OPINI TENTANG PEMIMPIN

“KHALIFAH”
Oleh DIANA RIAJI

"Bahwasanya Imam itu bagaikan perisai, dari belakangnya umat berperang dan dengannya umat berlindung." [HR. Muslim]

D
alam masa sekarang obsesi pergulatan antar partai dipertaruhkan, dimana money politicbebas berkeliaran hanya untuk mendapatkan kursi jabatan di pemerintahan. Hadith diibaratkan Seorang pemimpin merupakan tonggak ( tiang ) utama untuk kesejahteraan rakyatnya.
Sosok Umar bin khattab yang bergelar “Al-Faruq” yang semasa hidupnya diwarnai dengan peperangan pembebasan negeri-negeri islam dan penerapan peraturan dalam suatu pemerintahan, Umar bin Khattab tampil sebagai pemimpin yang berani dalam memperjuangkan kebenaran, pemimpin yang teguh dalam membedakan yang benar dan bathil. Keteguhannya dalam menaklukkan Palestina, ketika berada di Yerussalem. Umar bin Khattab memberikan toleransi, kebijaksanaan, dan tidak membedakan adanya perbedaan keyakinan, dan perdamaian  Muslim, Nasrani, dan Yahudi yang menjadikan ketiganya hidup berdampingan meski dengan aturan Islam. Salahudin diceritakan mengalahkan tentara perang Salib dalam pertempuran Hattin, penggambaran sosok Salahudin yang arif dan adil kepada masyarakat non-muslim dengan pembebasan meski masyarakat muslim telah banyak yang menjadi korban akibat kekejaman dari masyarakat zionis yang membunuh secara keji dan tidak berperikemanusiaan terhadap masyarakat muslim, atau pada masa kesultanan Ottoman yang diperintah dengan sistem bangsa (millet) yang gambaran dasarnya bahwa yang berbeda keyakinan diizinkan hidup menurut keyakinan dan system hukumnya sendiri, meskipun Kesultanan Ottoman adalah negara Islam yang diatur oleh orang-orang Islam, kesultanan tidak ingin memaksa rakyatnya untuk memeluk Islam. Sebaliknya kesultanan ingin memberikan kedamaian dan keamanan bagi orang-orang non-Muslim dan memerintah mereka dengan cara sedemikian sehingga mereka nyaman dalam aturan dan keadilan Islam.
Andai para pemimpin kita menjelma sosok Umar bin khattab? Pemimpin yang bisa melihat nasib para rakyatnya, pemimpin yang berani memberontak kekufuran golongan penindas, sehingga tak seorangpun terdzolimi. Namun realitasnya kehidupan lagaknya berbanding terbalik dengan masa kepemimpinan pada masa Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Kemiskinan semakin terpuruk, Pendidikan yang tidak merata, petani menjerit dengan hasil pertanian impor lebih membumi di negaranya sendiri, sedang hasil pertanian lokal drastis anjlok kalah saing dengan harga barang impor yang jauh lebih murah. bahkan kaum elit lagaknya semakin berkuasa dijagat persaingan bisnis dan ekonomi, para penguasa tertawa dengan parlentenya.
             Menelitik masa kejayaan Susilo Bambang Yudhono, yang tercatat sudah menjabat dua periode jabatan, dalam kepemimpinannya yang sedikit banyak mengalami pasang surut dalam perkembangan di segala sector ekonomi, pendidikan, dan keamanan meski tidak signifikan. Demokrasi sebagai kekuatan untuk mengambil hati rakyat, bahkan Obama pernah memberikan apresiasi terhadap politik Demokrasi yang diusung presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meski banyak pejabat yang terlibat dengan skandal hukum. Dalam kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tak sedikit kasus korupsi yang terkuak oleh KPK meski kenyataannya dalam beberapa kasus dinilai lamban dalam penangannya, sehingga beberapa penyelidikan kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negeri terjadi kesimpangsiuran berita. Mayoritas dari pelaku yang terlibat skandal korupsi diantaranya bebas bersyarat, yang kemudian memunculkan masalah baru dengan adanya politik uang mafia hukum di badan penegakan hukum itu sendiri. Paradigma politik pada masa Rasulullah dan sahabat-sahabatnya saat menjabat khalifah seharusnya menjadi acuan dan pedoman dalam memimpin kasanah perpolitikan dan kekuasaan di negeri yang tercinta ini.
Kepemimpinan sosok Umar bin Khattab mengingatkan kita pada rakyat China, dimana kekuasaan dibawah pimpinan Hu Cin Tao yang bertekad memberantas korupsi di negaranya dengan mengumumkan akan mempersiapkan seribu peti mati untuk pelaku pencurian uang di negara tersebut. Dalam buku “The China Business Handbook” disebutkan, pada tahun 2003 sebanyak 4.300 kasus diungkap dan sebagian divonis hukuman mati. Kebijakan itu menjadi China mengalami kemajuan dan perkembangan ekonomi yang pesat serta diperkirakan akan menjadi negara adidaya di dunia internasional. Pemimpin China yang memanifestasikan masyarakatnya dengan kearifan lokal yang menjadikan kekuasaannya sebagai amanah rakyat bukan sebagai mendongkrak langkah untuk jalan investasi untuk menambah pundi-pundi kekayaan. Subhanallah, suatu perubahan yang patut di contoh bagi pemimpin-pemimpin di dunia.
Semar yang digambarkan dalam mitologi jawa sebagai sosok yang mampu menerapkan falsafah kepemimpinan yang berhasil memajukan bangsa, sebagai simbol sosok pemimpin ideal, yang memiliki sifat rendah hati dan tidak serakah. Paribasan yang berwujud falsafah kebatinan bagi masyarakat Jawa ”denta denti kusuma warsa sarira cakra”. Penggambaran hakikat dari keadilan menurut pandangan orang Jawa, yang benar tidak dapat disalahkan, yang salah tidak boleh dibenarkan. Sayangnya, Pemimpin di masa kini bersikap apatis terhadap dengan paribasan ini. Ketika kepentingan muncul, asalkan ada uang dan kekuasaan, yang benar dapat menjadi salah, yang salahpun dapat menjadi benar. ( na’udzubillah )
Seorang pemimpin/Ulil Amri merupakan figur, yang mana seorang pemimpin harus mempunyai sifat sifat yang arif, bijaksana, sabar, tegas, adil, penuh perhitungan dalam setiap mengambil keputusan antara manfaat maupun madhorot terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin harus bertanggung jawab dalam menjalankan tugas yang diembannya. Namun sebagai rakyat juga harus taat kepada pemimpin “athi’ullaaha wa athii’urrosuula wa ulil amri minkum” taatlah kepada allah, taat kepada rosulmu, dan para pemimpin diantara kamu.













.