UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
MAKALAH BAHASA INDONESIA
KUTIPAN, CATATAN KAKI, DAN DAFTAR PUSTAKA
Nama Kelompok:
1. Achmad Hilman S / 10111073
2. Bayu Dwi Ristanto / 11111421
3. Hari Pahwandi / 17111980
4. Resnanda Pramudiastiro / 15111990
5. Sandy Achmadi / 16111585
Kelas: 3 KA 30
Universitas Gunadarma
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang mempunyai struktur yang baik, hal tersebut dapat terlihat dari unsur-unsur yang sangat terkait satu sama lain. Unsur-unsur yang terkait ini tersebut memegang peran penting dalam menjaga keutuhan bahasa indonesia itu sendiri. Dalam perkembangannya bahasa indonesia saat ini telah mengalami beberapa perubahan, seperti dalam penggunaan ejaan, tata bahasa, penambahan kata-kata baru, dan sebagainya. Dalam hal ini kami berusaha membahas kembali beberapa unsur yang terkait seperti kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Pembahasan ini kami latar belakangi karena saat ini hampir sebagian besar penulis sebuah karya atau karangan ilmiah kurang memahami betul kaidah-kaidah yang benar dalam penulisan ketiga unsur tersebut. Oleh sebab itu, kami rasa penting untuk mengingatkan kembali kepada penulis dan pembaca agar memperhatikan sebuah aturan dan kaidah penulisan yang benar.
Penyusun suatu karangan ilmiah, seorang penulis mencari beberapa sumber untuk melengkapi karangan ilmiah tersebut. Sumber-sumber tersebut perlu dicantumkan ke dalam sebuah kutipan, catatan kaki maupun daftar pusaka. Penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pusaka yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan penulisan karangan ilmiah. Sebagian besar orang belum memahami dan mempelajari tentang kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka bahkan mengabaikan tata cara penulisannya karena dianggap tidak begitu penting. Dalam kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan kutipan, catatan kaki, dan daftar pusaka secara lengkap dan jelas. Dimana pembahasan ini sangat penting bagi kita semua dalam penulisan suatu karangan ilmiah agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil yakni :
1. Apa itu kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka?
2. Apa saja jenis dari kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka? Berikut contohnya!
3. Bagaimana tata cara penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka yang baik dan benar?
4. Bagaimana perbandingan kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka antara tiga jenis buku yang berbeda ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini :
a. Memberikan dasar pengetahuan mengenai cara penulisan kutipan, catatan kaki, dan Daftar Pustaka yang baik dan benar.
b. Mempelajari beberapa contoh penulisan kutipan, catatan kaki, dan Daftar Pustaka dari 3 buku yang berbeda.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tata cara penulisan kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka dengan baik dan benar, guna sebagai penunjang pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kutipan
Kutipan ini biasa digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai suatu kata atau kalimat yang berasal dari sumber tertentu. Penggunaan kutipan biasanya diikuti dengan tanda kutip dua (“ “). Kutipan umumnya digunakan untuk memperkuat sebuah informasi agar lebih terpercaya atau terjamin informasi di dalamnya.
2.2 Catatan Kaki
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
Kegunaan Catatan kaki :
1. Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan kaki sumber atau reference footnote).
2. Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3. Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata‐kata: Lihat …, Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.
2.3 Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang penulis pertama. Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu pustaka dan pustaka berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris pertama rata kiri dan baris berikutnya menjorok ke dalam. Contoh halaman Daftar Pustaka tercantum di Lampiran 14.
Berdasarkan buku yang kami pelajari, kami menggunakan beberapa karangan buku yang membahas tentang kutipan, catatan kaki, serta daftar pustaka. Pada ketiga buku ini, umumnya menjelaskan beberapa point yang sama seperti tata cara penulisan dan contoh-contohnya dalam beberapa buku. Landasan teori makalah ini juga berdasarkan analisis kami dibeberapa buku yang kami teliti sehingga kami dapat melihat perbedaan dan menyimpulkannya menjadi lebih baik. Lebih dari itu, sebagian besar metode yang yang kami gunakan tidak hanya berdasarkan buku ataupun analisis namun melakukan browsing di dunia sehingga lebih jauh dapat melihat beragam bentuk referensi dalam mempelajarinya.
Berikut adalah beberapa sumber dalam mempelajari kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka :
1. Panduan Menulis Referensi
Oleh: NRY – Artikel E-Book
2. Tata cara penulisan ilmiah
Oleh: Yaya Sunarya – Artikel E-Book
3. Teknik Penulisan Referensi (Footnote, Endnote and Parenthetical Reference Method)
Oleh: Muliadi Nur – Artikel E-Book
4. Penulisan Daftar Pustaka
Oleh: Anonim – Artikel E-Book
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Contoh Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka dari 3 Buku yang Berbeda
Buku pertama
Judul Buku : MISTERI SHALAT SUBUH
Pengarang Buku : Dr. Raghib As-Sirjani.
Penerbit Buku : AQWAM
Tempat dan Tahun : Solo, Mei 2006
Kutipan yang diambil dari Bab “Batas Waktu Shalat Subuh”, halaman 26 :
“Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian shalat di masjid. Sedangkan shalat mereka di dalam rumah adalah lebih baik.”
(HR. Abu Daud)
Kutipan yang diambil dari Bab “Batas Waktu Shalat Subuh”, halaman 28 :
“Janganlah kalian meninggalkan shalat secara sengaja. Barangsiapa yang telah meninggalkan shalat secara sengaja, maka Allah dan Rasul-Nya telah lepas tanggungan darinya,”
(HR. Ahmad)
Kutipan yang diambil dari Bab “Shalat Subuh. Mustahilkah ?”, halaman 43
“Tidak akan masuk neraka, orang yang Shalat sebelum matahari dan sebelum terbenam matahari.”
(HR. Muslim)
Kutipan yang diambil dari Bab “Menakar Nilai Shalat Subuh”, halaman 63
”Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.”
(HR. Al-Bukhari)
Catatan kaki yang diambil dari Bab “Menakar Nilai Shalat Subuh”, halaman 63
Dua waktu dingin itu adalah shalat Subuh dan Ashar.5
____________________
5. Dalam Fath Al-Bari disebutkan bahwa yang dimaksud dengan shalat “Al-Bardaini”(dua waktu dingin) adalah shalat Subuh dan Ashar. Disebut dingin, karena dua shalat tersebut terletak pada ujung hari (pagi dan sore), saat yang sejuk dan panas matahari tak lagi terik. (ed)
Catatan kaki yang diambil dari Bab “Menakar Nilai Shalat Subuh”, halaman 85
“Baransiapa mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna… dengan sempurna… dengan sempurna! (HR At-Tirmidzi).8
____________________
8. Walaupun ada sebagian yang mengatakan kedudukan hadist ini lemah, namun Imam At-Tirmidzi menyatakannya hasan, karena terdapat penguat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan banyak bukti lainny, sebagaimana yang dikatakan Al-Mundziri dalam kitabnya At-Targhib wat tarhib (ed).
Daftar Pustaka
MOH. RIFA’I, H., ILMU FIQIH ISLAM LENGKAP, Semarang: CV. TOHA PUTRA,1978.
HASSAN, A., TARJAMAH BULUGHUL MARAM, Bandung: CV. DIPONEGORO, 2001.
Buku kedua
Judul Buku : Sejarah Hidup & Perjuangan Rasulullah
Pengarang Buku : Abdullah Hadir
Penerbit Buku : Pustaka eLBA
Tempat dan Tahun : Surabaya, Juli 2009
Kutipan yang di ambil dari Bagian Perjuangan Melindungi Rasulullah, halaman 119 :
“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, ataumengazab mereka, karena sesungguhnya mereka mereka itu orang-orang yang zhalim.”(QS. Ali Imran : 128)
Kutipan yang diambil dari Bagian Perjanjian Hudaibiah, halaman 152
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon” (QS. Al-Fath : 18)
Catatan kaki diambil pada Bagian Perang Khaibar halaman 166
“Tenanglah, jika engkau telah sampai di hadapan mereka, serulah mereka kepada Islam. Beritakan kepada mereka apa yang menjadi hak Allah dalam Islam. Karena demi Allah, jika Allah memberi hidayah terhadap seorang saja karena perantaraanmu maka hal itu lebih baik bagimu dari onta merah”.1
__________________
1. Onta merah adalah harta yang paling berharga pada masyarakat Arab waktu itu.
Daftar Pustaka
Al-Hamid al-Husaini, H.M.H., 2004, PERISTIWA GAIB BARAKAT & MUKJIZAT KENABIAN MUHAMMAD SAW., Pustaka Hidayah, Bandung.
Buku Ketiga
Judul Buku : Latha’if al-Minan
Rahasia Yang Mahaindah
Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah
Pengarang Buku : Ibnu Athaillah
Penerbit Buku : SERAMBI
Tempat dan Tahun : Cetakan I: Jumadil Awal 1429 H/ Mei 2008 M
Kutipan yang diambil dari Kata Pengantar Halaman 23
Munajat Ibn Athaillah
“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dari keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepada-Mu aku meminta pertolongan. Maka, tolonglah aku! Kepada-Mu aku bersadar maka jangan tinggalkan diriku! Kepada-Mu aku mengkaitkan diriku diri maka jangan jauhkan diriku! Di pintu-Mu aku bersimpuh maka jangan kauusir aku! Kepada-Mu aku memintamaka jangan kecewakan diriku! Serta karunia-Mu yang kuinginkan maka jangan Kau haramkan aku darinya!”
Catatan kaki di ambil pada bagian Pendahuluan halaman 60
Misalnya Rasulullah berkata kepada Bilal r.a., “Berinfaklah wahai Bilai. Jangan takut Allah akan membuatmu miskin!”B
__________________
RRiwayat al-Bazzar dari Bilal. Juga diriwayatkan oleh al-Thabrani dari ibn Mas’ud
Daftar Pustaka
Abdurrahman El ‘Aishiy, Al-Hikam Ibn ‘Athaillah untuk Semua: Menemukan Kesadaran dan Pelita Hidup dari Nasihat Ibn ‘Athaillah, Jakarta: Hikmah, 2009
‘Aidh Al-Qarny, La Tahzan: Jangan Bersedih, Jakarta: Qisthi Press, 2005
B. Perbandingan Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka dari 3 Buku yang Berbeda
Perbandingan dari ketiga buku diatas dilihat dari bagian kutipan, catatan kaki, dan daftar pustakanya yaitu :
1. Perbandingan pertama, yakni membandingkan kutipan dari ketiga buku tersebut. Pada buku pertama, kedua, dan ketiga terdapat beberapa perbedaan dalam penulisan kutipan seperti penulisan nama atau sumber kutipan. Kutipan pada buku pertama penulisan sumber kutipan ditulis memisah ke samping kanan untuk menekankan sumber dari kutipan tersebut. Lalu, dari buku kedua penulisan sumber kutipan langsung setelah kalimat kutipan ditulis. Sedangkan, pada buku ketiga terlihat penulisan kutipan tidak dicetak miring melainkan dan penulisan sumbernya juga diletakkan di bagian atas kalimat kutipan.
Buku 1 :
“Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian shalat di masjid. Sedangkan shalat mereka di dalam rumah adalah lebih baik.”
(HR. Abu Daud)
Buku 2:
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon” (QS. Al-Fath : 18)
Buku 3:
Munajat Ibn Athaillah
“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dari keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepada-Mu aku meminta pertolongan. Maka, tolonglah aku! Kepada-Mu aku bersadar maka jangan tinggalkan diriku! Kepada-Mu aku mengkaitkan diriku diri maka jangan jauhkan diriku! Di pintu-Mu aku bersimpuh maka jangan kauusir aku! Kepada-Mu aku memintamaka jangan kecewakan diriku! Serta karunia-Mu yang kuinginkan maka jangan Kau haramkan aku darinya!”
Dari ketiga bentuk penulisan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa cara melakukan penulisan kutipan yang benar yaitu dengan mencantumkan sumber secara lengkap dan detail. Sedangkan, gaya penulisan kutipan itu sendiri tidak terlalu berpengaruh bagaimana bentuknya.
2. Perbandingan kedua, tujuan penulisan catatan kaki dari ketiga buku tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penulisan catatan kaki di buku pertama difungsikan untuk menjelaskan hal yang dimaksud pada tulisan berdasarkan sumbernya.
Berbeda, pada buku kedua dan ketiga catatan kaki difungsikan nutk menjelaskan hal-hal yang terkait pada tulisan tersebut pada kehidupan nyata beserta sumber-sumber yang berkaitan.
Buku 1 :
Dua waktu dingin itu adalah shalat Subuh dan Ashar.5
____________________
5. Dalam Fath Al-Bari disebutkan bahwa yang dimaksud dengan shalat “Al-Bardaini”(dua waktu dingin) adalah shalat Subuh dan Ashar. Disebut dingin, karena dua shalat tersebut terletak pada ujung hari (pagi dan sore), saat yang sejuk dan panas matahari tak lagi terik. (ed)
Buku 2 :
Setelah urusan perjanjian tersebut selesai semua, Rasulullah memerintahkan Sahabatnya untuk memotong hewan dam 1)
__________________
1. Dikenal dalam ibadah haji dan umrah, bahwa seseorang yang sudah melakukan ihram, lalu ingin membatalkan ibadahnya maka sebagai tahallul (tanda penyudah)-nya, dia harus menyembelih seekor kambing.(pent.)
Buku 3 :
Misalnya Rasulullah berkata kepada Bilal r.a., “Berinfaklah wahai Bilai. Jangan takut Allah akan membuatmu miskin!”B
__________________
RRiwayat al-Bazzar dari Bilal. Juga diriwayatkan oleh al-Thabrani dari ibn Mas’ud
3. Perbandingan ketiga, pada Daftar Pustaka disetiap buku diatas dituliskan dengan cara yang berbeda dan ditempat yang berbeda. Dari sisi cara :
Buku 1 : MISTERI SHALAT SUBUH.
MOH. RIFA’I, H., ILMU FIQIH ISLAM LENGKAP, Semarang: CV. TOHA PUTRA,1978.
HASSAN, A., TARJAMAH BULUGHUL MARAM, Bandung: CV. DIPONEGORO, 2001.
Buku 2 : Sejarah Hidup & Perjuangan Rasulullah.
Al-Hamid al-Husaini, H.M.H., 2004, PERISTIWA GAIB BARAKAT & MUKJIZAT KENABIAN MUHAMMAD SAW., Pustaka Hidayah, Bandung.
Buku 3 : Latha’if al-Minan
Rahasia Yang Mahaindah
Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah.
Abdurrahman El ‘Aishiy, Al-Hikam Ibn ‘Athaillah untuk Semua: Menemukan Kesadaran dan Pelita Hidup dari Nasihat Ibn ‘Athaillah, Jakarta: Hikmah, 2009
‘Aidh Al-Qarny, La Tahzan: Jangan Bersedih, Jakarta: Qisthi Press, 2005
Pada buku pertama penulisan tahun terlihat berbeda dengan buku kedua, jika di buku pertama penulisan tahunnya terletak dibagian akhir setelah Nama Penerbit, sedangkan di buku kedua penulisan tahun setelah Nama Penulis/Pengarang.
Pada buku pertama juga terlihat berbeda pada penulisan keterangan tempat dan waktu penerbitan, di buku pertama penulisan tempat diikuti dengan titik dua kemudian nama penerbit. Sedangkan, buku kedua penulisannya berada di bagian akhir pustaka tepat setelah nama penerbit.
Menurut analisis kami, umumnya beberapa buku yang diterbitkan di dalam negeri atau local biasanya menggunakan daftar pustaka seperti pada buku 1 dan 3, sedangkan beberapa lainnya yang merupakan terbitan luar negeri atau non local umumnya seperti pada buku kedua. Hasil analisis kami ini berdasarkan pada beberapa buku referensi di luar ketiga buku tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari ketiga bentuk penulisan di atas dapat disimpulkan bahwa cara melakukan penulisan kutipan yang benar yaitu dengan mencantumkan nama, tahun dan halaman sumber dari kata-kata yang ingin dikutip. Setiap penulis memiliki gaya penulisannya sendiri, namun tetap harus memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan teori yang ada.
Selain itu, pada penulisan catatan kaki tidak hanya digunakan untuk menjelaskan sumber dari kutipan yang diambil, tetapi juga bisa digunakan sebagai penjelasan terhadap sebuah pernyataan / teori. Begitu pula dengan daftar pustaka tidak harus dicantumkan pada akhir buku saja, tetapi juga bisa ditulis per bab dibagian akhirnya.
4.2 Saran
Pembuatan kutipan, catatan kaki maupun daftar pustaka, disarankan agar penulis memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar menurut aturan/teori, hal tersebut dianjurkan untuk mengurangi dan meminimalisir kekeliruan dalam penulisan karya-karya ilmiah. Tulisan atau buku yang menggunakan aturan penulisan ilmiah yang sesuai dengan kaidahnya umumnya memiliki nilai lebih tinggi, baik dari segi penyampaian informasi maupun nilai yang terkandung di dalamnya, lebih dari itu untuk melestarikan nilai-nilai sebuah kesastraan dan menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. As-Sirjani, Raghib., Misteri Shalat Subuh, AQWAM, Solo, 2006.
[2]. Haidir, Abdullah., Sejarah Hidup & Perjuangan Rasulullah, Pustaka eLBA, Jakarta, 2009.
[3]. Al-Sakandaris, Ibn Athaillah., Rahasia Yang Mahaindah, SERAMBI, Jakarta, 2008.