Malnutrisi Energi Protein Berat Pada Anak Dengan Spondilitis Tuberkulosis

Malnutrisi adalah istilah umum ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan 9% anak di bawah usia 5 tahun mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat badan menurut tinggi badan di bawah -2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini berisiko terhadap kematian atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental yang berat.1
Kwashiorkor dan marasmus merupakan dua bentuk dari malnutrisi energi protein. Perbedaan mendasar antara kedua bentuk malnutrisi ini adalah ada (kwashiorkor) atau tidak (marasmus) adanya edema. Marasmus terjadi akibat intake protein dan kalori yang tidak adekuat, sedangkan kwashiorkor terjadi akibat intake protein yang tidak adekuat tetapi intake kalori masih dalam batas normal. Pada dasarnya, malnutrisi berat terjadi akibat asupan makanan yang menurun, dengan atau tanpa disertai gangguan metabolisme makanan spesifik.2
Malnutrisi berat, baik tipe kwashiorkor maupun marasmus, seringkali disertai penyakit yang menjadi dasar gangguan intake nutrisi. Kelainan tersebut, antara lain infeksi kronis, keganasan, gangguan imun, dan sebagainya.2 Malnutrisi merupakan masalah serius di dunia. Sekitar 49% dari 10,4 juta kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan kondisi malnutrisi energi protein.3 Pada anak, infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi di negara-negara berkembang. Beratnya penyakit dan penyebarannya ke esktrapulmonal secara langsung akan mempengaruhi keadaan metabolisme, status imun, dan perubahan anatomi. Keadaan lain berupa kelumpuhan, status keuangan orang tua selama pengobatan, dan kepedulian orang tua terhadap anak, secara tidak langsung akan memperparah status gizi anak dengan tuberkulosis.2,4
[download pdf lengkap]













.