurunkan kadar amonia sesuai pada adanya enselofasi hepatik.
- Indikator volume sirkulasi/perfusi- Menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan
- Menghindari trauma dan perdarahan gusi
4 Mengatakan pemahaman penyebab menderita/ faktor resiko, menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/ transmisi ke orang lain. - Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit, termasuk cuci tangan efektif.
- Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi- Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/ orang terdekat
- Mencegah transmisi penyakit keluar ke orang lain melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi linus.
- Pasien terpajan terhadap proses infeksi/ densial resiko komplikasi setuniler.
- Pemahaman alasan untuk untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
5 Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negatif, menyetakan penerapan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi meyakini diri sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab pada diri sendiri. - Kontak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi perasaan/ masalah
- Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol)
- Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien
- Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi - Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya, kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk mengungkapkan perasaam, untuk rasa lebih mgnontrol situasi pasien merasa fesat dan mengalahkan diri, penilaian dari orang lain aka merusak harga diri lebih lanjut.
- Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga.- Meningkatkan hrga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
6 Meningkatkan jaringan kulit/ utusi, exbos eksosiasi, melaporkan tak ada penurunan pruritus/ lecet - Gunakan air mandi dingin. Hindari sabun/ alkali berikan minyak sesuai indikasi.
- Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau kelamaan tidur
- Berikan masase pada waktu tidur
- Berikan obat sesuai indikasi - Mencegah kulit kerign berlebihan, memberikan penghilang gatal
- Menurunkan potensial cedera kulit
- Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan perubahan kulit
- Menghilangkan gatal
7 Menyatakan pemahaman proses penyakit dan mengatakan. Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan. - Kaji tingkah pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan
- Berikan informasi khusu tentangpencegahan/penularan penyakit
- Remajakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat
- Bantu pasien mengidentifikasi aklilus penyakit
- Dorong keseimbangan diet seimbang
- Identifikasi area untuk mempertahankan fungsi usus biasanya.
- Diskusikan pembatasan standar darah
- Kaji ulang perlunya menghindari alkohol G-12 bulan minimum atau lebih lama sesuai toleransi individu - Mengidentifikasi area kekurangan pengatahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.
- Kebuthan/ rekomendasi akan bervariasi karena penyebab dan sirkulasi individu.- Ini tak perlu ditunggu sampai berubah sampai kembali normal untuk memulai aktivitas tetapi aktivitas keras perlu dibatasi sampai habis kembali normal.
- Aktivitas yang dapat dinikmati atau membantu pasien menghindari permasalahan pada penyembuhan panjang.- Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan jaringan.
- Penurunan tingkat aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan/cairan dan mulilitas usus dapat mengakibatkan kongsipasi
- Mencegah penyebaran infeksi
- Meningkatkan iritasu hepatik dan mempengaruhi pemulihan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DENGAN ABSES HEPAR PADA TN. S DI RUANGAN SOMTA MELONIA RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
28 – 30 Juni 2011A. Identifikasi
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama initial : Tn. S
Tempat /Tgl.Lahir (umur) : 4-4-1965 (46 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Katolik
Warga negara/suku : Indonesia/Batak karo
Pendidikan/pekerjaan : PNS
Alamat rumah : Desa Hulu Kec. Pacur batu Kab. Deli Serdang
Tanggal masuk/jam : 24 Juni 2011/ 21.00Wib
Rekam medik : 00-25-41-99
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Mbainai Kec. Sibiru-biru Kab. Deliserdang
Pekerjaan/pendidikan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung
B. Data Medik
Diagnosa : Abses hepar
Dr.yang merawat : dr.Pengarapan
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
I. Riwayat kesehatan/alasan masuk rumah sakit Santa Elisabeth Medan tanggal 24 Juni 2011 pukul 21.00Wib.
Pada tanggal 24 Juni 2011 pukul 21.00wib pasien datang kerumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan atas, sering mual muntah, tidak selera makan, tidak bisa tidur karena nyeri pada perut demam atas anjuran dokter untuk rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, cek darah rutin, cek fungsi faal hati, USG.
Nyeri dapat berkurang setelah makan obat yang diberikan oleh dokter.II. Keluhan saat ini tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00 Wib
Pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00Wib, masih ada nyeri pada perut kanan atas, sering mual saat makan, tidak selera makan, tidak bisa tidur karena nyeri pada perut terutama pada malam hari.
III. Keadaan umum
a. Tekanan darah : 110/70 mmhg
MAP =
=
Kesimpulan : Perpfusi ginjal masih dalam batas normal
MAP normal : 70 – 100 mmhg
b. Pernafasan : frekwensi 22 x/menit
c. Suhu : 37,5°C
d. Nadi : 88 x/menit
IV. Genogram
Keterangan
D. Pola kesehatan sehari-hari
¬ a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
1. Data Subjektif
Pasien yang sakit, jika sakit hanya flu, batuk, sakit kepala, demam, diare, biasanya diobati pake obat warung seperti obat sanaflu, bodrex, ponstan langsung sembuh kalau diare menggunakan larutan garam. jarang memeriksa kesehatan ke fasilitas kesehatan
b. Keadaan saat ini tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00 Wib
Pasien mengeluh nyeri didaerah perut kanan atas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, sudah dilakukan perawatan selama 4 hari tetapi nyeri masih ada.
E. Pola Nutrisi Metabolik
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien memiliki kebiasaan makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk dan sayur ditambah dengan air putih 6-8 gelas tiap hari, tidak memiliki kesulitan saat makan.
b. Keadaan saat ini tanggal 28 Juni 2001
Pasien tidak selera makan karena merasa pahit dilidah, dan ada rasa mual setiap mau makan.
2. Data Objektif
Pasien terakhir makan pukul 11.30 Wib, makan yang diberikan tidak hasbis karena pasien merasa mual, dan ada rasa pahit dilidah, mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada gusi, gigi geligi lengkap tidak ada gigi palsu.
F. Pola Eliminasi
1. Keadaan Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien memiliki kebiasaan BAB 1-2 x /hari, biasanya pada pagi hari atau sore hari, BAK 6-6 x/hari
b. Keadaan sejak sakit
Pasien merasa sulit BAB dan BAK seperti biasa.
2. Data Objektif
Pasien masih bisa mandi kekamar mandi, tetapi terkadang dibantu oleh istri karena pasien merasa lemas
G. Pola Kativitas dan Latihan
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien memiliki kegiatan sehari-hari. Bekerja sebagai guru SMA mulai pagi sampai sore hari, sehabis pulang dari sekolah membantu istri bekerja di kebun.
b. Keadaan sejak sakit
Pasien sulit melakukan aktivitas yang berat, namun untuk melakukan aktivitas sederhana seperti makan, minum, kekamar mandi masih bisa dilakukan walau perut terasa sakit, namun kadang-kadang pasien minta bantuan istri bila pasien merasa tidak sanggup melakukan aktivitas tertentu.
2. Data ObjektifAktivitas harian : pasien dapat melakukan aktivitas dengan
H. Pola Tidur dan Istirahat
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Kebiasaan pasien waktu tidur setiap hari ± 6-7 jam tidup pada malam hari pukul 22.00 – 05.00 wib, pasien tidak pernah menggunakan obat tidur saat tidur menggunakan lampu tidur, pada siang hari jarang tidur siang.
b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011Sejak sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak apalagi pada malam hari karena merasa nyeri
2. Data Objektif
Pasien tampak gelisah, mengeluh nyeri pada perut kanan atas, ekspresi wajah mengantuk, sering menguap, palpebrae tampak kehitaman.
I. Pola persepsi kognitif - pengetahuan
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien tidak mengerti tentang penyakitnya karena tidak pernah menanyakan kepada tenaga kesehatan tentang penyakit yang dialami sekarang ini.
b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011
Setelah dokter menjelaskan tentang penyakitnya, dokter menyarankan untuk cek darah rutin, cek fungsi faal hati, faal ginjal, dan elektrolit untuk kesimpulan penyakit yang dialaminya.
2. ObservasiPasien tidak banyak mengerti tentang penyakit yang dialaminya, hanya dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan yang dianjurkan oleh dokter untuk kepastian penyakit yang dialaminya.
J. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien sebelum sakit dia berperan aktif dalam pekerjaannya sebagai guru SMA, berperan sebagai ayah dan kepala keluarga, dan selain berusaha mencukupi kebutuhan keluarga dan memberikan yang terbaik dari keluarganya.
b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011Pasien sejak sakit tidak dapat bekerja sebagai guru SMA untuk sementara, merasa sedih karena tidak dapat berkumpul seperti biasa lagi dengan keluarga.
2. Data Objektif
1. Observasi
a. Kontak Mata. : pada saat dilakukan pengkajian pada pasien dapat berespon dengan baik
b. Rentang perhatian : pada saat namanya dipanggil pasien menoleh dan menjawab dengan baik
K. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien tinggal satu rumah bersama istri dan anak-anaknya, sering bersosialisasi dengan sesama atau tetangganya..
b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011
Pasien merasa sedih karena sejak sakit tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti biasa lagi, tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dan hanya berbaring di tempat tidur.
2. Data Objektif
Pasien hanya ditemani oleh istri dirumah sakit, kadang-kadang keluarga yang lain datang menjenguk.
L. Pola Reproduksi - Seksualitas
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien sudah punya istri dan mempunyai 3 orang anak, tidak ada gangguan pada sistem reproduksi.
b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011
Pasien saat ini tidak ada pikiran untuk melakukan hubungan seksualitas
2. Data Objektif
Tidak ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin
M. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien jarang marah pada istri dan anak-anaknya, kalau lagi ada masalah dapat menyatakannya dengan bercerita pada istri dan anak-anaknya.
b. Keadaan sejak sakit
Pasien merasa sedih karena membebani istri dan keluarganya dengan penyakitnya dan berharap untuk cepat sembuh.
2. Data Objektif
1. Observasi
Pasien tampak lemas dan gelisah
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah : 110/70 mmhg
b. HR : 88 x/menit
N. Pada Sistem Nilai Kepercayaan
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien beragama kristen katolik dan rajin kegereja, setiap hari minggu bersama keluarganya dan tidak pernah lupa untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah tidur.
b. Keadaan sejak sakit
Sejak sakit pasien tidak pernah kegeraja lagi, hanya berdoa dan percaya bahwa Tuhan itu ada dan berharap Tuhan akan memberikan kesembuhan dan kesehatan pada seluruh keluarganya. Kebiasaan doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah tidur masih tetap dilakukan, bersama istri dirumah sakit.
2. Data ObjektifTidak ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin
ANALISIS DATA
Nama/ Umur : Tn. S / 46 Tahun.
Ruang/ Kamar : St. Melania / 74-3
No Sign/Synptom Etiologi Problem
1 Data subjektif
- Pasien mengatakan nyeri di perut kanan atas
- Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar kepunggung
Data subjektif
- Nyeri tekomardonam
- Pasien gelisah
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien memegangi perut yang sakit
- Skala nyeri : 5
Memburuknya fungsi liver
Nyeri
2 Data subjektif
- Pasien mengatakan tidak selera makan
- Terasa mual saat makan
Data subjektif
- Pasien tampak mual saat makan
- Makanan yang disajikan ½ porsi
- Mukosa tampak kering
- Nyeri tekan abdomen
- Bibir tampak kering
- Konjungtiva anemia
- Sclera icterms
Intake makanan yang tidak adekuat
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3 Data subjektif
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri abdomen
Data subjektif
- Ekspresi wajah mengantuk
- Sering menguap
- Pasien tampak gelisah
- Palpebrase tampak kehitaman
Nyeri abdomen
Gangguan pola tidur
4 Data subjektif
- Pasien mengatakan mencemaskan penyakitnya
- Pasien mengatakan takut penyakitnya tidak sembuh
Data subjektif
- Ekspresi wajah gelisah
- Pasien tampak meremas-remas tangannya
- TD : 110/70 mmHg
Perubahan terhadap status kesehatan
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/ Umur : Tn. S / 46 Tahun.
Ruang/ Kamar : St. Melania / 74-3
No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf
Ditemukan Diatasi
1
2
3
4 Nyeri berhubungan dengan memburuknya fungsi liver
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri abdomen
Ansietas berhubungan dengan perubahan terhadap status kesehatan. 28-06-2011
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/ Umur : Tn. S / 46 Tahun.
Ruang/ Kamar : St. Melania / 74-3
Tanggal No Tujuan/kriteria hasil Intevensi keperawatan Rasionalisasi Paraf
28-06-2011
28-06 2011
Tujuan
Dalam waktu 3 hari masa perawatan pasien melaporkan adanya penurunan rangsang nyeri.
Kriteria hasil
- Melaporkan nyeri hilang
- Wajah rilex
- Tampak relaksasi otot-otot abdomen 1. Pertahankan posisi semi fawler sesuai indikasi
2. Berikan tindakan kenyamanan, seperti masase punggung, latihan nafas dalam, latihan relaksasi.
3. Anjurkan pasien berdest bila pasien melaporkan adanya ketidaknyamanan perut.4. Berikan lingkkungan yang nyaman pada pasien
5. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lima intervensi
6. Berikan obat sesuai indikasi canalgesik narkotik 1. Membantu meminimalkan nyeri karena gerakan
2. Meningkatkan relaksasi
3. Melindungi liver dan membantu tubuh dan metabolisme
4. Membantu klien untuk menghilangkan rasa nyeri
5. Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
6. Membantu menghilankan nyeri
2 Tujuan
Dalam waktu 2 hari masa perawatan resiko perubahan nutrisi tidak terjadi
Kriteria hasil
- Menunjukkan peningkatan BB
- Wajah rilex
- Konjungtiva tidak berlemak 1. Berikan perwatan mulut sebelum makan
2. Anjurkan makan pada posisi semi farler
3. Berikan makanan sedikit agak panas frekwensi sering
4. Anjurkan makan pagi dengan porsi yang lebih besar
5. Dorong pemasukan sari jeruk dan makanan selingan
6. Kolaborasi dengan ahli diet untuk membuat diet sesuai kebutuhan pasien. 1. Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan
2. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
3. Menambah pemasukan
4. Trorexia selama siang hari membuat masukan sulit pada sore hari.
5. Untuk masukan tambahan
6. Berguna dalam membuat program diet untuk kebutuhan tubuh
3 Tujuan
Dalam waktu 2 hari masa perawatan keburuhan tidur dapat terpelihara
Kriteria hasil
- Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/ istirahat
- Pasien tampak segar
- Palpebrae tidak kehitaman 1. Berikan tempat tidur yang nyaman dan berikan milik pribadi mis: bantal dan guling
2. Tentukan kebiasaan tidur dan biasanya dan perubahan yang terjadi
3. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mesase punggug waktu mau tidur.
4. Instruksikan tindakan relaksasi
5. Kurangi kebisingan dan lampu
6. Hindari bila mungkin (mis: membangunkan untuk obat/terapi)
7. Berikan obat sesuai indikasi 1. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis
2. Mengidentifikasi intervensi yang tepat
3. Meningkatkan efek relaksasi
4. Membantu mengindikasi tidur
5. Memberikan situasi konduktif untuk tidur
6. Tidur tanpa gangguan menimbulkan rasa segar
7. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur
4 Tujuan
Dalam waktu 1 hari ansietas menurun
Kriteria hasil
- Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah melaporkan ansietas menurun. 1. Evaluasi tingkat ansieatas, catat respon verbal dan non verbal
2. Pertahankan kondisi lingkungan yang terapeutik
3. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur
4. Dorong keluarga untuk selalu mendampingi pasien
5. Berikan hiburan yang mendukung, televisi koran 1. Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkarkan perasaan sakit
2. Menurunkan ansietas
3. Membetasi kelemahan
4. Untuk memberikan dukungan yang positif
5. Sebagai faktor yang mendukung untuk mengetahui ansietas
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama/ Umur : Tn. S / 46 Tahun
Ruang/ Kamar : St. Melania / 74-3
Tanggal/jam No Implementasi keperawatan Paraf
3,4 Mengobservasi keadaan pasien dan menanyakan keluhan.
Pasien : pasien mengatakan nyeri pada perut masih ada,
Observasi : - Pasien tampak lemah
- Infus ka-en 3B 20Tts/I berjalan dengan lancar sesuai dengan tetesan
- Menganjurkan pasien untuk istirahat, pasien mengatakan mau istirahat
- Menyajikan snack pasien
- Merapikan tempat tidur pasien dan memberikan posisi towler pada pasien
Pasien mengatakan merasa nyaman dengan posisi itu
- Mengobservasi tanda-tanda vital pasien :
T : 37°C, P: 84 x/i, TD : 110/70 mmhg, RR : 22 x/i
- Mengontrol keadaan pasien, pasien tampak sedang beristirahat
- Menganjurkan pasien untuk mandi dan mengganti pakaiannya, pasien mengatakan mau melakukannya
- Menyajikan diet kepada pasien dengan diet lemak + soup 1 gelas + 1 gelas air putih dan menganjurkan pasien untuk makan,
Pasien mengatakan tidak selera makan karena ada rasa mual saat makan
- Menganjurkan pada pasien untuk tarik nafas bila aa keluhan mual, pasien tampak tarik nafas
- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya dengan tetap tarik nafas bila mual muncul : makanan yang disajikan habis ½ porsi- Memberikan obat oral : mucosta 1 tablet + 1 gelas air putih, pasien tampak meminum obat
- Menganjurkan pasien untuk istirahat, pasien mengatakan mau istirahat
- Mengobservasi tanda-tanda vital pasien :
T : 37°C, P: 80 x/menit, TD : 120/70 mmhg, RR : 22 x/i
- Menanyakan kepada pasien apakah nyeri masih ada:
Pasien mengatakan nyeri masih ada
- Menganjurkan keluarga untuk tidak membuat keributan supaya pasien dapat istirahat:
Keluarga pasien tampak setuju
- Menganjurkan pasien untuk istirahat,
Pasien mengatakan mau istirahat
- Mengobservasi keadaan pasien dan menanyakan keluhan pasien, pasien tampak duduk lemah ditempat tidur dan mengeluh perut masih terasa sakit.
- Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien dengan merapikan tempat tidur dan memberi posisi semi fowler : pasien mengatakan merasa nyaman
- Menyajikan snack pasien
- Mengobservasi tanda-tanda vitasl sign :
T : 36°C, Nadi: 76 x/i, TD : 110/70 mmhg, RR : 20 x/i
- Mengontrol keadaan pasien : pasien tampak sedang istirahat
- Memberikan infus metrofusin 1 botol (iv), infus tampak berjalan dengan lancar dengan jumlah tetesan 20 tts/i
- Menganjurkan pasien untuk membaca koran atau baca buku yang menarik perhatian pasien untuk mengalihkan rasa nyeri : pasien tampak setuju
- Mengontrol infus pasien : infus tampak berjalan dengan lancar dan tidak ada tanda-tanda peradangan pada tempat penusukan
- Menghidangkan makan malam pada pasien dengan diet lunak + soup 1 gelas + 1 gelas air putih dan menganjurkan pasien untuk makan, pasien mengatakan mau makan.
- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya dan menganjurkan untuk tarik nafas bila perasaan mual timbul : makanan yang disajikan habis 1 porsi
- Memberikan obat oral, mucosta 1 tablet + 1 gelas air putih, pasien tampak meminum obat.
- Mengobservasi tanda-tanda vitasl pasien :
T : 37°C, P: 82 x/i, TD : 120/70 mmhg, RR : 22 x/i
- Menganjurkan pasien untuk istirahat, dan menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membuat keributan agar pasien d apat tidur dengan tenang
3 Mengobservasi keadaan pasien dan menanyakan keluhan.
Pasien : pasien mengatakan nyeri pada perut masih ada,
Observasi : - Pasien tampak lemah
- Infus ka-en 3b 20 tts/i berjalan dengan lancar sesuai dengan tetesan
- Menganjurkan pasien untuk mandi dan mengganti pakaiannya : pasien mengatakan mau mandi
- Mengganti alat-alat tidur yang kotor
- Menganjurkan pasien untuk istirtahat dan memberikan posisi towler pada pasien
Pasien mengatakan merasa nyaman dengan posisi itu
- Mengobservasi tanda-tanda vital pasien :
T : 36°C, P: 80 x/i, TD : 110/70 mmhg, RR : 22 x/i
- Mengontrol keadaan pasien, pasien tampak sedang beristirahat
- Memotivasi pasien untuk tetap sabar dan menganjurkan keluarga untuk tetap mendukung dan memberi semangat pada pasien
- Menyajikan diet kepada pasien dengan diet lunakk + soup 1 gelas + 1 gelas air putih dan menganjurkan pasien untuk makan, Pasien mengatakan mau makan
- Menganjurkan pada pasien untuk tarik nafas bila ada keluhan mual, pasien tampak tarik nafas- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya dengan tetap tarik nafas bila mual muncul : makanan yang disajikan habis ½ porsi
- Memberikan obat oral : mucosta 1 tablet + 1 gelas air putih, pasien tampak meminum obat
- Menganjurkan pasien untuk istirahat, pasien mengatakan mau istirahat
- Mengobservasi tanda-tanda vital sign pasien :
T : 37°C, P: 80 x/menit, TD : 120/70 mmhg, RR : 22 x/i
- Menanyakan kepada pasien apakah nyeri masih ada:
Pasien mengatakan nyeri masih ada
- Menganjurkan keluarga untuk tidak membuat keributan supaya pasien dapat istirahat:
Keluarga pasien tampak setuju
- Menganjurkan pasien untuk istirahat,
Pasien mengatakan mau istirahat
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/ Umur : Tn. S / 46 Tahun.
Ruang/ Kamar : St. Melania / 74-3
Tanggal/jam No Evaluasi keperawatan Paraf
28-06-2011
1 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan nyeri masih ada pada perut sebalah kanan atas
O : - Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
- Pasien merasa nyeri sedikit berkurang dalam posisi semi towler
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
2 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan mual masih ada saat makan
O : - Saat makan pasien tampak masih mual Pasien mendapat asupan nutrisi tambahan (roti, buah)
- Makanan yang disajikan habis ½ porsi
- Pasien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
3 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri pada perut
- Pasien mengatakan sering terbangun bila ada suasa ribut
O : - Pasien tampak sering menguap
- Palpebras tampak kehitaman
- Pasien tampakgelisah
- Pasien tampak lemah
- Nadi : 84 x/i; TD : 110/70 mmhg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
A
4 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini
- Pasien merasa tidak nyaman tinggal dirumah sakit
O : - Pasien sering termenung
- Ekspresi wajah tegang pada saat pasien menerima obat suntikan
- Pasien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
29-06-2011
1 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan nyeri masih ada terutama pada malam hari
- Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
O : - Pasien tampak lemah
- Pasien masih mengeluh kesakitan
- Pasien tampak tenang bila posisi semi towler
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
2 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan masih merasa mual namun sudah mulai berkurang
- Nafsu makan sudah mulai ada
O : - Makanan yang disajikan habis 1 porsi
- Pasien mendapat asupan nutrisi tambahan (roti, buah)
- Pasien tampak tarik nafas bila rasa mual ada
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan no. 1,2,3,4
29-06-2011 3 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan sudah mulai enak tidur
- Keluarga mengatakan bahwa pasien sudah nyenyak tidur
- Pasien mengatakan keluarga selain menganjurkan pasien untuk tidur
O : - Saat diobservasi pasien tampak tidur nyenyak
- Wajah tampak mulai segar
- Pasien jarang menguap
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan no. 1,2,3,4
4 21.00 Wib
S : - Pasien mengatakan termotivasi karena dukungan dari keluarga dan tenaga medis
O : - Pasien sibuk dengan aktivitasnya di tempat tidur (baca koran)
- Keluarga selalu mendampingi pasien
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1,2,3,4
30-06-2011 1 21.00 WIB
S : - Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : - Pasien tampak rileks
- Keluhan nyeri sudah berkurang
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan keperawatan
2 21.00 WIB
S : - Pasien mengatakan sudah selera makan, rasa mual sudah tidak ada lagi
O : - Makanan yang disajikan habis
- Pasien mendapat asupan tambahan (roti, buah)
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan keperawatan
3 21.00 WIB
S : - Pasien mengatakan sudah mulai tidur nyenyak
- Keluarga mengatakan pasien sudah mau tidur
- Pasien mengatakan keluarga selalu menganjur-kan pasien untuk istirahat
O : - Saat diobservasi pasien tampak istirahat
- Wajah tampak mulai segar
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan keperawatan
4 21.00 WIB
S : - Pasien mengatakan termotivasi karena dukungan keluarga dan tenaga medis
O : - Rasa cemas sudah berkurang
- Keluarga selalu mendampingi pasien
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Elisabeth Medan, maka penulis membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus yang dibahas dari tahap pengkajian sampai evaluasi.
A. Tahap Pengkajian
Di dalam pengkajian ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teoritis dan tinjauan kasus
1. Pada teori diteori salah satu manifestasi klinis abses hepar yaitu batuk dimana pada kasus tidak dijumpai karena batuk terjadi apabila abses sudah mengalami perforasi yang menyebabkan hepatobrondial.
2. Pada teori ditemukan diare dimana pada kasus tidak dijumpai karena diare terjadi apabila abses sudah mengalami perforasi ke intraperitonal yang menyebabkan pertunitis dan abses lokal sedangkan pada kasus belum terjadi perforas.
B. Tahap Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa keperawatan dilihat dari kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.
Dimana dari 7 diagnosa pada teori hanya 3 diagnosa pada kasus dan 1 diagnosa ditemukan pada kasus tapi tidak ditemukan pada teori.
Adapun diagnosa yang tidak ditemukan pada kasus tapi ditemukan pada teoritis yaitu : 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan are ketiga (acites), gangguan proses pembekuan, penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena pada kasus pasien masih dapat minum dengan frekuensi yang memadai.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan cedera jengkel, marah, terkurung, terisolasi, sakit lama, periode penyembuhan, penulis tidak mengangkat diagnosa ini menjadi masalah karena pasien masih mau berinteraksi dengan sesama pasien lainna dan mau berbincang- bincang dengan kerabat-kerabat yang menjenguknya.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan primer bidak tidak adekual, malnutrisi, kurang pengetahuan, untuk menghindari pemajanan karena infeksi sudah menjadi masalah aktual bukan reisko lagi dan infeksi diangkat untuk etiologi nyeri.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia atau akumulasi garam empedu dalam jaringan penulis tidak mengankat diagnosa ini karena pada pasien belum terjadi hiperbilimbinema sehingga hati masih dapat mengkonjugasi garam empedu dalam jaringan tubuh.
Adapun diagnosa yang tidak terdapat pada tinjauan teoritis tapi ditemukan pada tinjauan kasus yaitu :
Nyeri berhubungan dengan infeksi pada hepar hal ini diangkat menjadi diagnosa utama karena nyeri yang dirasakan pasien sebagai alasan utama pasien dirawat di rumah sakit.C. Rencana Keperawatan
Pada tahap ini sering intervensi keperawatan yang ada dalam tinjauan teoritis tidak dapat diangkat dalam tinjauan kasus dimana intervensi yang diangkat berdasarkan keluhan pasien.
Adapun intervensi yang diangkat adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan infeksi hepar
Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak aktif/pasif, hal ini tidak dilakukan karena rasa nyeri yang dirasakan pasien masih sering kambuh
2. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoremaDorong pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen sepanjang hari. Hal ini tidak dilakukan karena sari jeruk ataupun minuman karbonat dapat meningkatkan asam lambung yang mengakibatkan rasa mual yang berlebihan.
D. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi keperawatan sebelumnya telah disusun intervensi yang akan dilakukan. Namun tidak semua intervensi tersebut dapat dilaksanakan pada tahap implementasi.
Adapun intervensi yang tidak dilakukan pada tahap implementasi yaitu :
1. Periksa fungsi hati setiap hati hal ini tidak dilakukan karena dalam pemberian terapi tidak dianjurkan pemeriksaan fungsi hati setiap hari.2. Timbang berat badan pasien setiap hari, tindakan ini tidak dilakukan karena diharapkan pasien tidak melakukan pergerakan sebanyak mungkin agar tidak mengganggu kerja hepar.
E. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai tujuan yang ingin dicapai sudah teratasi atau belum. Dari ketiga tujuan perawatan yang telah diangkat semua telah teratasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Elisabeth Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan pelayanan keperawatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pasien abses hepar khususnya.
A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian teoritis penulis menemukan kesenjangan tanda dan gejala untuk tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus adapun data-data yang ada pada tinjauan teoritis tapi tidak ditemukan pada kasus yaitu batuk, diare dan ikterus.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan secara teoritis ditemukan 7 diagnosa sedangkan pada tinjauan kasus hanya ditemukan 2 diagnosa yang ada pada teoritis dan 1 diagnosa yang tidak ada pada tinjauan teorits namun ditemukan pada tinjauan kasus.
3. Pada tahap perencanaan penulis menyusun secara sistematis yang berfokus pada tujuan yang ingin dicapai, tetapi ada dua perencanaan pada teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu tingkatkan aktivitas sesuai toleransi bantu melakukan latihan gelah sendi pasif/aktif dan dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari.
4. Pada tahap implementasi penulis tidak melakukan intervensi yang telah disusun sebelumnya karena tidak adanya anjuran pemberian terapi dari dokter dan keadaan pasien yang tidak memungkinkan.
5. Pada tahap evaluasi penulis dapat mencapai tujuan yang diharapkan dimana dari ketiga tujuan perawatan yang telah diangkat semua masalah teratasi.B. SARAN
1. Diharapkan kepada perawat untuk membekali diri dengan pengetahuan khususnya mengenai kasus yang dikaji, agar ditemukan data yang akurat dan tepat sesuai dengan kasus yang diuji.
2. Diharapkan perawat perlu meningkatkan pengetahuan untuk menganalisa suatu data secara tepat sehingga dapat menegakkan diagnose dengan tepat.3. Diharapkan dalam tahap perencanaan perlu diperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan fasilitas yang tersedia untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada pasien.
4. Pada pelaksanaan perawatan hendaknya dilakukan kerja sama antara tim kesehatan.
5. Bagi perawat hendaknya perlu meningkatkan penilaian terhadap tindakan yang akan dilaksanakan.DAFTAR PUSTAKA
Marlin E. Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta, EGC. 2002.
Simadibrata Marcellus. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Jakarta, FKUI. 2006.
Suddarth dan brunner. Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. EGC. 2001.
Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 2004.
Syaiffudin. Anatomi Fisiologi, Jakarta. EGC. 2006.