Book Report |
Book Report Sejarah Pendidikan Nilai oleh: Isnawati |
I. Review |
Pendidikan adalah salah satu hal terpenting bagi manusia. Seorang ahli pendidikan Amerika Horace Mann pernah berkata bahwa manusia bagaikan apel, apel tidak akan disebut apel sebelum matang, begitu juga dengan manusia, ia tidak mempunyai pengertian selayaknya manusia hingga ia terdidik. Pendidikan masih merupakan hal yang sering diperdebatkan, apakah itu pendidikan, bagaimanakah pendidikan yang baik dan apa tujuan pendidikan. Beberapa teori mencoba menjawab semua pertanyaan dasar tentang pendidikan, termasuk beberapa pertanyaan diatas. Akan tetapi tentu saja sebuah teori akan terkait dan bercorak dengan paradigma yang digunakan dalam memandang pendidikan. Paper ini adalah book report dalam pendidikan nilai. Buku ini lebih menggunakan pendekatan kesejarahan dan mendeskripsikan asal muasal pendidikan secara sederhana. Buku ini mengemukakan beberapa pendidikan di beberapa bangsa kuno, seperti Yunani, Romawi, Sparta dan sebagainya. Pendekatan kesejarahan ini nantinya akan terus digunakan hingga menguaraikan beberapa materi pendidikan pada masa abad pertengahan hingga sekarang, dengan mengemukakan beberapa teori dari tokoh yang relevan. |
Pendidikan Yang Baik. |
Pendidikan adalah proses untuk menanamkan kebijakan dan aspirasi-aspirasi pada anak-anak untuk hidup yang lebih baik. Proses ini dimulai sesaat sesudah kelahiran, sewaktu orang-tua mencoba melatih bayi bertingkah laku baik sesuai tuntutan kebudayaan mereka. Pada hakekatnya pendidikan itu adalah usaha untuk menjadi orang lebih sempurna. Usaha ini baik dengan sengaja atau tidak sengaja, baik dari orang lain maupun diri sendiri layak untuk dianggap sebagai pendidikan. Dengan begitu pada dasarnya pendidikan terbagi dua yaitu pendidikan formal (sekolah) yang mewakili seluruh pendidikan yang lebih sistematis dan disengaja dan pendidikan tidak formal yang merupakan semua aktivitas untuk lebih menyempurnakan diri. Sekolah, atau pendidikan resmi, terdiri atas pengalaman yang secara sengaja direncanakan dan digunakan untuk menolong orang muda mempelajari apa yang dianggap penting oleh orang dewasa bagi mereka, sekolah atau pendidikan resmi juga merupakan usaha mengajarkan bagaimana mereka sebaiknya menanggapi pilihan-pilihan hidup yang muncul dalam kehidupan mereka. Ada dua aliran besar yang berbeda dalam memandang pendidikan yakni konservatisme dan liberalisme. Golongan Konservatif, atau essentialists, cenderung untuk mengidentifikasi pendidikan yang diinginkan dengan transmisi warisan kebudayaan sebagai sebuah kurikulum. Sementara kelompok Liberalis, atau kelompok progresif, lebih cenderung tertarik pada perkembangan anak seutuhnya, pendidikan tidak hanya sekadar melatih pikiran anak atau menyiapkan anak untuk kehidupan dewasa di masa depan, termasuk mempersiapkan untuk menjadi kaya. |
Pendidikan Pada Masa Lampau. |
Ada bebebrapa kecenderungan umum yang akan terlihat bila kita mengkaji apa hakikat pendidikan pada masa lampu atau pada zaman prasejarah, bagaimana itu terjadi dan apa-saja nilai-nilai yang harus diketahui oleh anak dan yang akan diajarkan oleh pendidiknya. Pada umumnya, bangsa-bangsa terdahulu berangkat dari kenyataan bahwa untuk bisa berperan dan aktif dalam kehidupan suku, maka seseorang membutuhkan latihan, seperti latihan berburu, menyulam, memanah dan berkelahi. Hal seperti ini merupakan pendidikan meskipun dalam arti yang sederhana. Selain itu, belajar dalam arti yang sistematis tentu saja tidak akan ditemukan dalam masa prasejarah, para pemuda yang umumnya merupakan orang yang mendapat pendidikan dari orang yang lebih tua mendapatkan pengalaman-pengalaman bagamaina bertingkah-laku seperti orang dewasa, apa saja nilai-nilai yang harus ia ketahui ketika bergaul dengan dunia luas adalah objek pendidikan secara khusus, bukan anak kecil seperti yang ada sekarang atau yang sudah dikenal sejak abad pertengahan. Tampaknya pendidikan baik pendidikan nilai, akan terlihat lebih maju pada bangsa Romawi dan Yunani. Tidak lama setelah munculnya zaman sejarah, orang-orang Romawi dan Yunani telah mulai mengajarkan menulis dan membaca. Selanjutnya peningkatan pendidikan terus menaik hingga anak-anak didik tidak hanya mempelajari menulis dan membaca saja, akan tetapi telah mempelajari hukum, sastra dan sebagainya, meskipun pada fakta sejarah ditemukan bahwa menghafal adalah metode yang sering digunakan daripada yang lainnya. Kecenderungan umum lainnya mulai terlihat pada zaman sejarah adalah dengan mememulai pendidikan dalam arti yang formal untuk anak kecil dari usia 6-7 tahun hingga ia mencapai tingkat kedewasaan pada usia 17 tahun. Meskipun demikian tentu ada corak-corak khusus di setiap bangsa tentang bagaimana pendidikan ini berjalan. Pada bangsa Yahudi misalnya, pendidikan bagi mereka lebih kepada mempersiapkan orang dalam menghadapi kehidupan di alam kubur, sedangkan di Sparta, pendidikan lebih kepada mempersiapkan anak untuk menjadi tentara yang handal, sementara di Romawi pendidikan adalah lebih cenderung kepada pendidikan akal dengan mempelajari hukum dan sastra, bagi mereka, dipandangnya seseorang adalah dari tingkat kemahirannya dalam orasi. Kecenderungan lain yang akan terlihat adalah transmisi budaya pendidikan dari suatu bangsa atau wilayah ke bangsa dan wilayah lainnya. Kontak antara dua atau lebih kebudayaan akan memberikan peluang dimana nilai-nilai pendidikan suatu bangsa diadopsi oleh bangsa lain. |
Pendidikan Pada Abad Pertengahan. |
Bangsa-bangsa monastik besar, khusunya yang menganut kristen lebih mengoptimalkan peran gereja dalam pendidikan. Dengan begitu, para pendeta dan pastur di sini berperan tidak hanya sebagai pemukan agama tetapi sebagai guru yang mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak. Hingga corak dan tujuan pendidikan adalah usaha untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam dunia religious. Sebagai contoh bahwa anak didik diajarkan cara menghitung sederhana, hal ini dimaksudkan agar mereka bisa menghitung hari dan mengetahui kapa festival kegamaan akan diadakan hingga mereka bisa berpartisipasi dengan penuh. Pada masa ini, pendidikan pada umumnya mengenal tujuh materi pendidikan atau yang disebut dengan the seven liberal arts. Ketujuh amteri ini dibagi keada dua tingkatan, yang pertama terdiri dari, tata bahasa, retorika dan logika, sedangkan yang kedua adalah: aritmatika, geometri, musik dan astronomi. Pada masa ini, para sarjanawan lebih tertarik kepada kajian tentang kebenaran yang diwahyukan, bukan aktivitas obeservasi, mempertanyakan dan menguji kebenaran sesuatu. Dengan begitu kebanyakan aktivitas mereka merupakan debat tentang teori-teori yang telah diterima secara luas tanpa menguji dan memperhatikan eksistensi teori tersebut. Beberapa kesulitan yang akan ditemui pada masa ini adalah bahwa peran gereja ternyata kadang-kadang bukan sebagai pencerahan akal akan tetapi lebih kepada dogma, dan para sarjanawan sering menerima sebuah klaim kebenaran geraja yang tidak mempunyai alasan dan tidak bisa dibuktikan. Keistimewaan yang akan ditemukan dalam pendidikan masa ini adalah bahwa wanita tidak lagi ditolak dalam pendidikan. |
Renassains. |
Perubahan signufikan yang terjadi pada masa Renassains adalah pada hakekat pendidikan itu sendiri. Kecenderungan umum yang muncul dalam pendidikan pada masa Renessains adalah bahwa pendidikan itu seharusnya mencakup pendidikan intelektual, spritual dan fisik untuk menadapatkan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan konten pendidikan pada faktanya tidak jauh berbeda dengan pendidikan zaman sebelumnya, hanya ada tambahan beberapa materi seperti: sejarah, permainan dan latihan-latihan fisik. |
Masa Reformasi. |
Salah satu faktor munculnya masa reformasi khususnya dalam pendidikan adalah dominasi gereja atas pemikiran ummatnya. Dalam hal ini kaum protestan lebih menekankan kepada pendidikan yang universal yang tidak hanya menerima anak-anak orang kaya saja, akan tetapi seluruh manusia mempunyai hak yang sama terhadap pendidikan. |
Eropa: Abad 17-18 M. |
Sebuah stagnasi dalam pendidikan terjadi pada abad 17 dan 18 M, dimana para guru inmpotent, tidak kreatif dan hanya tahu tentang disiplin yang keras. Metode yang sering dipakai adalah mengahapal kata atau kalimat yang kadang murid tidak mengerti. Akan tetapi ada juga perkembangan besar dalam pendidikan pada masa ini. Banyak tokoh-tokoh besar pendidikan lahir di abad ini, seperti John Amus Comenius (1592-1670). Salah satu pemikirannya adalah bahwa pendidikan yang baik itu juga harus didapatkan oleh anak kecil. Observasinya tentang anak-anak menyimpulkan bahwa anak-anak bukanlah miniatur orang dewas, dengan begitu, pendidikan yang baik untuk anak-anak tidak hanya dengan mengajarkan nama, tapi juga dengan memperlihatkan kepada mereka objeknya secara langsung. Teori ini selanjutnya dikenal dengan nama teori the world in the picture. Selain beliau ada juga beberapa filosof yang sungguh aktiv dalam mengembangkan pendidikan, seperti John Locke dengan teorinya bahwa anak kecil adalah bagaikan lembaran kosong. Selain kedua tokoh diatas, ada juga seperti Jean Jackque Rousseau (1712-1778). |
Koloni Amerika: abad 17-18. |
Diduga bahwa sekolah formal pertama di sini didiraka pada abad ke-17. Akan tetapi anak-anak orang miskin tidak akan bisa mengecap pendidikan di sekolah, mereka hanya belajar dari pergaulan sehari-hari. Sementara itu, di sekolah diajarkan-sama seperti pada bangsa lainnya-kemampuan menulis dan membaca. Pendidikan formal di daerah ini banyak tercorak oleh pendidikan Eropa, seperti materi yang diajarkan hingga bukunya, dan juga corak keagamaan yang kental di kedua wilayah ini. |
Amerika Serikat: Abad ke-18 M. |
Yang harus mendapat perhatian dalam hal ini adalah tentang sekolah lanjutan pertama yang didirikan oleh Benjamin Franklin. Kurikulum yang ditawarkan sekolah bercorak humanis religious, akan tetapi pendidikannya juga lebih dekat kepada kehidupan praktis. Setelah perang revolusi, buku-buku yang beredar di sekolah Amerika pada umumnya adalah buku-buku sejarah dan geograpi. Bahkan beberapa buku yang muncul pada masa ini terus berpengaruh hingga abad ke-20 M. |
Eropa: Abad ke-!9 M. |
Pada zaman ini, di Eropa muncul semangat baru dalam pendidikan, seiring dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Semangat baru tersebut adalah bahwa pendidikan bisa mencerahkan kehidupan negara sebagaimana kehidupan pribadi. Wanita juga lebih mendapat tempat dalam pendidikan meskipun secara pelan. Pada masa ini telah ada sekolah menengah bagi mereka. Secara luas, dapat dikatakan bahwa sekolah-sekolah pada abad ke-19 mempunyai banyak kemiripan dengan sekolah abad 16, 17 dan 18. tapi pada masa selanjutnya metode Herbart ini dapat dibuktikan salah. Belajar formal juga tidak hanya di ruang kelas, akan tetapi juga sering diadakan di pabrik-pabrik atau tempat praktek. Sedangkan para guru, banyak di antara mereka yang mengajar di sekolah karena susah mendapatkan pekerjaan selain itu. Salah satu tokoh yang muncul pada abad ini adalah Heinrich Pestalozzi (1746-1827). Sekolah yang ia dirikan mengundang perhatian banyak orang. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah nyata untuk anak yang nyata pula, bukan sebagai miniatur orang dewasa. Anak-anak diusahakan agar aktiv disekolah dengan bermain-main, dengan begitu mereka akan berkembang secara alami dan itulah tujuan pendidikan. Pada abad ii muncul juga tokoh Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) yakni orang yang pertamakali mendirikan kindergarten atau taman bermain anak-anak. Tokoh lainnya adakah Johann Friedrich Herbart (1776-1841). Menurutnya pendidikan itu adalah usaha untuk menguatkan kekuatan akal. |
Amerika Serikat: Abad 19. |
Pada abad ini, perubahan dalam dunia pendidikan Amerika adalah kemajuan dalam pendidikan dengan dukungan negara, yakni sekolah untuk semua anak. Hal ini bermula ketika Massachusets mendirikan lembaga pendidikan negara dan menunjuk Horace Mann sebagai sekretarisnya. Salah satu kemajuan yang dicapat oleh Mann adalah memeperbaiki kualitas guru dengan mengadakan training-training. Pada masa selanjutnya kemudian bermunculan sekolah tinggi meskipun bukan didirikan oleh negara. |
Perubahan Dalam Dunia Pendidikan: Abad 20 M. |
Ada banyak perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan pada abad ke 20 M. sekolah-sekolah yang ada sekarang lebih sistemtis dan menarik. Ruang kelas terdiri dari bangku dan meja yang bisa dirubah sewaktu-waktu, para guru juga mempunyai buku-buku yang akan diajarkan kepada anak, ana didik berkerja tidak secara individual, tapi juga sering sebagai tim work, aktivitasnya beragama mulai dari membaca buku favorit, menulis, menggambar, bermain, mengeja dan sebagainya. Pada intinya, anak-anak belajar dengan mengerjakan. Tentu saja perubahan ini tidak akan terlepas sepenuhnya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa sebelumnya. Angapan umum yang muncul dalam dunia pendidikan pada masa ini adalah bahwa anak tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk belajar beberapa hal seperti yahg dimiliki oleh orang dewasa, dengan begitu seharusnya metode yang dipakai selayaknya tidak sama. |
II. Kritikal Review. |
Secara sederhana kumpulan artikel ini bersifat deskriptif yakni mencoba menguraikan fakta-fakta sejarah yang tentu saja dengan menggunakan pendekatan kesejarahan. Artikel ini memuat sub judul yang mengagumkan dan hampir detil, dimulai dari zaman pra-sejarah-sejarah hingga zaman modern beserta perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Mungkin penulis artikel ini membatasi masalahnya hanya pada dunia pendidikan Eropa dan Amerika Serikat, hingga bahasan-bahasan yang sama tentang dunia pendidikan di Timur tidak akan ditemukan di sini. Selain itu juga mungkin karena ketiadaan bukti yang tidak cukup memadai untuk menjelaskan pendidikan pada masa pra-sejarah yang menyebabkan porsi pembahasannya jauh lebih sedikit dari pada tentang pendidikan pada abad pertengahan hingga modern. Selain itu artikel ini lebih pada penguraian fakta dari pada sebuah analisa mendalam, hal itu memang mungkin karena sifatnya yang berupa artikel bukan sebuah buku. Dengan begitu, membaca buku ini berarti membaca fakta-fakta sejarah pendidikan tanpa ada analisa untuk peng-genearalisasian perkembangan dalam dunia pendidikan. Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka materi yang termuat dalam artikel ini lebih layak dikatakan sebagai sejarah pendidikan dengan dominasi pendekatan kesejarahan dan sedikit pengggunaan pendekata sosiologi. Aplikasinya kemudian adalah absennya generalisasi umum tentang perkembangan atau corak-corak umum yang terdapat dalam dunia pendidikan di Eropa dan di Amerika, karena memang artikel ini bukanlah sosiologi pendidikan, hanya fakta sejarah pendidikan yang didekati dengan pendekatan kesejarahan dan sedikit pendekatan sosiologi. Artikel ini sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai sejarah pendidikan (pendidikan umum/hakekat pendidikan) dari pada sejarah pendidikan nilai, karena hanya sedikit sekali yang diurai tentang pendidikan nilai. Hal ini akan dengan mudah diketahui bila membaca awa artikel yakni dengan mengemukakan defenisi pendidikan yang kemudian tidak dilanjutkan dengan defenisi pendidikan nilai. Pada umunya, materi artikel ini lebih berfokus kepada pendidikan anak-anak, bukan orang dewasa, atau remaja. Karena gambaran-gambaran umum yang disajikan lebih kepada taman anak-anak dan sekolah dasar tanpa ada bahasan yang memadai tentang sekolah lanjutan atau sekolah tinggi. Semua uraian yang dimulai dari zaman pra-sejarah hingga modern didominasi oleh taman anak-anak dan sekolah dasar. Dapat dimaklumi memang bila hal ini berkaitan dengan zaman pra-sejarah dan sejarah yang minim bukti, tapi ternyata hal itu juga terus berlanjut hingga zaman modern. Yang terakhir adalah bahwa artikel ini sangat minim mengkaji pendidikan wanita, hanya ada beberapa kalimat yang tersisip dalam beberapa pragraf yang menjelaskan tentang pendidikan wanita yang mulai mendapat tempat dalam dunia pendidikan. |