Membicarakan masalah seks bagi sebagian orang adalah hal yang tabu dan tak patut dibicarakan apalagi didiskusikan. Padahal kalau kita menilik realita sekarang mengenai HDN, aborsi, HIV, dan masalah seksual lainnya merupakan dampak nyata dari penyimpangan perilaku sosial yang kebanyakan dilakukan oleh para remaja. Penyebab terjadinya pun berbeda-beda. Mulai dari pembawaan nafsu yang besar, suasana pergaulan yang cabul, orangtua yang masih menabukan pembicaraan mengenai seks dengan anaknya, hasil-hasil seni dari seniman-seniman yang bermoral dan berlebihan, pergaulan bebas, hingga penyebaran informasi seksual yang dewasa ini sangat mudah di akses melalui media massa modern dengan beragam manipulasi gambar yang berhasil menyihir para remaja untuk mencoba bahkan menirunya tanpa adanya filter pengaruh-pengaruh negatif dari suguhan media massa tersebut. Seperti video, kaset, internet,dll.
Sekolah yang mempunyai peran penting dalam pembentukan kepribadian peserta didik sudah seharusnya turut andil dalam menanggulangi masalah tersebut agar tidak semakin merajalela. Salah satu upayanya adalah dengan memberi pengajaran tentang hakikat seks yang sebenarnya, apa dampak positif dan negativnya, kaitannya dengan agama dan kehidupan sosial,dsb. Namun dalam praktiknya, upaya tersebut tidak harus dimasukkan dalam pengajaran kurikulum di sekolah. Karena bagaimana pun juga membicarakan masalah seksualitas itu tabu namun perlu untuk kita tahu. Oleh karenanya, cukup dengan mengadakan sosialisasi setiap 4 bulan sekali misalnya. Kemudian mendatangkan pembicara ahli dalam masing-masing topik yang akan dibahas. Dalam penyampaianya pun harus sedikit ‘direm’. Artinya seorang pembicara tersebut harus bisa mengondisionalkan diksi yang akan dilontarkan terhadap kata-kata yang berhubungan dengan alat vital. Bisa dengan menganalogikannya dengan kata-kata yang mempunyai gambaran yang mirip agar tidak terkesan terlalu menjorok ke arah seksualitas atau joke ringan yang membuat suasana tidak terlalu kaku dan bisa dipahami para siswa dengan mudah dan benar.
Namun disisi lain, keteladanan, arahan dan pengawasan dari para guru juga sangat dibutuhkan demi terciptanya peserta didik yang mempunyai pribadi unggul dan religius. Diawali dari berpenampilan yang sopan, tutur kata yang baik, dan perilaku yang santun agar keberadaan para guru bisa kembali menjadi figur idola mereka yang kini telah tergeser dengan bintang perfilman atau para artis dan penyanyi sehingga para guru bisa berkomunikasi dengan baik terhadap para siswa. Dari komunikasi yang baik itu para guru bisa lebih lebih mudah mengetahui karakter masing-masing siswa dan mengetahui siswa mana yang kiranya perlu mendapatkan perhatian lebih dalam rangka pembinaan akhlak dan kepribadian yang baik.