Makalah pengertian ilmu pendidikan Islam


BAB I PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Manusia hidup di dunia ini dalam keadaan buta, buta mata karena meski terlihat dia membuka mata tapi tidak sama sekali faham apa yang terjadi dengan kenyataan hidup, ini dengan itu kebutaan itu manusia dilatih untuk bisa melihat dan tahu dari mana, apa dan bagaimana sebenarnya kenyataan hidup ini, untuk bisa mengetahui hakikat hidup yang sebenarnya manusia membutukan banyak pengarahan, pendidikan mulai dari lahir sampai dia mati karena pendidikan dalam kehidupan itu tidaklah ada batasnya, maka dari itu pendidikan itu penting, utnk mengetahui apa tujuan dan akan kemana nanti setelah hidup ini berakhir.
Dalam berpendidikan manusia tidaklah langsung bisa menangkap apa itu pendidikan yang sebenarnya tapi masih membutuhkan banyak sistem, teori, dan berbagai banyak macam sarana penting lainya dalam menuntaskan makna pendidikan dalan kehidupan, dalam berbagai pendidikan yang ada pastilah mempunyai kurukulum tersendiri untuk bisa mengetahui rancangan seperti apa pendidikan yang akan di ajarkan dalam pendidikan itu, dan untuk mempermudah rancangan itu maka di perlukannya sebuah alat atau media agar nantinya tidak hanya tinggal teori dalam menjalankan berbagai keinginan dalam dunia pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian ilmu pendidikan Islam?
2.      Apa saja objek dan ruang lingkup yang ada pada ilmu pendidikan Islam?
3.      Apa kegunaan ilmu pendidikan Islam?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian ilmu pendidikan Islam.
2.      Untuk mengetahui objek dan ruang lingkup ilmu pendidikan Islam.
3.      Untuk mengetahui apa saja kegunaan dari ilmu pendidikan Islam.




BAB II PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN
Pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengaruhi pandangan dunia (weltanschauung) masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan awal; pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih dari pada sekadar pengajaran; yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukkan “tukang-tukang” atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.
Jika sistem pendidikan barat sekarang ini sering disebut menagalami krisis akut, itu tak lain karena proses yang terjadi dalam pendidikan tak lain dari pada sekadar pengajaran. Pendidikan yang berlangsung dalam schooling system tak lebih dari proses transfer ilmu dan keahlian dalam kerangka teknostruktur yang ada. Akibatnya, pendidikan menjadi komoditas belaka dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan(Illich, 1973 dan 1979).
Perbedaan pendidikan dengan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukkan kesadaran dan kepribadian peserta didik disamping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi mudanya, sehingga mereka siap menyongsong kehidupan. Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia, menyatakan; “pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti(kekuatan batin), pikiran(intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya(Dewantara, 1967:42).
Secara lebih filosofis Muhammad Natsir dalam tulisan ideologi didikan Islam menyatakan; “yang dinamakan pendidikan ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya” (Natsir, 1954:87).
Pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan dengan Islam menimbulkan pengertian-pengertian baru yang secara implisit menjelaskan karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dalam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’lim”, dan ta’dib”yang harus dipahami secara bersama-sama(Alattas, 1977 dan Al-Faruqi dan Nassef, 1981). Ketiga istilah ini mengandung makna amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkunagan yang dalam hubungannya dengan tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam.
Secara praktis, ilmu pendidikan Islam berarti ilmu tentang tata cara mendidik yang selaras dengan ajaran Islam. Secara sistematik, ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu tentang sejumlah konsep kependidikan secara utuh, tidak terbatas pada segi metode saja dan dirumuskan melalui interpretasi(penafsiran) terhadap pesan-pesan wahyu sebagai acuan normatif. Interpretasi itu didukung oleh data empirik; praktek kependidikan sepanjang peradaban muslim.
Pengertian di atas dirumuskan dengan memperhatikan dua factor dasar : factor ideologis(normatif) dan factor disiplin(science). Factor ideologis tampak pada ketegasan semangat yang dibawa sebagi karakter utama dalam konteks apapun, penyebutan kata “Islam” membawa implikasi ideologis. Ia menyimpan nilai dan semangat yang harus disenyawakan kedalam setiap perumusan konsep(teori).

B.     OBJEK DAN RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Sebagaimana layaknya ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan Islam memiliki dua jenis objek :
1.      Objek material
Secara material. Ilmu pendidikan Islam adalah perilaku muslim dalam pergaulan sesama. Pergaulan itu berlangsung sangat panjang, sepanjang usaha-usahanya dalam mencapai kematagan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dari proses ini dengan sendirinya terbentuk lembaga-lembaga sebagai wujud dari pergaulan yang dibangun atas dasar nilai, semangat dan tujuan yang sama yang bertolak dari ajaran Islam. Krech(1975:19) menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan pencerminan keinginan dan tujuan manusia yang bersangkutan.
2.      Objek formal.
Secara formal, menurut Arif Ikhwani objek pendidikan Islam adalah situasi pendidikan yang menampilkan beberapa unsur terpadu:
1.      Tujuan pendidik
2.      Pendidik
3.      Peserta didik
4.      Metode
5.      Materi
6.      Penilaian(evaluasi)
7.      Konteks sosio-kultural
Sementara itu, Oemar Hamalik dalam uraiannya mengenai ruang lingkup ilmu pendidikan, menyatakan adanya dua unsur dalam ilmu pendidikan, yakni unsur ilmu pengetahuan dan unsur pendiikan. Dari unsur ilmu pengetahuan, mengandung beberapa makna yakni: bidang keilmuan, perangkat pengetahuan, dan metode. Ketiga makna ini mencerminkan sistem ilmu pengetahuan yang utuh. Hal ini menegaskan bahwa ilmu pendidikan merupakan sistem ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena objeknya tertentu, metode perumusan teorinya yang ilmiah, dan nilai gunanya yang pasti. Disamping itu, ilmu pendidikan juga memiliki sifat yang kompleks yang mengandung beberapa aspek sebagai berikut:
1.      Ilmu pengetahuan alam, dengan hukum kausalitasnya bahwa manusia yang berbadan jasmani adalah bagian dari alam.
2.      Ilmu pengetahuan perilaku, dengan hukum probabilitasnya; adanya gejala kreatifitas dan gejala spontanitas.
3.      Normatif karena dalam kehidupan manusia selalu ada fenomena nilai.

C.     KEGUNAAN MEMPELAJARI ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan merupakan salah satu masalah strategis yang senantiasa menjadi perhatian semua kalangan. Terlebih bagi umat Islam yang sedang menunjukkan keseriusannya dalam menggapai kembali “masa kebangkitan” baik secara nasional maupun internasional. Pendidikan merupakan bagian mutlak yang harus diperhatikan. Untuk meningkatkan kualitas umat, tidak ada pilihan lain kecuali membina dan mengembangkan usaha kependidikan secara lebih kualitatif. Dalam konteks inilah, studi dan pengkajian ilmu pendidikan Islam diharapkan memberi pengaruh yang positif bagi masa depan perkembangan pendidikan Islam sendiri.
Kegunaan mempelajari ilmu pendidikan Islam akan tampak pada empat kepentingan yakni,
1.      Kepentingan spesialisasi
Ilmu pendidikan Islam merupakan disiplin keilmuan tersendiri. Bagian-bagian keilmuannya harus dikembangkan secara konsisten. Hal ini detempuh dengan memperhatikan persoalan-persoalan kependidikan Islam yang lebih detail dan mendalam, sehingga akan dapat dikembangkan konsep-konsep baru  yang memperkaya khazanah teori ilmu pendidikan Islam.

2.      Kepentingan profesionalisasi
Dengan mempelajari ilmu pendidikan Islam secara professional diharapkan dalam penyelenggaraannya juga bersifat professional. Profesionalitas dalam bidang apapun mensyaratkan adanya penguasaan ilmu, disamping kemampuan kerja dan integrita(kejujura) etik. Guru misalnya, ia tentu saja harus mampu berperan secara professional dalam lapangan pendidikan. Artinya, ia harus memiliki wawasan pengetahuan dan pemikiran tentang pendidikan secara konsepsional. Disamping itu, ia juga cakap dan kreatif dalam mendidik dan penuh tanggung jawab serta mempunyai kesadaran moral yang tinggi.

3.      Kepentingan personalisasi
Mempelajari ilmu pendidikan Islam sangat bermanfaat dalam membentuk kepribadian guru. Dengannya ia akan terus menerus disadarkan oleh keharusan-keharusan moral. Ia tidak bisa berperilaku sembarangan sebab dalam pengetahuannya selalu diingatkan agar tampil mengesankan dan berwibawa. Ilmu pendidikan Islam itu mengandung aspek normatif yang menuntut guru dalam berperilaku.

4.      Kepentingan sosial(pengabdian)
Siapapun dalam mempelajari ilmu pendidikan Islam, diharapkan keseriusannya sehingga setiap saat tergugah untuk melakukan upaya yang bersifat konstruktif(membangun) dalam mengubah kenyataan sosial yang menmang menantang. Dengan ilmu itu, disatu pihak akan memahami sejumlah persoalan kependidikan yang tidak lain merupakan persoalan umat manusia. Tetapi, dipihak lain juga sekaligus melihat peluang-peluang pemecahannya dengan menggunakan konsep-konsep yang diajukan ilmu pendidikan Islam.
           
Untuk mewujudkan kepentingan di atas, harus dikaitkan denagan ilmu-ilmu lainnya. Baik ilmu yang berkaitan langsung dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, juga beberapa ilmu sosial lainnya deperti ilmu etika, ilmu logika, ilmu hukum, ilmu ekonomi, antropologi, sosial, dan lain-lain.
Hal lain yang penting dipahami adalah beberapa metode yang digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan. Metode merupakan suatu cara yang dipakai untuk mengumpulkan data, menganalisis dan disusun menjadi satu kebulatan sebagai konklusi.
Ilmu pendidikan sebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan ilmiah lainnya, mengalami proses dimana setiap proses menjadi satu kebulatan susunan. Metode-metode yang sesuai dengan kondisi ilmu pendidikan itu sendiri harus bersifat dinamis dan praktis.
Sementara itu, untuk lebih menegaskan karakteristik ilmu pendidikan Islam, Tibawi menyatakan:
The single fundamental fact that determines the concept, dictates the content, and governs the evaluation of the philosophy of muslim education is the belief that God’s final message mankind was revealed in its entirety through Muhammad and is enshrined in the Qur’an”
Dengan demikian sangat jelas bahwa bagi calon pendidik muslim, mempelajari ilmu pendidikan Islam merupakan kebutuhan. Ia bukan saja menjadi tenaga pengajar, tetapi sekaligus mengusahakan rekayasa yang lebih baik dalam mekanisme pendidikan Islam. Apabila tuntutan itu sudah menjadi kesadaran yang mendalam khususnya bagi pendidik, makan citra pendidikan Islam yang beridentitas akan terwujud. Impian seluruh umat akan bangkitnya sistem pendidikan Islam yang kokoh akan menjadi kenyataan.













.