Cinta Dalam Diam

Ada kalimat yang ngena banget

"Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan. Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan. Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa dia akan sempat membacanya. Semoga datangkah pemahaman yang baik. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita, tidak peduli sesederhana apapun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman yang baik." -Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya"-

Kalo baca kalimat ini rasanya... Jleb! Namun kemudian menjadi kuat lagi. Dari putus asa, menjadi menjadi ada asa -- meski setitik. Dari galau, menjadi sumringah kembali. Dari ingin mengatakan, menjadi tertahan dan sadar, hei, bukankah rasa itu akan menjadi tidak istimewa lagi kalau kau katakan. Merasa yakin-seyakin-yakinnya bahwa meski tak terbalas sekalipun, setidaknya kita mepunyai pengalaman cinta yang indah; mencintai dalam diam. 

Cinta dalam diam,
Indah tapi nyesek. Nyesek tapi indah. Indah jika dipahami dengan benar. Indah karena dititipkan kepada-Nya. Nyesek? Ya karena cemburu saat dia bersama yang lain. Tapi, bukankah kita tak berhak untuk cemburu? Hanya Allah yang berhak untuk itu. Nyesek karena terhimpit oleh rindu yang setiap hari semakin menggunung, namun tak tahu harus dikemanakan.

Yah, itulah esensi mencintai dalam diam. Semakin dipahami, maka akan semakin bersyukur. Semakin diikhlaskan menjalani, maka akan semakin melegakan. Cinta yang melegakan bukan cinta yang diungkapkan, tapi justru yang dipasrahkan, diikhlaskan.

Semoga Allah, Sang Maha Cinta menjawab setiap doa-doa kita. Meski dalam diam. Aamiin

--Dapat inspirasi dari facebook :)
--Thanks for reading ^^













.