KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah Quran Hadits. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca.
Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
Pamekasan, 22 Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
B. Batasan Masalah ……………………………………………………………….... 2
C. Tujuan …………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 3
A. Wahyu dan Al-Quran …………………………………………………………… 3
a. Pengertian wahyu …………………………………………………………… 3
b. Perbedaan Al-Quran, Hadist Qudsi dan Hadist Nabi ……………………. 4
c. Nama-Nama Al-Quran dan Maknanya ……………………………………. 6
B. Cara Wahyu Diturunkan ……………………………………………………….. 8
1. Cara Al-Quran Diturunkan Kepada Nabi Muhammad SAW …………… 8
2. Ayat yang Pertama Turun dan Isi Kandungannya ………………………. 9
3. Ayat Terahir yang Diturunkan dan Isi Kandungannya ………………….. 11
C. Proses Diturunkannya Al-Quran ………………………………………………. 12
1. Tahapan Turunnya Al-Quran ……………………………………………… 12
2. Prediosasi Diturunkannya Al-Quran ………………………………………. 13
3. Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Bertahap ……………………... 13
D. Bukti Keantikan Al-Quran ……………………………………………………... 14
1. Jaminan Kemurnian, Keagungan dan kehebatan Al-Quran …………….. 14
2. Bukti-Bukti Kebenaran Al-Quran …………………………………………. 17
3. Jaminan Kesempurnaan Al-Quran ………………………………………… 19
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKAN ………………………………………………………………… 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara Bahasa Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun dan qiraah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dgn yg lain dalam satu ucapan yg tersusun rapi. Quran pada mulanya seperti qiraah yaitu masdar dari kata qara’a qiraatan quranan. Allah SWT berfirman yg artinya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kata qur’anah pada ayat di atas berarti qiraatuhu {bacaannya/cara membacanya}. Jadi kata itu adl masdar menurut wazan fu’lan dgn vokal u seperti ghufran dan syukran. Kita dapat mengatakan qara’tuhu quran qiraatan wa quranan artinya sama saja. Di sini maqru’ {apa yg dibaca} diberi nama quran yakni penamaan maf’ul dgn masdar.
Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yg diturunkan kepada Muhammad saw. sehingga Quran menjadi nama khas bagi kitab itu sebagai nama diri.
Secara gabungan kata itu dipakai utk nama Quran secara keseluruhan begitu juga utk penamaan ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Quran kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran.
Dan apabila dibacakan Quran maka dengarlah dan perhatikanlah .. {Al-A’raaf 204}.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dgn nama Alquran di antara kitab-kitab Allah itu krn kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab-Nya bahkan mencakup inti dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam firman-Nya yg artinya Dan Kami turunkan kepadamu al-kitab sebagai penjelasan bagi segala sesuatu.
Tiada Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-kitab ini . {Al-An’am 38}.
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata Quran itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai kata jadian. Mungkin krn ia dijadikan sebagai suatu nama bagi kalam yg diturunkan kepada Nabi saw. dan bukannya kata jadian dari qaraa atau mungkin juga krn ia berasal dari kata qarana asy-syai’ bi asy-syai’ yg berarti memperhubungkan sesuatu dgn yg lain atau juga berasal dari kata qaraain krn ayat-ayatnya satu dgn yg lain saling menyerupai. Dengan demikian huruf nun itu asli. Namun pendapat ini masih diragukan yg benar adl pendapat yg pertama.
Secara Istilah Quran memang sukar diberi batasan-batasan dgn definisi-definisi logika yg mengelompokkan segala jenis bagian-bagian serta ketentuan-ketentuannya yg khusus mempunyai genus differentia dan propium sehingga definisi Quran memiliki batasan yg benar-benar kongkret.
yg kongkret adalah menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita misalnya kita menunjuk sebagai Quran kepada yg tertulis dalam mushaf atau terbaca dgn lisan. Untuk itu kita katakan Quran adl apa yg ada di antara dua buku atau kita katakan juga Alquran adl bismillaahir rahmaanir rahiim alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin … minal jinnati wannaas.
Para ulama menyebutkan definisi Alquran yg mendekati maknanya dgn membedakan dari yg lain dgn menyebutkan bahwa Alquran adl kalam atau firman Allah yg diturunkan kepada Muhammad saw. yg pembacaannya merupakan ibadah. Dalam definisi kalam merupakan kelompok jenis yg meliputi segala kalam. Dan dgn menggabungkannya kepada Allah berarti tidak termasuk semua kalam manusia jin dan malaikat.
Dan dgn kata-kata yg diturunkan maka tidak termasuk kalam Allah yg sudah khusus bagi milik-Nya.
Katakanlah ‘Sekiranya lautan menjadi tinta utk menuliskan firman Rabku akan habislah lautan sebelum firman Rabku habis ditulis sekalipun Kami berikan tambahannya sebanyak itu pula. .
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta ditambahkan sesudahnya tujuh lautan lagi niscaya kalam Allah tidak akan habis-habisnya.
Dan membatasi apa yg diturunkan itu hanya kepada Muhammad saw. tidak termasuk apa yg diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti Taurat Injil dll.
Adapun yg pembacaannya merupakan suatu ibadah mengecualikan hadis-hadis ahad dan hadis-hadis qudsi-bila kita berpendapat bahwa yg diturunkan Allah itu kata-katanya-sebab kata-kata pembacaannya sebagai ibadah artinya perintah utk membacanya di dalam salat dan lainnya sebagai suatu ibadah sedangkan qiraat ahad dan hadis-hadis qudsi tidak demikian halnya.
B. Batasan-Batasan Makalah
1. Wahyu dan Al-Quran
2. Wahyu dan Al-Quran
3. Proses Diturunkannya Al-Quran
4. Bukti Keantikan Al-Quran
C. Tujuan
1. Sebagai bahan pembelajaran dan juga ilmu bagi penulis
2. Untuk memenuhi tugas dari salah satu guru mata pelaran
3. Tambahan pengalaman serta pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wahyu dan Al-Quran
a. Pengertian Wahyu
“Dan tidaklah mungkin bagi manusia agar Allah berfirman kepadanya, kecuali
dengan wahyu langsung atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Rasul
guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya, Dia
Maha Luhur, Maha Bijaksana.” QS [Asy-Syûrâ] 42 : 52
WAHYU, menurut Kamus Al-Mufrâdât fî Ghara`ibi`l-Qur`ân, makna aselinya adalah al-‘Isyaratu`s-sarî’ah. Artinya, isyarat yang cepat yang dimasukkan ke dalam hati seseorang atau ilqâ’un fi`r-rau`i, maksudnya yang disampaikan dalam hati.
1. Pegertian Wahyu Secara Etimologis
Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, paham dan juga api. Ttp ada juga yang mengartikan bisikan yang tersembunyi dan cepat. Dengan demikian, pengertian wahyu secara etimologis adalah : penyampaian sabda Tuhan kepada manusia piihan-Nya tanpa diketahui orang lain, agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Kata Wahyu Dalam Al-Qur’an
a) Ilham al-gharizi lil insan (Ilham naluriah bagi manusia). Seperti wahyu terhadap Ibu Nabi Musa a.s. dlm Q.S. Al-Qashash/28:7).
b) Ilham al-Gharizi lil hayawan (Ilham nalurian bagi binatang). Seperti wahyu Allah pada lebah dalam Q.S. an-Nahl/16:68)
c) Isyarat yang cepat dalam bentuk lambang dan petunjuk. Seperti isyarat Nabi zakaria kepada kaumnya untuk mengagungkan Tuhan-Nya dalam Q.S. Maryam/19:11)
d) Bisikan dan tipu daya syetan untuk mengajak manusia berbuat kejahatan. Di antaranya terdapat dalam Q.S. al-An’am/6:112)
e) Perintah Tuhan kepada para Malaikat supaya melaksanakannya. Dlm Q.S. al-Anfal/8:12.
3. Pengertian Wahyu Secara Terminologis
Pemberitahuan Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa.
b. Perbedaan Al-Quran, Hadist Qudsi dan Hadist Nabi
Perbedaan Alquran dengan Hadis Qudsi Ada beberapa perbedaan antara Alquran degan hadis qudsi dan yang terpenting adl sebagai berikut.
1. Alquran adl kalam Allah yg diwahyukan kepada Rasulullah saw. dengan lafal-Nya dan dengan itu pula orang Arab ditantang tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Alquran itu atau sepuluh surah yg serupa itu bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku krn Alquran adl mukjizat yg abadi hingga hari kiamat. Adapun hadis qudsi tidak utk menantang dan tidak pula utk mukjizat.
2. Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadis qudsi seperti telah dijelaskan di atas terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adl nisbah dibuatkan. Maka dikatakan Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adl nisbah kabar krn Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah saw. mengatakan apa yg diriwayatkan dari Tuhannya.
3. Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak. Adapun hadis-hadis qudsi kebanyakan adl kabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya hadis itu sahih hasan dan kadang-kadang daif.
4. Alquran dari Allah baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dengan maknanya saja.
5. Membaca Alquran merupakan ibadah krn itu ia dibaca dalam salat. Maka bacalah apa yg mudah bagimu dalam Alquran itu. .
Nilai ibadah membaca Alquran juga terdapat dalam hadis Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf laam satu huruf dan miim satu huruf. .
Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yg disebutkan dalam hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.
Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi Hadis nabawi itu ada dua. Pertama tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yg kandungannya diterima oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah tetapi dari segi pembicaraan lbh layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw. sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yg mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yg diterima dari pihak lain.
Kedua taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yg disimpulkan oleh Rasulullah saw. menurut pemahamannya terhadap Alquran krn ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad.
Bagian kesimpulan yg bersifat ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya turunlah wahyu yg membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yg tauqifi atau yg taufiqi dengan ijtiihad yg diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang Rasul-Nya Dia tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yg diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yg diturunkan kepadanya. .
Hadis qudsi itu maknanya dari Allah ia disampaikan kepada Rasulullah saw. Melalui salah satu cara penuturan wahyu sedang lafalnya dari Rasulullah saw. Inilah pendapat yg kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah Taala adl nisbah mengenai isinya bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dan Alquran dan tentu pula gaya bahasanya menuntut utk ditantang serta membacanya pun akan dianggap ibadah. Mengenai hal ini timbul dua macam syubhat.
Pertama bahwa hadis nabawi juga wahyu secara maknawi yg lafalnya dari Rasulullah saw. tetapi mengapa hadis nabawi tidak kita namakan juga hadis qudsi. Jawabnya adalah kita merasa pasti tentang hadis qudsi bahwa ia diturunkan maknanya dari Allah krn adanya nas syara yg menisbahkannya kepada Allah yaitu kata-kata Rasulullah saw. Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Itu sebabnya kita namakan hadis itu hadis qudsi.
Hal ini berbeda dengan hadis nabawi krn hadis nabawi tidak memuat nas seperti ini. Di samping itu masing-masing isinya boleh jadi diberitahukan kepada Nabi melalui wahyu yakni secara tauqifi namun mungkin juga disimpulkan melalui ijtihad yaitu secara taufiqi. Oleh sebab itu kita namakan masing-masing dengan nabawi sebagai terminal nama yg pasti.
Seandainya kita mempunyai bukti utk membedakan mana wahyu tauqifi tentulah hadis nabawi itu kita namai pula hadis qudsi.
Kedua apabila lafal hadis qudsi itu dari Rasulullah saw. maka dengan alasan apakah hadis itu dinisbahkan kepada Allah melalui kata-kata Nabi Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Jawabnya ialah bahwa hal yg demikian ini biasa terjadi dalam bahasa Arab yg menisbahkan kalam berdasarkan kandungannya bukan berdasarkan lafalnya. Misalkan ketika kita mengubah sebait syair menjadi prosa kita katakana bahwa penyair berkata demikian. Juga ketika kita menceritakan apa yg kita dengar dari seseorang kita pun mengatakan si Fulan berkata demikian. Begitu juga Alquran menceritakan tentang Musa Firaun dan sebagainya isi kata-kata mereka dengan lafal yg bukan lafal mereka dan dengan gaya bahasa yg bukan gaya bahasa mereka tetapi dinisbahkan kepada mereka.
c. Nama-Nama Al-Quran dan Maknanya
Al Qur'an, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu dalam Al Qur'an itu sendiri yang memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Al Qur'an itu sendiri, diantara nama-nama itu adalah :
1. Al-Kitab (buku)
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)
2. Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr[15]:9)
4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
5. Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
6. Al-Hukm (peraturan/hukum)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
7. Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa'[17]:39)
8. Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
9. At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syu’araa’ [26]:192)
10. Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)
11. Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
12. Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran[3]:138)
13. Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
14. Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)
15. An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)
16. Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
17. Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim[14]:52)
18. Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS.Al Qashash [28]:51)
B. Cara Wahyu Diturunkan
1. Cara Al-Quran Diturunkan Kepada Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan. di antaranya:
a. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surah (42) Asy Syuura ayat (51).
b. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
c. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".
d. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an surah (53) An Najm ayat 13 dan 14.
Artinya “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain(13) (yaitu) di Sidratil Muntaha(14)”
2. Ayat yang Pertama Turun dan Isi Kandungannya
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,(3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya(5)
Dengan turunnya ayat- ayat yang pertama dari surat Al Alaq kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira itu, maka sekaligus menjadikan tanda bahwa sejak itu beliau diangkat menjadi seorang Nabi (mencapai derajat Nubuwwah), yang sekaligus mendapatkan tugas mengemban dan melakukan dakwah Islamiyah kepada seluruh umat.
Seperti disebutkan di atas bahwa ayat-ayat Al Qur'an yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW diawali dengan ucapan Iqro' (bacalah!), padahal beliau seorang ummy (yang tidak pandai membaca dan menulis). Tentu perintah itu mengandung makna yang harus dihayati oleh semua manusia yang meyakini isi kebenaran Al Qur'an. Prof.Dr.Quraish hihab menjelaskan hal itu secara panjang lebar sebagai berikut:
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun, sehingga tidak harus selalu diartikan "membaca teks tertulis dengan aksara tertentu". Dari "menghimpun " lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra' (bacalah!), tetapi apa yang harus di baca? "Ma Aqra'?", tanya Nabi -dalam suatu riwayat- setelah itu kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh Malaikat Jibril as. Pertanyaan itu tidak di jawab, karena Allah menghendaki beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbika, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra' berarti bacalah, teliti, amatilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra' mencangkup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam cara yang dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau membaca hendaknya dilakukan sampai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan Bismi Rabbika
(Demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu juga.
Mengulang-ulang membaca ayat Al Qur'an menimbulkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin.
Berulang-ulang "membaca" alam raya, membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta menambah kesejahteraan lahir. Yat Al Qur'an yang kita baca dewasa ini tak sedikitpun berbeda dengan ayat Al Qur'an yang di baca Rasul dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian, namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta limpahan kesejahteraan Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang dikandung dalam Iqra' wa Rabbukal-akram (Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia). Atas kemurahanNya lah kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai.
Sungguh perintah membaca merupakan sesuatu yang palinhg berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia."Membaca" dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama, justru dimulai dari suatu kitab (bacaan).
3. Ayat Terahir yang Diturunkan dan Isi Kandungannya
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Isi kandungan surat Al-Maidah ayat 3
1. “Hari ini aku sempurnakan bagimu Agamamu”. Maka sejak saat itu syariat Islam telah sempurna, tidak perlu ada revisi, baik pengurangan, maupun penambahan. Syahadadnya, Salatnya, Zakatnya, puasa dan hajinya semuanya telah disyariatkan secara sempurna.
2. “Dan aku cukupkan nikmatku bagimu”. Sejak kurang lebih 1500 tahun yang lalu, nikmat yang telah diberikan Allah itu sudah sempurna, dan bahkan seandainya kita diperintahkan untuk menghitung-hitung nikmat yang diberikan oleh Allah, kita tidak akan mampu menghitungnya. Saking besarnya karunia nikmat itu, dan itu wajib kita syukuri.
3. “Dan Aku ridho Islam itu sebagai Agamamu”. Kita hidup di dunia ini adalah sebagai konsumen nikmat Allah. Jika kita beriman, kemudian beramal salih, saling berwasiat kepada kebenaran dan saling berwasiat kepada kesabaran, maka Allah telah bersumpah demi masa, manusia tidak akan merugi.
C. Proses Diturunkannya Al-Quran
1. Tahapan Turunnya Al-Quran
Allah menurunkan alquran kepada manusia melalui 3 kali tahap penurunan.
a) Di lauhil mahfudz yang semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun ? Ibnu katsir lewat riwayat ibnu khatam: “Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya: “apapun yang di qodo’ Allah sebelum dan sesudah alquran , semuanya itu di letakkan di lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan siapaun tau tentang lauhil mahfudz. Adapun jumlahnya seklaigus atau jumlatan wahidatan.
b) Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza (سماء الدنيا) yaitu langit yang pertama yang tampak ketika dilihat di dunia ini namun tidak diketahui letak persisinya. Adapun jumlahnya adalah semuanya (jumlatan wahidatan) pada waktu lialatul qodar. Namun tanggalnya tidak diketahuai, adapaun bulannya sudah jelas pada bulan romadhon. Inna anzalnahu fi lailatil al qodri Syahru ar-romadhona alladzi unzila fiihi alquran Semuanya ayat tadi itu menunjukkan bahwasannya penurunan alquran dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izzah. Sebetulnya tidak hanya alquran saja yang diturunkan pada bulan romadhon, namun juga;
1. Taurot : 6 hari setelah romadhon
2. Suhuf ibrohim : 1 romadhon
3. Injil : 13 hari setelah romadhon
4. Zabur : 12 setelah romadhon
5. Dari baitul ‘izzah ke rosulallah.
c) Penurunannya tidak seklaigus, namun diangsur-angsur berdasrkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat jibril. Ayat pertama turun tepat pada tanggal 17 romadhon saat umur rosulallah 41 tahun. Adapun ayatnya; “iqro’ bismi robbika alladzi kholaq ---‘allama al-insana ma lam ya’lam” Adapun ayat terakhir pada tanggal 9 dzulhijjah/10 hijrah pada haji wada’. Sedangkan ayatnya adalah; “al yauma akmaltu lakum dinakum waatmamtu alaikumul nikmati waroditu lakumul islama dhina”
2. Prediosasi Diturunkannya Al-Quran
Diturunkannya Al-Quran kepada Muhammad merupakan peristiwa besar yang sekaligus menegaskan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Untuk pertama kalinya Al-Quranturun di bulan Ramadhan yang berfungsi sebagai petunjuk, penjelas, dan pembeda. Dengan indikasi yang sama Al-Quran diturunkan pada malam yang ditentukan (lail al-Qadr), atau malam diberkahi. Ketiganya mengindikasikan bahwa permulaan diturunkanya Al-Quran adalah di bulan Ramadhan., yang kemudian turun secara berangsur sesuai dengan sosio yang menyertainya. Pentahapan tersebut bertujuan untuk menetapkan hati rasul. Sebagaimana telah disinggung di atas, pembagian tahapan turunnya Al-Quran secara global terbagi dalam beberapa fase yang disesuaikan dengan aspek periode, geografi, dan sosiologi. Dari pertimbangan beberapa aspek tersebut menimbulkan berbagai pendapat tentang periodesasi turunnya al-Qur’an. Pandangan pertama didasarkan pada aspek periode yang digabung dengan aspek geografis. Dalam hal ini para ulama biasanya mengkategorikan dengan periode Makkah dan Madinah atau sebelum dan sesudah hijrah dengan memiliki karakter masing-masing dari ayat yang turun. Sementara dari aspek yang berkaitan dengan tujuan-tujuan Al-Qurandengan obyek penyampaian misinya, yaitu manusia secara umum, Quraish Shihab membagi dengan tiga periode, dua periode di Makkah dan sisanya di Madinah. Dengan pertimbangan aspek antropologis dan psikologis periodesasi turunnya Al-Quranyang disesuaikan dengan misinya, maka dalam pembahasan ini akan dibagi menjadi lima fase.
a) Pemantapan diri Muhammad
b) Pembenahan kerabat dekat
c) Penyadaran kaum Muhammad
d) Pembentukan masyakat Madinah
e) Penyempurnaan masyarakat madinah
3. Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Bertahap
Al-Qur'an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah:
a) Untuk menguatkan hati Nabi SAW. Allah berfirman:
Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur'an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Al-Furqaan:32)
b) Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur'an, apalagi membuat langsung satu kitab.
c) Supaya mudah dihafal dan dipahami.
d) Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur'an dan giat mengamalkannya.
e) Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
D. Bukti Keantikan Al-Quran
1. Jaminan Kemurnian, Keagungan dan kehebatan Al-Quran
a) Jaminan kemurnian Al-Quran
Jaminan kemurnian Al-Quran di jelaskan dengan firman Allah dalam surat yunus ayat 38, yang berbunyi.
Artinya : Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."
b) Keagungan Al-Quran
Dalam Surat al-Isra ayat ke-88, Allah menunjukkan keagungan Al Quran yang artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini; niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’” (QS. Al Isra: 88)
Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkapkan dengan teknologi abad ke- 21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam Al Quran empat belas abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran adalah salah satu bukti terpenting yang memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah.
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti bahwa Al Quran berasal dari Allah, bahwa umat manusia tidak akan pernah mampu membuat sesuatu yang menyerupainya. Salah satu bukti ini adalah ayat-ayat (tanda-tanda) Al Quran yang terdapat di alam semesta.
Sesuai dengan ayat “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushilat: 53), banyak informasi yang ada dalam Al Quran ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan mengenai semua itu. Allah juga yang telah menurunkan Al Quran.
Bagi orang-orang beriman yang teliti, sungguh-sungguh, dan arif, banyak sekali informasi dan analisis dalam Al Quran yang dapat mereka lihat dan pelajari.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Al Quran bukanlah buku ilmu pengetahuan. Tujuan diturunkannya Al Quran adalah sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat berikut: “Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)
“… untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al Mu’min: 54) Singkatnya, Allah menurunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman. Al Quran menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba Allah dan mencari ridha-Nya.
Betapapun, Al Quran juga memberi informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta, kelahiran manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan di langit dan di bumi. Kenyataan bahwa informasi dalam Al Quran tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal penting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah “firman Allah”. Menurut ayat “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Surat an-Nisa: 82), terdapat keserasian yang luar biasa antara pernyataan di dalam Al Quran dan dunia
c) Kehebatan Al-Quran
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Qur’an, 2:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Al Qur’an, 41:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir.
Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.
2. Bukti-Bukti Kebenaran Al-Quran
Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa dibantah.
a) Ditemukannya jasad Fir'aun.
Artinya: "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir'aun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. 10:92)
b) Madu adalah Obat.
Artinya: "kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. 16:69)
c) Air susu binatang, minuman yang lezat.
Artinya : "Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya." (QS. 16:66)
d) Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air.
Artinya : "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. 21:30)
e) Fenomena berpasang-pasangan atas segala sesuatu.
Artinya : "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui." (QS. 36:36)
Qur-an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
f) Kejadian manusia di dalam rahim.
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rendahan (cavite) Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur." Qur-an menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Artinya : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. 22:5)
3. Jaminan Kesempurnaan Al-Quran
Artinya : Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. ( QS : Al-An’am 114)
Artinya : Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Dalam Ayat 114, Allah menegaskan bahwa mencari hakim kepada selain Allah adalah tidak dibenarkan, karena hakim yang paling adil tidak lain adalah Allah swt. untuk menghakim atau mengadili umat manusia, Allah swt. telah menurunkan Al-Qur’an secara rinci, termasuk di dalamnya masalah peradilan dan masalah kehakiman, kita tinggal menerapkannya. Oleh karena itu tidaklah pantas bagi nabi Muhammad untuk mencari hakim selain Allah swt. demikian pula umat islam, tidak diperkenankan mengambil hakim kepada selain Allah, yakni memutuskan suatu hukum tanpa landasan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an wajib diyakini akan kebenarannya dan tidak dapat diragukan lagi.
Ayat 115 dinyatakan bahwa kesempurnaan Al-Qur’an meliputi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. benar di dalam segala petunjuk-Nya dan adil di dalam ketetapan hukumnya. Tidak ada seorang pun yang mampu mengubah firman Allah sedikit pun.
BAB III
PENUTUP
Agama pada umumnya dan islam pada khususnya dewasa ini semakin dituntun peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupan manusia agar tidak terperosok kepada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan martabatnya sebagai mahluk mulia.
Dalam situasi yang semakin global seperti sekarang ini dihadapkan kepada berbagai tantangan. Dalam keadaan demikian, dijumpai adanya manusia yang berhasil meyikapi kehidupan global tersebut secara lebih bermakna dan berguna, tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju.
Agama dapat diharapkan untuk memberikan jawaban terhadap berbagai masalah baik yang berkaitan dengan masalah social, ekonomi, politik, keamanan di yakini bahwa agama mendukung nilai-nilai
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/3408560/Pengertian-Wahyu
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1861694-tahap-turunnya-al-quran/
http://uin-suka.info/ejurnal/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12
http://be-bobstudio.blogspot.com/2011/02/jaminan-kemurnian-al-quran-yunus-38.html
http://boim05.multiply.com/journal/item/81/Keagungan_Al_Quran
http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmuttley.ucdavis.edu%2FBook%2FAtmosphere%2Fbeginner%2Flayers-01.html&h=YAQDZwYQ2
http://sinosukecutrz.blogspot.com/2008/05/jaminan-kesempurnaan-alquran.html