Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada masa khalifah Andalusia dalam membangun visi dan misi untuk kemajuan pendidikan. bagaimanakah Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam masa khalifah Andalusia? makalah ini membahas tentang Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam | khalifah Andalusia.
Kadir Pandapotan Siregar
Perjalanan sejarah Islam tentu tidak akan luput ingatan tetang Daulah Umayyah, hal tersebut digambarkan dalam lekukan sejarah tentang perkembangan pendidikan Islam yang mengantarkan dunia Islam pada inklusifisme pemikiran ketika merasionalisasikan al-Qur'an, keadaan ini semakin membuka pandangan ummat untuk terus menerjemahkan manuskrif-manuskrif peninggalan helenik, Abdurrahman Ad-Dakhil(711-75 M)(sebagai periode pertama yang pusat di kota Damaskus dan selanjutnya pada periode kedua Daulay Amawiyah(755-1013 M) dan selanjutnya pada periode ketiga dimana ketika itu Andalusia telah terpecah-pecah menjadi Negara-negara kecil dan ini menyebabkan berkurangnya perkembangan ilmu pengetahuan, dimana beliau menerapkan pendidikan yang berbasiskan di Mesjid sampai pada terebentuknya pendidikan tinggi di Cordova, pada awalnya pendidikan berkembang hanya pada system membaca, menulis dan menghapal dan kesemuanya itu mangkaji tentang pendidikan keagamaan, seperti ilmu bahasa Arab, sastra, hadist, fiqh dan yang lainnya, selanjutnya berkembangkan dan berintegralitisasi kepada ilmu-ilmu alat. Perkembangan pendidikan tinggi ini menjadikan perhatian masyarakat Erofa untuk menimba ilmu-ilmu sebagai kebutuhan peradaban.[1]
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dilambangkan dengan Dinasty Umayyah menunjukkan bahwa dunia Islam telah menancapkan cakarnya menuju perubahan yang berkonsentrasi pada penyebaran agama Islam, para tokoh pemikir-pemikir Islam waktu itu seperti, Abdullah ibn Yasin, Abu Am'r Yuduf ibn al-Barr Abu al-Walid, ibn Hazm, Hussain Ibn al Ghassani, Ibn Ashim dan mereka ini adalah para muhaddisin.[2]
Prestasi tersebut karena atas seiringnya visi dan visi pemerintah dengan para ilmuan sehingga perkembangan ilmu pengetahuan bergulir dan menumbuhkan ilmu lainnya yang diantaranya adalah :
Pengetahuan tentang agama yaitu pengkajian tentang hadis, fiqh[3], ilmu kalam, tasawuf Sastra yaitu sebagai salah unsur untuk mempermudah dalam menerjemahkan manuskrif-manuskrif yang ditemukan dalam masa eksvansi Filsafat dan sains merupakan kajian tentang tranformasi helenik terhadap pemurnian filsafat kedalam fisafat Islam yaitu pemikiran-pemikiran Aristoteles dan tokoh-tokoh filosof lainnya dan juga yang terkenal ketika itu adalah kemahiran para penyair dalam megubah kata-kata. Arsitektur yaitu pengembangan konstruksi infra-struktur dalam mendirikan Mesjid-mesjid dan bangunan lainnya.[4]
Diantara ilmu pengetahuan tersebut masih ada keilmuan yang berkembang ketika itu termasuk ilmu tumbuh-tumbuhan dan pengobatan yang dikembangkan melalui penelitian yang mengagumkan oleh para ilmuan Islam seperti Sabi'in al Ghafiqi, Abu Ja'far, dan yang mengembangkan ilmu kedokteran diwakili oleh Ahmad ibnMuhammad, yang bahan obat-obatannya menggunakan tumbuh-tumbuhan.[5]
Sistem pengembangan pendidikan yang diterapkan pemerintah ketika itu tidak dapat dipisahkan atas kerjasama dengan para ilmuan yang berasal dari Erofa Timur dan mereka sengaja didatangkan ke Spanyol untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang masih masih berbahasa Parsi dan berbahasa Pahlavi juga bahasa-bahasa lainnya, juga para ilmuan yang sengaja melakukan penelitian diluar Andalusia sebagai bentuk observasi dan eksfriment dan semuanya itu didukung oleh pemerintah dan kesungguhan para ilmuan juga kestabilan keamanan waktu itu menjadi sebuah jaminan bagi ilmuah, sehingga mereka lebih leluasa dalam mengembangkan dan mengajarkan ilmu-ilmu tersebut, dimana Islam telah menjembatani dan membangkitkan stagnasi ilmu-ilmu Yunani Purba [6]
footnote
____________
[1]Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam Klasik:Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam(Jakarta:Prenada Media, 2003),h.128
[2]Ahmad Amin,Dzuhr al-Islam:Juz III,(Cairo:Maktabah, al-Nadhah al-Mishriyyah, 1953),h.48
[3]Ibid, ulama fiqh,terkenal waktu itu adalah Imam Malik(abd Makil ibn Habib al-Sullami) yang mengembangkan ilmu fiqh dari warisan gurunya., dan beliau banyak mendidik murid-muridnya sampai menjadi tokoh penyebar faham Malikiyah, seperti: Yahya Ibn Yahya al-laits, Isa Ibn Dinar fiqh yang saat ini masih tetap dianut oleh ummat Islam modrent
[4]Sunanto,Sejarah Islam,h.130
[5]Philif K.Hitti,History of The Arab(London:Macmillan, 1970),h.557
[6]Amin,Dzuhr al-Islam295