Biografi Imam at-Tirmidzi

Makalah Biografi Imam at-Tirmidzi

BAB I
PENDAHULUAN

Hadits merupakan sumber hukum kedua di dalam sumber hukum islam. Hadits tersebut disampaikan secara mutawatir oleh orang yang di sebut ar rijalul hadits atau tokoh tokoh hadits. Diantara rijalul hadits hadits itu adalah Imam At Tirmidzi. Beliau merupakan salah seorang tokoh yang terkenal dalam tokoh tokoh hadits. Di dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba menguraikan beberapa hal yang bersangkutan dengan Imam At-Tirmidzi. Diantaranya : Nama dan tempat lahir, Masa belajar, guru-guru, dan murid-muridnya, Penghargaan ulama terhadap imam Al-Tirmidzi, Hasil karya imam Al-Tirmidzi, Wafat imam Al-Tirmidzi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam at-Tirmidzi

Imam Al-Tirmidzi nama lengkapnya adalah Abu Musa Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn Adh-Dhahak Al-Sulami Al-Bughi Al-Tirmidzi Al-Imam Al-Alim Al-Bari’[1]. Al Sulami dibangsakan dengan Bani Sulaym, dari kabilah ‘Aylan, sedangkan Al Bughi adalah nama desa tempat Al Imam lahir dan wafat, yaitu di Bugh. Ahmad Muhammad Syakir menambahnya dengan sebutan Al-Dhahir karena ia mengalami kebutaan di masa tuanya[2]. Imam Al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu Isa , tepi sebagian ulama tidak menyenangi sebutan itu karena hadis

ان عيس لا اب له
Artinya “sesungguhnya Isa tidak mempunyai bapak.”

Imam Al-Tirmidzi dilahirkan di tepi selatan sungai Jihun, Usbekistan, di kota Tirmidz. Para penulis tidak menyebutkan secara pasti kapan Imam Al-Tirmidzi dilahirkan. Menurut Syaykh Muhammad ‘Abd Al Hadi Al Sindi Imam Al-Tirmidzi dilahirkan pada tahun 209 H[3]. Al Shalah Al Safadi menyebutkan bahwa Imam Al-Tirmidzi dilahirkan tahun 200 H. ada yang mentatakan beliau lahir pada tahun 208 H dan tahun 209 H. kota tirmiz menurut penduduknya diucapkan dengan bacaan tarmidz .

Sifat-Sifatnya : Para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa Imam At-Tirmidzi lahir dalam keadaan buta. Sedangkan berita yang benar adalah dia menjadi buta ketika sudah besar, tepatnya setelah melakukan perjalanan mencari ilmu dan menulis kitabnya.[4]

Imam al-Hafiz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahak as-Sulami at-Tarmizi, salah seorang ahli hadis kenamaan dan pengarang berbagai kitab yang masyhur, lahir pada tahun 209 H dikota Tirmiz. Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta mengarang, pada akhir kehidupannya beliau mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra dan dalam keadaan seperti inilah akhirnya Imam at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam senin 13 Rajab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.

Imam at-Tirmizi belajar dan meriwaatkan hadis dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya at-Tirmizi belajar hadis dan fiqih. At-Tirmizi juga belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud, bahkan Tirmizi juga belajar hadis dari sebahagian guru-guru mereka. Di antaranya ialah: Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Sa’id bin Abd ar-Rahman, Muhammad bib Basyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.

Hadis-hadis dan ilmu ilmu Imam at-Tirmizi dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama yang menjadi muridnya. Di antaranya ialah: Makhul Ibn al-Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abu al-Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi dan lain-lain. Imam Abi ‘Isa at-Tirmizi diakui oleh para ulama akan keahliannya dalam hadis, kesalehan dan ketaqwaanya. Ia juga terkenal sebagi seseorang yang dapat dipercaya, dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibn Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin Abdullah bin Abi Dawud yang berkata:

“Saya mendengar Abu ‘Isa at-Tirmizi berkata, pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Mekkah, dan ketika itu saya telah menulis dua jilid berisi hadis-hadis yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya bertanya-tanya mengenai dia, mereka menjawab bahwa dialah orang yan kumaksud itu. Kemudian saya menemuinya, saya mengira bahwa “dua jilid kitab” itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut melainkan dua jilid yang lain yang serupa dengannya. Ketika saya telah bertemu dengannya saya memohon kepadanya untuk mendengar hadis dan ia mengabulkan permohonan itu. Kemudian ia membaca hadis yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisa suatu apapun. Demi melihat kenyataan ini ia berkata, “tidakkah engkau malu kepadaku?” Lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. “Coba bacakan!” Suruhnya. Lalu akupun membacakan seluruhya secara beruntun. Ia bertanya lagi “Apakah engkau telah hapalkan sebelum datang kepadaku?” “tidak” jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar ia meriwayatkan hadis yang lain. Iapun kemudian membacakan empat puluh buah hadis yang tergolong hadis yang sulit dan hadis garif lalu berkata “coba ulangi apa yang kubaca tadi”, lalu aku membacanya dari pertama hingga selesai dan ia berkomentar “ aku belum pernah melihat orang seperti engkau”.


B. Masa Belajar, Guru-Guru, Dan Murid-Murid Imam at-Tirmidzi

Perkembangan hadits itu di tandai dengan penulisan, penyampaian penerimaan, penghafalan, dan majlis ta’lim pengkajian hadits, penciptaan ilmu hadits, periwayatan, dan pembukuannya. Kajian pengembangan hadits itu sebagian telah diikuti oleh Imam Al-Tirmidzi sebagian besar telah dilakukannya dan berperan aktif, mulai dari menulis, menghafal, menyampaikan, menerima, menghadiri dan mengadakan majlis ta’lim, menggambarkan ilmu hadits,meriwayatkan dan sampai dengan pembukuan.

Sebagai mana ulama hadits lain Imam Al-Tirmidzi sejak kecil sudah bergelut dengan hadits, Semangatnya dalam belajar hadits membuatnya melalangbuana ke berbagai negeri untuk berguru kepada ulama ahli hadits terkemuka. Imam Al-Tirmidzi pernah ke Hijaz dan belajar dengan ulama Hijaz Iraq, Khurasan belajar dan menuntut ilmu dari Ishaq Ibn Rahawayh, dan sebagainya. Menurut Al Khatib Al Baghdadi Qutaibah Ibn Sa’id Al-Madani lama Imam Al-Tirmidzi belajar hadits diperkirakan lebih dari 35 tahun.[5]

Diantara guru Imam Al-Tirmidzi adalah :

1. Al Bukhari
2. Imam Muslim
3. Abu Daud
4. Qutaibah Bin Sa’id
5. Ishaq Bin Musa
6. Mahmud Bin Ghailan
7. Ibn Bandar
8. ismail bin Musa Al-Fazari
9. Ahmad bin Muni’
10. Abu Mush’ab Az-Zuhri
11. Bisyr bin Muazd Al-Aqadi
12. Al-Hasan bin Ahmad Bin Abi Syuaib
13. Abu Amar Al-Husain bin Huraits[6]

Diantara orang-orang yang pernah berguru ( murid ) kepada beliau adalah :

1. Makhlul Bin Fadlal
2. Muhammad Bin Mahmud Anbar
3. Hammad Bin Syakir
4. Abdul Bin Muhammad An-Nasyifun
5. Al Haisam Bin Kulaib Asy- Syasyi
6. Abu Bakar Ahmad Ibn Ismail Ibn Amir Al Samarkandi
7. Ahmad Bin Ali Al Maqari

As-Dzahabi berkata : Murid-murid At-Tirmdzi Antara lain adalah :

1. Abu-bakar bin Ismail Samarkandi
2. Abu-Hamid Ahmad bin Abdillah bin Daud Al Marwazi
3. Ahmad bin Ali bin Hasnawaih Al-Mukqri’
4. Ahmad bin Yusuf An Nasafi
5. Ashad bin Hamdawiyah Annafi
6. Al Husain yusuf Al-Farbari
7. Hammad bin Syakir Al Warq
8. Daud bin Nashr bin Suhail Al-Bazdawi[7]


C. Penghargaan Ulama Terhadap Imam Al-Tirmidzi

Perhatian beliau sangat besar terhadan ilmu hadits sangat besar beliau menyusun kitab At Turmudzi. Selain itu hasil-hasil karya beliau sangat banyak. Sehingga pujian para ulama terhadap Imam Al-Tirmidzi dalam usahanya mengembangkan hadits dan fiqih dan ilmu-ilmu agama sangat banyak, diantaranya adalah :
  • Pernyataan Imam Bukhari terhadap Imam At Turmudzi bahwa kedudukan beliau dalam ilmu hadits adalah sangat tinggi. Imam Bukhari berkata “ Apa yang aku ambil manfaat dari padaku.[8]
  • Al Hafizh Al Alim Al Idrisi berkata “ ia (Imam Al-Tirmidzi) seorang dari para imam yang memberi tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadits, mengarang Al Jami’ Tarikh, sebagai seorang penulis yang alim yang meyakinkan, ia seorang contoh dalam hafalan”
  • Al Mizzi mengatakan bahwa Imam Al-Tirmidzi salah seorang imam hafizh yang mempunyai kelebihan yang telah dimanfaatkan kaum muslimin.
  • Mubarak Ibn Atsir mengatakan bahwa Imam Al-Tirmidzi adalah seorang ulama hafizh yang terkenal, padanya telah terjadi pembangunan fiqih.
  • Imam Al-Tirmidzi termasuk ahli hadits yang kuat daya hafalnya, teliti serta terpercaya. Ibnu Hibban Al Busti mengakui kemampuan Imam Al-Tirmidzi dalam hal menghafal, menghimpun, dan meneliti hadits sehingga ia menjadi sumber pengambilan hadit banyak ulama terkenal diantaranya imam bukhari[9] 

D. Hasil Karya Imam Al-Tirmidzi

Imam Al-Tirmidzi adalah sorang penulis yang terkenal Diantara karya-karya Imam Al-Tirmidzi adalah :

1. Al Jami’ yang terkenal dengan Sunan Imam Al-Tirmidzi yang menghimpun 3.956 buah hadits. [10] Di dalam kitab Sunan atau Al Jami’ At-Tirmidsi, ia mengklasifikasikan kualitas hadits menjadi shahiah, hasan, dan da’if. Buku inilah yang menjadi sumber utama hadits hasan[11].  Kitab ini mempunyai ciri khas yaitu adanya pembahasan tentang rijal hadits dan isnad, adanya penyampaian pendapat imam mazhab dan diantaranya dilengkapi dengan penjelasannya, Imam Al-Tirmidzi juga menjelaskan perselisihan pendapat mazhab kemuadian mencoba memilihnya dengan menggunakan dasar hadits yang dikuasainya.

2. Al-‘Illat
3. Asy Syama’il Wa Al Kuna
4. At-Tarikh
5. Az-Zuhud


E. Contoh Hadits

Contoh hadits yang diriwayat oleh Imam Al-Tirmidzi adalah :

وخلفه في بعض مغا زيه فقا له علي يا ر سول الله تخلفني مع النساء والصبيا فقا ل رسو ل الله صلي الله عليه وسلم : ا ما تر ضي ان تكون مني بمنز لة هارون من موس الا انه لا نبوة بعد ى.

Artinya : “Dan meninggalkan Nabi Muhammad Saw. Akan ia(Saidina ‘Ali Kw) di salah satu perperangan, maka berkata ‘Ali kepada Nabi : kenapakah tuan tinggalkan saya di kampong bersama wanita dan anak-anak ?

Nabi menjawab : Hai ‘Ali, apakah engkau tidak suka bahwa engkau sama dengan Nabi Harun di banding Nabi Musa ? tetapi awas! Nabi dan kenabian tidak ada lagi sesudah aku.” (Sahih Tirmidzi, jilid XIII, h. 171)

Keterangan : Hadits ini mengisahkan ketika nabi hendak pergi ke perperangan Tabuk pada tahun 9 hijriyah, yang mana ketika itu beliau meninggalkan Saidina ‘Ali di madinah untuk menjaga ahli family Nabi. Saidina ‘Ali Kw. Agak marah karena tidak pantas seorang pahlawan yang gagah berani seperti Ia di tinggalkan hanya untuk menjaga wanita dan anak-anak, yang dapat di kerjakan oleh orang-orang lemah dan tidak kuat.

Nabi mengatakan kepada Saidina ‘Ali,sebagai pembujuknya, bahwa derajatnya sama dengan Nabi Harun disbanding Nabi Musa, karena Nabi Harun di tinggalkan oleh Nabi Musa di kampong ketika beliau pergi munajat ke bukit Thursina. Tetapi menegaskan kesamaannya dengan nabi Harun bukanlah dalam kenabian, karena Nabi dan kenabian tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad Saw.

Dari hadits ini dapat dapat dipetik hukum-hukum yaitu :
  • Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad Saw.
  • Nabi dan kenabian tidak lagi.
  • Faham yang mengatakan bahwa Mirza Gulam Ahmad di Anggap Nabi, adalah salah dan sesat, menentang hadits ini.
  • Faham dari sebagian kaum Syi’ah yang mengatakan bahwa Saidina ‘Ali sebagai Imam mereka masih menerima wahyu dari tuhan adalah faham yang salah pula.[12]

F. Wafat Imam Al-Tirmidzi

Imam Al-Tirmidzi wafat pada tahun 279 H dalam usia 70 tahun. Beliau wafat pada bulan Rajab tanggal 13 tahun 279 malam hari senin. Beliau meninggal di desa al Bugh dan dimakankan di sana. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa beliau wafat tahun 277 H dalam usia 68 tahun. Namun ada yang mengatakan bahwa Imam Al-Tirmidzi lahir dan wafat di kota tirmidz. Hal itu tidaklah salah, karena bigh dan tirmdz itu berdekatan dan bugh merupakan sebagian dari kota tirmidz.


G. Sistematika Penulisan dan Kandungan Sunan at-Tirmizi

Kitab Sunan at-Tirmizi merupakan salah salah satu kitab karya Imam at-Tirmizi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolong salah satu Kuttub as-Sittah (enam kitab pokok dalam bidang hadis) dan ensiklopedi terkenal. Kitab ini terkenal denan nama Jami’ at-Tirmizi, dinisbatkan kepada nama penulisnya yang juga terkenal dengan nama Imam at-Tirmizi Dalam kitabnya ini Imam at-Tirmizi memasukkan hadis sahih, hasan, daif, garib, dan mu’allal, dan hal inilah yang dikritik oleh beberapa ulama terutama dalam bidang fada’il.

Dalam pada itu at-Tirmizi tidak meriwayakan dalam kitabnya kecuali hadis-hadis yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqih. Metode yang demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh karenanya, ia meriwayatkan hadis yang bernilai demikian, baik jalan periwayatanya sahih ataupu tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadis.

Sunannya disusun menurut bab fiqih dan lainnya, terkandung hadis sahih, hasan, dan daif. Beserta penjelasan derajat (kekuatan) hadis. Ia merupakan kitab yang khusus dalam menyatakan hadis bertaraf hasan. Ini karena beliaulah yangpertama menjelaskan hadis hasan lalu menjadikan kitabnya sebagai sumber utama untuk tujuan itu.

Hadis hasan menurut Imam at-Tirmizi ialah:
  • Perawi dalam Isnadnya tidak dituduh al-Kizb
  • Tidak syaz
  • Diriwatkanlebih dari satu jalan
Diriwayatkan bahwa ia pernah berkata “semua hadis dalam kitab ini dapat diamalkan’. Oleh karena itu sebahagian besar ahli ilmu menggunakannya sebagi pegangan kecuali dua buah hadis yaitu:

Pertama, yang artinya: “Sesungguhnya Rasulallah saw menjamak salat zuhur dan asar dan magrib dengan isya tanpa adanya sebab takut dan dalam perjalanan”.

Kedua, yang artinya: “Jika ia peminum khamar minum lagi pada yang keempat kalinya maka bunuhlah ia”.

Hadis ini adalah mansukh dan ijmak ulama menunjukkan demikian. Sedangkan mengenai salat jamak dalam hadis diatas, para ulam berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebahagian ulama berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan salat jamak dirumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibn Sirin dan Asyah serta sebahagian ahli fiqih dan ahli hadis juga Ibn Munzir.

Hadis-hadis daif dan munkar yang terdapat dalam kitab ini pada umumnya hanya menyangkut fadail al-amal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan) hadis semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadis-hadis tentang halal dan haram.

Secara keseluruhan kitab Sunan at-Tirmizi terdiri dari 5 juz, 2.376 bab dan 3.956 hadis. Adapun kandungan isi Sunan at-Tirmizi adalah:

Kitab at-Taharah
Kitab as-Salat
Kitab az-Zakat
Kitab as-Saum
Kitab al-Manasik
Kitab al-‘Adahi
Kitab as-Saidi
Kitab al-At’amah
Kitab al-Asyrabah
Kitab ar-Ru’ya
Kitab an-Nikah
Kitab at-Talaq
Kitab al-Hudud
Kitab an-Nuzur wa al-aiman
Kitab ad-Diyat
Kitab al-Jihad
Kitab as-Sair
Kitab al-Buyu’
Kitab al-Isti’zan
Kitab ar-Raqaq
Kitab al-Faraid
Kiab al-Wasaya
Kitab al-Fadail al-Qur’an


H. Pandangan dan Komentar Para Kritikus Hadis Terhadap Kitab Sunan at-Tirmizi

Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu HatimMuhammad bin Hibban, kritikus hadis, menggolongkan at-Tirmizi kedalam saqat atau orang – orang yang dapat dipercaya dan kokoh hapalannya dan berkata “at-Tirmizi adalah seorang ulama yan mengumpulkan hadis, menyusun kitab, menghafal hadis dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama.

Abu Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadis menerangkan Muhammad bin’Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadis yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan dan kitab al-Jarh wa at-Ta’dil. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulam lain. Ia terkenal sebagai orang yang dapat dipercaya, seorang ulam dan immyang menjadi ikutan dan yangberilmu luas. Kitabnya al-Jami’ as-Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang hadis yang mendalam.

Ali Muhammad bin al-Asir seorang ahli hadis mengatakan bahwa Imam at-Tirmizi merupakan seorang imam yang memberi tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis. Imam at-Tirmizi di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadis yang mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqih yan mewakili pandangan dan wawasan luas. Barang siapa mempelajari kitab jami’ nya ia akan mendapat ketinggian ilmu dan pendalaman penguasaan terhadap berbagai mazhab fiqih.

Kitab beliau tidak sunyi dari keritikan para ulama hadis serta beliau dianggap muttasil, dan mensahih dan menghasan serta mengambil hadis dari rijal duafa (perawi daif) dan matruk. Antar yang mengkritik ini adalah al-Imam al-Hafiz Syamsuddin az-Zahabi (784 H).

Di samping kitab unggulannya Sunan at-Tirmizi, Imam at-Tirmizi banyak menulis kitab-kitab, di antaranya:

Kitab al-Jami’
Kitab al-‘ilal
Kitab at-Tarikh
Kitab asy-Syamail an-Nabawiyah
Kitab az-zuhd
Kitab al-Asma’ wa al-Kuna

I. Syarah Kitab Sunan at-Tirmizi

Syarah Sunan at-Tirmizi antar lain ditulis oleh:
  • Abu Bakar Muhammad bin Abd Allah al-Isybili al-‘Arabi (w. 543 H), yang mengarang kitab ‘Aridatul Ahwazi ‘ala at-Tirmizi.
  • Ibn Rajah al-Hambali (w. 795 H) kitab syarahnya berhubungan dengan pembahasan ‘ilal yang ada dalam Sunan at Tirmizi.
  • Imam as-Suyuti Asy-Syafi’i(w. 911 H) yang menulis kitab Qutul Mugtazi ‘ala Jami’ at-Tirmizi

DAFTAR PUSTAKA
  • Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006
  • Dr. R. H. ahmad Sutarmadi, al-iman al-tirmidzi peranannya dalam pengembangan hadits dan fiqih,ciputat, PT logos wacana ilmu, 1998
  • Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006

  • Ibnu ahmad ‘alimi, tokoh dan ulama hadits, sidoarjo, mumtaz,2008
  • Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006
  • Dr. Mustafa Zahri. Kunci memahami Mustalahul Hadits. PT Bina Ilmu, Jl tanjungan 53-e : Surabaya. Cet II 1995
  • K.H. Siradjuddin ‘Abbas, 40 masalah agama jilid II, pustaka Tarbiyah : Jakarta, 2006
  • http://jujurlahselalu.blogspot.com/2012/04/biografi-imam-at-tirmidzi.html
_______________________________
  • [1] Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006, hal.550
  • [2] Dr. R. H. ahmad Sutarmadi, al-iman al-tirmidzi peranannya dalam pengembangan hadits dan fiqih,ciputat, PT logos wacana ilmu, 1998, hal 49
  • [3] Abid , DrR. H. ahmad Sutarmadi, hal 51
  • [4] Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006 hal.550
  • [5] Ibnu ahmad ‘alimi, tokoh dan ulama hadits, sidoarjo, mumtaz,2008, hal 216
  • [6] Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama salaf,Penejemah : Masturi Irham Lc. Dan Asmu’I Taman, Lc.cet 1 Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2006 hal 563
  • [7] Ibid hal 564
  • [8] Dr. Mustafa Zahri. Kunci memahami Mustalahul Hadits. PT Bina Ilmu, Jl tanjungan 53-e : Surabaya. Cet II 1995
  • [9] Abdul aziz dahlan, ensiklopedi hukum islam, jakarta PT ichtiar baru van hoeve 1997
  • [10] M. natsir arsyad, seputar al quran hadits dan ilmu, bandung, al bayan,1995 hal 82
  • [11] Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag, ulumul hadits, Jakarta, amzah, 2008 hal 263
  • [12] K.H. Siradjuddin ‘Abbas, 40 masalah agama jilid II, pustaka Tarbiyah : Jakarta, 2006. Hal 77













.