Pengertian Munasabah al-quran

Munasabah adalah adanya bentuk ikatan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu surat, antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam surat yang berlainan, aatu antara satu surat dengan surat yang lain. Alquran merupakan firman yang terakhir, penjaga dan pelindung wahyu yang pernah diterima oleh rasul terdahulu, serta merupakan pelengkap dan penyempurna (ajaran) yang akan menuttut kehidupan umat dimasa depan[1]. Alquran merupakan juga sumber ilmu pengetahuan yang sampai sekarang masih digali isi kandungannya,baik dari kalangan muslim maupun dari kalangan non muslim.

Namun usaha itu menemukan hambatan, karna alquran tidan tersusun seperti susunan karaya ilmiah. Banyak persoalan inti yang silih bergandi diungkapan dalam alquran, sehingga menurut shihap[2], sangat dibutuhkan cara-cara yang mudah dalam memahaminya. Hal ini bisa ditolerir mengigat alquran merupakan kitab yang tidak bisa dipahami dengan bekal ilmu tentang pemahaman ilmu alquran yang minim.

Munasabah merupakan satu dari sekian banyak cara dalam membantu memahami makana yang terkandung didalam alquran. Dalam fenomena ini munasabah berupaya melihat korelasi antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, pembukaan surat dengan akhir surat dan satu surat dengan surat yang lainya, baik yang dibelakang maupun didepan surat tersebut. Dengan memperhatikan munasabah berarti telah berusaha sebaik mungkin dalam menafirkan alquran.

Munasabah memiliki peran yang sensitifkan dalam memahami makna alquran. Hal ini seperti pandangan Zuhdi, bahawa ilmu munasabah dapat berperan dalam mengantikan ilmu asbabu al-nuzul, apabila seorang tidak mengetahui seab turunnnya satu ayat, tetapi mengetahui korelasinya[3],

Untuk mengarahkan pengkajian tentang munasabah hingga dapat menghasilkan suatu masukan yang berkualitas, maka beranjak dari latar belakang persoalan tadilah menimbulkan persoalan tentang apa sebenarnya munasabah tersebut ?

B. PENGERTIAN MUNASABAH

Pengertian munasabah dapat difahami dari dia sudut tinjauan ,yakni secara bahasa dan istilah .zakarshi memberikan pengertian dari sudut bahasa, bahwa:

المناسبة فى اللغة المقاربة
(Al munasahabah dalam bahasa artinya berarti kedekatan)[4]

Dalam kontek ini hampir dapat dipastikan bahwa ayat dalam alquran memiliki hubungan yang erat. Untuk mengambarkan lebih jauh lagi tentang maka dapat diliha pengertiannya berdasarka istilah, yakni:

“Al-munasabah adalah adanya bentuk ikatan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu surat, antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam surat yang berlainan, aatu antara satu surat dengan surat yang lain[5].”

Dalam hal tersebut bukan saja pertalian yang bersifat kesesuan saja, nmaun memiliki banyak bentuk persesuain, antara lain seperti disebutkan suyuthi bahwa keterkaitan tersebut seperti berikut :

“Macam – macam bentuk keterkaiatan nya adalah antara lain berbentuk seperti sabab dan musababnya, persesuaian dan pertentangan[6].”

Namun menurut Chirzin bahwa bentuk kesesuain tersebut lebih didominasi oleh kaitan yang berkisar sekitar sebab akibat dan pertentangan, karena jika ayat itu tidak saling bertemu maka tentu berhadapan sebagai lawan[7].

C. Pembagian Munasabah

Berdasarkan pengertian diatas, maka munasabah diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Munasabah ayat dengan ayat dalam satu surat

Munasabah ayat dengan dengan ayat, terdapat dua pokok persoalan yang mendasar, pertama antara ayat dengan ayat kelihatan jelas, hal ini dapat terlihat dari ayat yang diperantarai dengan huruf athaf, seperti ungkapan Zarkashi[8], mengutip firman Allah swt :

Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (Q.S. Saba ‘ (34) : 2).

Huruf athaf pada ayat tersebut menunjukkan keserasian tersebut termasuk bentuk kesesuaian.

Kemudian ada lagi korelasi antara satu ayat dengan ayat yang lainnya tidak terlihat jelas, menurut zakarshimembutuhkan satu alat untuk menjadi bukti tentang keterikatnnya berupa keterkaitan dari sudut ma`nawi. Dan kalau diteliti lebih jauh lagi maka tersirat bahwa hubungan secara ma`nawi dikatakorikan lagi tiga jenis, yakni takzir (hubungan perbadingan), mudhabah (hubungan pertetangan) dan Istidrat(hubungan yang mencerminkan adanya kaiatan antara suatu persoalan dengan persoalan lainnya[9].

2. Munsabah antara satu surat dengan surat yang lainnya

Didalam alquran tidak saja terjadi munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya saja, namaun antara satu surat dengan surat lainnya juga terjadi munasabah. Munasabah yang terjadi bisa saja sifatnya berkesusasian, bertentangan dan sebab akibat.

3. munasabah antara awal ayat dengan akhir ayat dalam satu surat

Disamping dua kategori munasabah diatas, maka lebih lanjut dinyatakan bahwa munasabah juga terjadi antara awal dan akhir ayat pada satu surat. Konsekwensinya adalah alquran memiliki keunikan terdiri jika dibandikan dengan kitab-kitab sebelumnya.


D. MUNASABAH DALAM TATARAN PRAKTIS

Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang munasabah, maka akan diuraikan dengan dengan dua buku tafsir-jajalain dan maraghi-yang dispessifikasikan pada surat al-quraisy

1. munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat

(Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah) . (Q.S al-Fiil : 1).

Dalam tafsir jajalain ditafsirkan dengan dua penggalan kata, yaitu ; yang merupakan istifham dan mengandung makna ta`ajub, artinya seperti kamu merasa terpesona. Kemudian كيف فعل ربك بأ صحاب الفيل yang maksudnya adalah Mahmudlah yang mempunyai gajah dengan disertai sahabatnya Abraham yang merupakan raja dari Yaman berikut tentaranya yang telah membangun sebuah gereja dengan tujuan agar orang berpaling menziarahi Makkah. Pada suatu hari ada seorang dari kinanah yang mengotori dengan bermaksud menghinanya. Dengan kondisi itu abraham bertekat untuk menghacurkan ka`bah maka Allah mengirimkan kepada mereka apa yang dikisahkan pada firman Allah berikutnya[10].

Tafsir maraghi menguraikan ayat tersebut seperti berikut ; maksudnya adalah apakah enkau tidak mengerti suatu peristiwa yang mena`jubkan dan agung, yang mengambarkan betapa besarnya kesusahan Allah kebijakannya terhadap ashabul fiil yang berusaha menghancurkan ka`bah. Hal ini sulit dianalisa sebab musababnya, karna belum pernah terjadi gerombolan burung menyerang satu kaum saja sementara kaum lainnya tidak diserang. Semua itu tanda-tanda kebijaksanaan yang maha mengatur dan dilakukan untuk menjaga ka`bah. Secara mendalam ayat ini mengambarkan istilah menyaksikan untuk pengertian mengetahui. Konsekwensiya adalah peristiwa mutlak benar dan sudah dikenal, sehingga esensi mengetahui dalam hal kejelasannya setara dengan pengetahuan yang didasarkan pada penglihatan dan kesaksian[11].

Korelasi ayat tersebut dengan ayat berikut :

(bukankah dia menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia). (Q.S al-Fiil : 2).

Dalam tafsir jalalain kata ألم يجعل maksudnya telah menjadikan dalam rangka menghancurkan ka`bah فى تضليل maksudnya menjerumuskan mereka kedalam kerugian dan kebinasaan[12].

Dalam tafsir maraghi dijelaskan bahwa sesungguhnya kalian melihat apa yang telah dilakukan Allah dengan menggagalkan usha mereka. Sehingga menjadi pudar usaha yang mereka susun secara baik sebelumnya[13].

Korelasi yang terjadi pada ayat tersebut adalah sifatnya berkesesuaian yakni ayat yang pertama menggambarkan bagaimana persiapan tentara bergajah dalam menghancurkan ka`bah yang diridhai allah, kemudian ayat kedua dikuatkan oleh Allah bahwa usaha tersebut merupakan kesia-siaan.


2. Munasabah Antara Satu Surat Dengan Surat Yang Lainnya

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

(lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan)

Penafsiran dalam jalalain adalah ; bagian daun yang dimakan oleh ternak, diinjak dan dicabik-cabiknya. Maksudnya Allah akan menghancurkan setiap orang dengan batu yang ada padanya dan termaktub pada batu itu nama orang yang akan dikenainya. Dan batu itu lebih besar dari pada adasah dan lebih kecil dari biji kacang Hums yang dapat menembus topi baja yang berjalan kaki beserta gajahnya, kemudian batu itu jatuh ketanah, setelah mengenai badan mereka, peristiwa itu terjadi pada tahun kelahiran nabi[14].

Kemudian penafsiran dalam maraghi adalah ; maka menjadikan keadaan mereka bagaikan dedaunan yang rusak atau dimakan ulat /hama. Dengan kata lain mereka bagaikan dedaunan yang dimakan hewan ternak dan bagian yang lain berserakan keluar dari mulut ternak setelah dikunyah[15].

Kolerasi ayat tersebut awal surat al-q’uraisy. Dalam penafsiran jalalain adalah ;

(karna kebiasaan orang-orang quraisy yaitu kebiasaan mereka)

Maksudnya kebiasaan yang terakhir adalah memberikan penekanan pada kebiasaan sebelumnya[16].

Kemudian dalam tafsir maraghi diungkapkan sebagi berikut ;

(karna kebiasaan orang quraisy yaitu kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan panas).

Seyogyanya kaum quraisy menyembah tuhannya sebagi rasa syukur atas karunianya yang telah menjadikan mereka sebagai kaum pedangang yang banyak berpergian, sebagai akibat dari negeri yang tempati tandus. Bagi mereka berupa suatu kebiasaan melakukan perjalanan melakukan perjalanan untuk dagang dimusim dinggin ke Yaman. Mereka berbelanja parfum, rempah-rempah yang didatangkan dari India dan Teluk persi, lalu di pasarkan kenegeri mereka. Ketika musim panas mereka pergi ke Syam untuk berbelanja hasil pertanian untuk dibawa kenegri mereka yang minus[17].

Korelasi yang terjadi dalm surat Al-fiil dan Al-quraisy adalah ; dalam al-fiil terkandung penjelasan tentang nikmat allah yang di anugrahkan pada penduduk Makkah. Hal ini tampak dari penjelasan surat al-fiil yang menyebutkan bahwa Allah menghancurkan musuh-musuh mereka yang datang menghancurkan ka`bah. Kenudian pada surat al-quraisy dijelaskan tentang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada mereka, yaitu terhimpunnya mereka dalam satu kesatuan yng kokoh. Sehingga mereka bisa melakukan perjalanan di musim panas dan dingin dalam usaha perdagangan. Korelasi yang terjadi sifatnya sebab-akibab.

3. Munasabah antara awal dengan akhir ayat pada satu surat

Munasabah yang dijelaskan di awal dan di akhir surat al-fiil yakni

(Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah)

Ayat tersebut berkorelasi dengan ayat ;

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
(lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan)

Ayat diatas tidak ditafsirkan,mengingat telah ditafsir sebelumnya.adapun munasabah yang terjadi pada surat ini adalah ; pada awal surat dijelaskan pada keinginan pasukan bergajah yang dipimpin Abraham, untuk menghancurkan ka`bah yang tidak di ridhai Allah . dan Allah menunjukkan kemasa kuasaannya dalam menghalangi tentara bergajah. Kemudian pada akhir surat dijelaskan akibat yang diderita oleh tentara bergajah atas rencana buruk mereka untuk menghancurkan .ka`bah. adapun munasabah yangterjadi sifatnya berkesesuaian.

Untuk perbedaan dua penafsiran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tafsir jalalain

Ø Penafsirannya terkadang terjadi pemenggalan kata.
Ø Bahasanya ringkas
Ø Penafsiran secara zahir saja, tanpa ada penekanan pad kata-kata yang bisa mengandung perbedaan persepsi
Ø Penafsirnnya kadang agak kulit dicerna maksudnya karna tidak dalmnya pembahasan

2. Tafsir Maraghi

Ø Penafsirannya per-ayat dengan tanpa pemengalan kata
Ø Bahasanya lpebih komplek dibandingkan dengan tafsir jalalain
Ø Penafsirannya agak mendalam karna adanya penekanan pada kata-kata yang bisa menimbulkan pesepsi berbeda, seperti pada kata
Ø Penafsirannya agak mudah dipahami karna gaya bahasa yang digunakan sederhana.

Untuk perbedaan lebih lanjut dapat dicari sendiri yang sepertinya memerlukan perenungan (kontemplasi).


E.URGENSI MUNASABAH

Pembahasan munasabah tidak begitu menarik dibahas oleh ahli tafsir seperti pembahsan pada ilmu al-quran lainnya (ababu an nuzul,nasakh dan mansukh dll), kondisi ini terbukti dengan sedikitnya literatur mengenai munasabah itu. Namun kondisi ini bukan berarti tidak penting sebagai metode dalam memahami makna al-quran.

Disisi lain Zarkashi mensinyalir adanya faedah memahami munasabah untuk menafsirkan al-quran, yakni menjadikan bagian-bagian kalimat menjadi satu keutuhan, yang diungkapkan dengan sling keterkaitan antara satu dan lainnya sehingga membantu ahli tafsir dalm memahami makna yang terkandung dalam al-quran.

Pengetahuan terhadap munasabah tersebut bukanlah taufiqi, akan tetapi merupakan ijtihat mufassir, dan buah penghayatannya terhadap kemu`jizatan al-quran dan rahasia retorika dari segi keterangannya .yang mandiri. Apabila munasabah itu ,halujs ma`nanya, keharmonisan konteknya, sesuain asas kebahasaan dalam bahasa arab, maka mkunasabah itu bisa diterima[18].

F. Penutup

Munasabah merupakan satu dari sekian banyak metode dalm memahami kandungan al-quran. Dalam prosesnya dibutuhkan kreatifan raso dalam menemukan munasabah ayat. Namun tidaklah rasio digunakan secara bebas.

Ditinjau dari segi esensinya, maka munasabah terbagi tiga bentuk yakni munasabah satu ayat dengan ayat lainnya dalm satu surat, munasabah antara satu surat dengan surat lainnya, dan munasabah antara awal surat dengan akhir surat. Sebagi bukti jelas adanya munasnah seperti terlihat dari dua tafsir yang digunakan dalam menemukan munasabah tersebut.

Melihat agak rumitnya menemukan munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya, maka pendidikan merupakan satu solusi dalm mengatasinya. Namun tinjauan lain melihat bahwa dengan dijadikan al-quran sebagai ilmu yang dipelajari terutama disekolah agama, maka untuk melancarkan proses belajar-mengajar ada baiknya pendidik memahami munasabah, demi .mempermudah mentrnfer ilmu al-quran hingga lancarnya proses belajar-mengajar.

Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Pengertian Munasabah al-quran Oleh: Masniari , anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com
Daftar Pustaka dan Footnote
DAFTAR PUSTAKA



Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Mesir : Sirqah Maktabah wa Mthba’ah, 1970.



Al-Qattan, Manna Khalil. Mabahis fi Ulum al-Qur’an. Riyadh, tt, 1973.



As-Suyuthi, Imam Jalaluddin al-Itqon fi Ulumu al-Qur’an. Beirut : Dar al-Fikr, 1399 H.



Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumi al-Quran. Cairo : Darul Ihya al-Kutb al-A’rabiyah, 1957.



Ballentine, Thomas, dkk. Al-Quran, Tentang Akidah &Segala Amal Ibadah Kita. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999.



Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1999.



Jalalain, Imamain. Tafsir al-Qur’an Azim., Indinesia, Darul Ihya’ al-Kitab al-A’rabiyyah.



Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur`an, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1980.

Shihab, M. Quraisy. Membumikan Al quran , Bandung : Mizan,1993.

FOOTNOTE

[1] Thomas Ballentine, dkk, Al-Quran, Tentang Akidah &Segala Amal Ibadah Kita, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.18.

[2] M. Quraisy Shihab, Membumikan Al quran , (Bandung : Mizan,1993), h.34.

[3] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur`an, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1980), h.167.

[4] Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumi al-Quran (Cairo : Darul Ihya al-Kutb al-A’rabiyah, 1957), h. 35.

[5] Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur’an ( Riyadh, tt, 1973), h. 97.

[6] Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqon fi Ulumu al-Qur’an ( Beirut : Dar al-Fikr, 1399 H), h. 108.

[7] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an ( Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), h. 49.

[8] Az-Zarkasyi, al-Burhan, h. 40.

[9] Chirzin, al-Quran, h. 50.

[10] Imamain Jalalain, Tafsir al-Qur’an Azima, (Indinesia, Darul Ihya’ al-Kitab al-A’rabiyyah), h. 509.

[11] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Mesir : Sirqah Maktabah wa Mthba’ah, 1970), h. 241.

[12] Jalalain, Tafsir, h. 509.

[13] Al-Maraghi, Tafsir, h. 241.

[14] Jalalain, Tafsir, h. 510.

[15] Al-Maraghi, Tafsir, h. 243.

[16] Jalalaian, Tafsir, h. 510.

[17] Al-Maraghi, tafsir, h. 244.

[18] Al-Qattan, Mabahis, h. 97.













.