Ukm Sebagai Penggerak Ekonomi

Meski sebagian besar warga Jawa Barat tinggal di pedesaan, namun perkembangan pembangunan ekonomi di desa ternyata masih jauh tertinggal dibandingkan dengan pembangunan ekonomi di perkotaan. Hal itu terutama akibat makin terkonsentrasinya aliran investasi di perkotaan selama ini.
Menurut kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jabar, Drs. H.Mustopa Djamaludin, M.Si., upaya percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah perlu terus di dorong terutama pada wilayah strategis di pedesaan dalam suatu wilayah pengembangan ekonomi strategis.
Adanya kondisi itu, Mustopa menilai langkah sinergitas merupakan kunci suksesnya “Program Pertumbuhan Desa Melalui Pendekatan Kooperatif” yang telah digulirkan mulai tahun 2006 ini. Upaya tersebut sekaligus untuk mencapai target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jabar sebesar 80 pada tahun 2010 nanti.
Program pertumbuhan desa, menurut Mustopa, menempatkan masyarakat di pedesaan tidak hanya sebagai objek pembangunan. “Dengan kata lain, dari, oleh, dan untuk masyarakat”. Katanya.
Program tersebut bertumpu pada potensi ekonomi desa dalam suatu wilayah kecamatan dengan membentuk suatu jaringan sinergis, yang dikaji dan direncanakan secara partisipatif. Begitupun dalam realisasinya, dilakukan bersama-sama. Peran pemerintah hanya memberi dukungan, fasilitas, dan mediasi sesuai kebutuhan.

Implementasi program di lapangan misalnya, lebih banyak melibatkan unsur desa, kecamatan serta gerakan KUKM. Dinas yang membidangi KUKM Kab./Kota akan menjadi coordinator. Tenaga sarjana pendamping, dilibatkan guna memfasilitasi para pelaku ekonomi desa.
Mustopa mengakui, keberadaan KUKM selama ini terbukti telah memberikan manfaat yang sangat besar terhadap roda ekonomi daerah terutama dalam menyerap tenaga kerja. Dari jumlah KUKM di Jabar yang kini 7,2 juta unit mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 12,1 juta orang atau 92 % dari total pekerja yang ada.
Selain itu, KUKM mampu memberikan kontribusi pula terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Jabar sebesar 653,56%. Potensinya begitu besar untuk terus dikembangkan, apalagi sekira 99,99% pelaku usaha di Jabar selama ini adalah KUKM. “Karenanya, kehadiran KUKM perlu terus didorong dan dibina” ujar Mustopa.
Terkait Program Pertumbuhan Desa tersebut, Dinas KUKM Jabar sejak pertengahan tahun 2006 telah melakukan pula rangkaian pameran produk-produk KUKM per-wilayah se-Jabar. Upaya tersebut diharapkan bisa memberika nilai kontribusi yang baik terhadap aspek pemasaran.
Melalui pameran ini, menurut Mustopa, akan terbentuk konsolidasi potensi ekonomi dan terjalin kebersamaan antara KUKM, KUKM dengan buyer, maupun dengan masyarakat. Sehingga terjalin jaringan usaha guna membentuk sistem yang saling menunjang satu sama lain. Sekaligus, mendorong stakeholder terkait untuk mengembangkan KUKM di Jabar.
Sementara itu mengenai pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) selamai ini, Ketua Jaringan Kerja Produktif KUKM Jabar (JKPKJ), Iwan Gunawan, menilai masih menghadapi kendala klasik terutama aspek permodalan, pemasaran dan sumber daya manusia. Ditambah lagi, kendala legalitas seperti perizinan usaha yang masih berbelit-belit. 
Kendala akses permodalan misalnya, sektor perbankan dan lembaga keuangan masih dianggap eksklusif dalam menjalankan bisnisnya. Persoalan tersebut sebenarnya tidak terlepas pula dari kendala internal yang dihadapi UMKM. Contohnya, karakter UMKM masih ada yang buruk dalam memandang pengembalian kredit. Begitu pula perbankan yang memandang UMKM belum bankable untuk penuhi persyaratan.
Selain itu, masih adanya penafsiran yang beragam tentang istilah sasaran pembinaan, seperti UMKM, UKM (Usaha Kecil Menengah), IK (Industri Kecil), IKM (Industri Kecil Menengah), mitra binaan, dan koperasi. Beragamnya tafsiran itu, bagi beberapa pihak dipandang sebagai sumber masalah, bukan sebagai rantai penguat sinergi kerja sama.
Iwan mengakui, bagaimana pun juga untuk membantu dan membina UMKM-koperasi perlu adanya koordinasi antara lembaga/instansi Pembina KUKM. Karena dengan langkah itu dimungkinkan terwujud sinergitas dalam pembinaan. Sehingga, diharapkan pemberdayaan UMKM ke depan akan lebih terarah, berkesinambungan dan terukur.
Dalam mendukung upaya koordinasidan pembinaan KUKM tersebut, perlu pula kaji ulang untuk mempertegas kewenangan atau tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terutama pada dinas-dinas yang terkait langsung dengan pemberdayaan KUKM.
Selain itu juga, perlu adanya dukungan teknologi informasi (TI) yang memadai. Agar mudah memperoleh data atau kondisi UMKM secara cepat dan tepat, dapat digunakan misalnya sistem informasi online dan bisa diakses bak itu oleh instansi maupun UMKM sendiri.

Mengenai pembinaan usaha kecil di daerah, Iwan mengakui, perlu pendekatan yang berbeda sesuai dengan potensi karakteristik daerahnya masing-masing. Apalagi, antara perekonomian di pedesaan dan perkotaan masih ada perbedaan mencolok selama ini.
Iwan mencontohkan, di Kota Bandung prosepektif untuk dikembangkan usaha kecil berbasis “pengetahuan”, seperti usaha yang bergerak disektor jasa Teknologi Informasi (TI), telekomunikasi, desain dan jasa kreatif lain. “Memang sudah bayak jenis usaha itu tumbuh, tapi belum mendapat dukungan secara serius.” Katanya.

KEBERPIHAKAN MELALUI SENTRA UMKM DAN KREDIT MIKRO

Bagi Bank Jabar tahun 2006 ini tampaknya menjadi tahun UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Berbagai sektor usaha berskala kecil akan mendapat perhatian yang lebih besar lagi seiring dengan akan dibentuknya sentra UMKM serta didukung dengan skim kredit Mikro Utama.
Kedua hal ini akan menjadi awal baru kemitraan pengusaha kecil dan menengah dengan Bank Jabar. Bank Jabar berusaha keras “mencairkan” hubungan dengan PKM melalui pembentukan fasilitator dalam Sentra UMKM serta skim kredit dengan persyaratan yang lebih ringan dibanding dengan skim kredit dengan persyaratan yang lebih ringan dibanding dengan skim kredit lain yang sudah ada. 
Menurut Direktur Kredit Bank Jabar, Abas S.Somantri, penyaluran kredit bagi UMKM akan lebih menjadi perhatian utama ke depan. Mengingat, potensi UMKM di Jabar sangat besar selama ini. Dari sisi kuantitas saja misalnya, saat ini sudah terdapat 7 juta pelaku UMKM di Jabar.
Hingga periode September 2006 kredit Bank Jabar bagi UMKM telah mampu tumbuh signifikan sebesar 63,54 % atau senilai Rp.364,472 Milyar.
Untuk memberikan dukungan lebih besar kepada UMKM, Bank Jabar menyiapkan beberapa langkah strategis sebagai realisasi Kebijakan Umum Direksi Tahunan (KUDT) yang telah dicanangkan pada awal tahun 2006. Antara lain, pembentukan Sentra UMKM “Mitra Utama”, pengembangan produk perkreditan, peningkatan kerja sama penyaluran kredit, linkage program dan Expo UMKM Binaan Bank Jabar.
Abas menjelaskan, Sentra UMKM ini dibentuk sebagi pusat informasi terutama untuk mendukung program pembinaan dan pemberdayaan UMKM. Antara lain berfungsi menjalankan aspek pemasaran, administrasi (database), monitoring, serta aliansi strategis, dengan lembaga/instansi terkait.
“Melalui Sentra UMKM ini, diharapkan dapat membantu kantor-kantor cabang Bank Jabar dalam meningkatkan penyaluran kredit. Termasuk, untuk mencapai target penyaluran kredit tahun 2006 sebesar  Rp. 12,089 triliun, atau naik 20% dari realisasi penyaluran kredit tahun 2005 yang sebesar Rp.10,074 triliun,” ungkapnya.
Selain itu, Bank Jabar kini tengah mengembangkan kredit baru, baik itu yang khusus diperuntukkan bagi UMKM maupun bagi segmen pasar lainnya. Yakni, “Kredit Mikro Utama” bagi para pelaku UKM dan “KPR Multigriya Bank Jabar” untuk kredit kepemilikan rumah.
Kredit mikro utama merupakan kredit yang ditujukan bagi para pelaku usaha mikro yang memenuhi kriteria, dengan maksimum pinjaman dibatasi sampai dengan Rp.50 juta. Kredit ini akan diprioritaskan untuk dipasarkan melalui kantor-kantor cabang pembantu (KCP).
“Kami, optimis kredit mikro ini tidak akan menyebabkan kredit bermasalah yang baru. Kami tetap selektif memilih usaha kecil berkualitas. Memang, banyak debitur yang feasible tapi belum tentu bankable. Nah, di sinilah nanti peran Sentra UMKM untuk melakukan pengkajian, UMKM mana yang layak mendapat kredit serta monitoring terhadap kondisi kualitas kredit diseluruh Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu. Berdasarkan posisi per September 2006, NPL (gross) Bank Jabar masih sangat rendah sebesar 0,61% dan NPL (net) 0,17%,” tuturnya.
Sementara dalam meningkatkan kerja sama penyaluran kredit, Bank Jabar tahun ini telah menjalin kerja sama pula dengan Kemen Negara KUKM, dan ditunjuk sebagai Bank Pelaksana Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional Tahun 2006, yang termasuk di dalamnya Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM).
Program ini merupakan pengembangan usaha mikro melalui penguatan struktur keuangan KSP/USP koperasi dalam bentuk pinjaman modal atau dana bergulir yang bersumber dari dana APBN. Pelaksanaannya, dilakukan berdasarkan pola chanelling melalui kerja sama antara Kemenneg KUKM dengan Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia.
Abas menyebutkan, jumlah penyaluran dana dalam program P3KUM/P2WUM yang dilakukan melalui Bank Jabar sudah mencapai Rp.7,9 Milyar bagi 91 Koperasi Simpan Pinjam di Jabar dan Banten. Adapun, jumlah keseluruhan dana yang telah disalurkan melalui Bank Jabar dalam berbagai program tersebut hingga ini mencapai Rp.70,1 Milyar. Sedangkan Linkage Program, merupakan pemberian kredit UMKM yang penyalurannya dilakukan melalui Bank Perkreditan Rakyat atau Lembaga Keuangan Mikro lain. Upaya inidi antaranya sebagai implementasi salah satu tahap pelaksanaan program penguatan struktur perbankan nasional oleh BI dalam Arsitektur Perbankan Indonesia.
Mengenai posisi pemberian kredit Bank Jabar bagi BPR/LPK, Abas mengungkapkan, untuk periode September 2006 sudah mencapai Rp.12,5 Milyar bagi sekitar 26 BPR. Meski saat ini masih terbatas kepada BPR-BPR milik pemerintah daerah, namun ke depan diharapkan bisa menyentuh pula BPR-BPR swasta.
Upaya lain Bank Jabar untuk mendukung pengembangan UMKM ini, yakni akan menggelar “Expo UMKM Binaan Bank Jabar” pada 17-19 November 2006 nanti. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pameran produk hasil usaha UMKM, talkshow, dan lainnya. ”Diharapkan kegiatan ini bisa membantu UMKM yang menjadi binaan kami, terutama untuk memasarkan produk hasil usahanya,” kata Abas.
Melalui berbagai langkah dan program itu semua, Abas mengharapkan total pertumbuhan penyaluran kredit Bank Jabar pda tahun 2007 mendatang bisa mencapai 20%. Begitu pula hingga akhir tahun 2006 ini, pertumbuhan kreditnya akan mencapai 15%.















.