Sigmund Freud |
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Pandangan tentang manusia
• Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
• Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya.
• Tingkah laku manusia :
a. Ditujukkan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya.
b. Dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.
2. Pandangan tentang kepribadian
a. Struktur kepribadian
Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego.
· Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada segala dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi.
· Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia realita.
· Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi).
b. Dinamika Kepribadian
Psikoanalisis memandang bahwa organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis. Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan super ego.
B. Tujuan konseling
Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.
Secara spesifik :
· Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual
· Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres.
· Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
C. Deskripsi proses konseling
Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian. Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidakdasaran. Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi dan transferensi.
• Aliansi :
Sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
• Tranferensi :
o Pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kepada konselor.
o merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis.
o membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien, fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
D. Teknik konseling
Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan. Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
Ada lima teknik dasar dalam konseling psikoanalisis, yaitu :
1. Asosiasi bebas
Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau : klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2. Interpretasi
Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis mimpi, resistensi, dan transferensi. Penjelasan makna tingkah laku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi beebas, resistensi, dan transferensi.
3. Analisis mimpi
Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.
4. Analisis transferensi
Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan kembali masa lampaunya dalam konseling
Tujuan :
o Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.
o Memungkinkan klien menembus konflik masa lampau yang diperta-hankan hingga sekarang & menghambat perkembangan emosinya.
5. Analisis resistensi
Resistensi :
• Perilaku utk mempertahankan kecemasan.
• Menghambat pengungkapan pengalaman tak disadari.
• Menghambat jalannya proses konseling.
Analisis Resistensi
Teknik membantu klien agar menyadari alasan dibalik resistensinya : bisa menghilangkannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik konseling ini lebih berorientasi pada masa lalu klien, dengan cara memenghayati kembali pengalaman pada masa kanak – kanak, pengalaman tersebut ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian. Semua itu bertujuan untuk membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Sayekti. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mass Offset