Insidensi kanker serviks uteri dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan hampir 300.000 meninggal dunia. Secara total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Dari data beberapa rumah sakit di Indonesia menurut perkiraan Depkes RI insidens kanker di Indonesia kurang lebih 100 kanker/100.000 penduduk per tahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun dengan kanker ginekologi pada tempat teratas dan kurang lebih ¾ diantaranya adalah kanker serviks uteri.2 Data lain menyebutkan di Indonesia, diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuan dengan usia yang lebih muda.3
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker cervix antara lain : riwayat berhubungan intim pada usia muda (<20 tahun), riwayat berganti-ganti pasangan, merokok, pemakaian obat-obat imunosupresan atau menderita penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh seperti AIDS, infeksi virus Herpes Simpleks tipe 2, infeksi Human Papilloma virus (HPV) dan sebagainya.4 Kanker pada kehamilan merupakan hal yang jarang dan kanker serviks merupakan keganasan yang paling sering pada kehamilan. Insidensi kanker serviks adalah 1,2 kasus per 10.000 kehamilan pada saat kehamilan saja dan 4,5 kasus per 10.000 kehamilan hingga 12 bulan pascapersalinan.5 Saat ini, frekuensi kanker serviks pada kehamilan semakin meningkat dengan semakin maju serta skrining rutin yang dilakukan. Bagaimanapun pengobatan keganasan serviks harus memperhatikan kondisi ibu serta janin dengan mempertimbangkan jenis terapi terbaik, waktu pemberian terapi demi kelangsungan hidup janin, efek pengobatan serta cara kelahiran.6
[download pdf lengkap]