Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (The Falling Leaf Doesn’t Hate The Wind)


 



Saya  baru selesai membaca novel bang Tere Liye yang satu ini. Gak pernah nyesal deh kalo baca novel yang ditulis dari hati. Novel bang Tere selalu T.O.P..

Novel ini menceritakan tentang Tania dan adiknya, Dede, juga Danar. Saya gak bias merangkum semua isi novel ini. Tapi dari 256 halaman di novel ini, saya mendapat beberapa quotes.

Well, inilah quotes-nya

“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti.. pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami.. pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih sekalipun.”

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya, membawanya entah kemana.”

“Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu, bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu jauh lebih absurd daripada seorang wanita terabsurd sekalipun.”

“Ada banyak kebaikan yang justru menikam, menyakitkan pemberinya.”

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”

“Kau tak pernah mau mengakuinya. Kau membunuh perasaan itu seketika tanpa ampun saat pertama kali bersemi. Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi satu langsung kau injak. Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu. Kau malu mengakui walau kau sedang sendiri.”

“Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kau pangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daunnya semakin banyak.”

“Dan, dan kau menyiram mati hingga ke akar-akarnya. Kau membakarnya habis.”

“Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat.”

“ibu sedang menyiapkan banyak hal disana. Seperti saat pagi-pagi ibu menyiapkan sarapan untuk Dede dan Tania. Nanti kalau ibu sudah siap, kita juga akan pergi kesana suatu saat. Sekarang kita hanya akan menunggu saja. Ibu akan datang seperti saat membangunkan kalian pagi-pagi untuk bersiap berangkat sekolah, tetapi belum waktunya tiba. Kita harus pulang ke rumah malam ini. Tidur yang nyenyak, esok pagi bangun melanjutkan kehidupan. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengan ibu. Dia pasti akan menjemput.”

“Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang amat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.”

“Kehidupan tidak selalu baik kepada orang-orang yang baik”

“daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”


Thanks for reading..^^













.