PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
Oleh : Marzuki, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan seorang siswa lingkungan sosial yang terdekat dengannya adalah lingkungan keluarga dan sekolah tetapi tidak melupakan kehidupan sosial di masyarakatnya. Salah satu pelajaran yang mempelajari mengenai kehidupan sosial adalah ilmu pengetahuan sosial. Tidak hanya pengetahuan mengenai keadaan alam lingkungan sosial saja tetapi juga segala hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial baik itu dampak positif, dampak negatif ataupun keadaan sosial yang ada di masyarakatnya.
Belajar pada dasarnya adalah proses yang bermakna untuk mencapai kompetensi atau kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup merupakan kebutuhan setiap orang, karena itulah belajar merupakan kegiatan untuk membentuk, mengembangkan dan menyempurnakan kecakapan hidup. Hanya mereka yang memiliki kecakapan hiduplah yang akan dapat bertahan dalam hidupnya dan menjadikan hidupnya lebih bermakna. Makna kehidupan terjadi dalam konteksnya, oleh karena itulah pelajaran akan menjadi bermakna bila dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata siswa.
Salah satu hal yang dekat dengan siswa adalah permasalahan sosial baik itu yang berskala besar maupun berskala kecil yang dekat dengan kehidupan anak. Permasalahan sosial pun sebenarnya bermacam-macam hanya saja siswa lebih tahu yang umum saja atau yang sedang hangat dibicarakan saja. Dan siswa biasanya hanya tahu saja tanpa ada rasa peduli sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa berlalu begitu saja. Maka perlu dicari suatu cara yang dapat merangsang jiwa keingintahuan siswa dan perubahan sikap kepedulian siswa. Oleh karena itu perlu adanya metode pembelajaran yang tepat untuk menjembatani masalah tersebut.
Metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah pembelajaran berbasis masalah, hal ini dikarenakan dengan penggunaan metode pembelajaran ini kita dapat memantau hasil kerja siswa dan memperkirakan adakah peningkatan pemahaman pada siswa atau tidak. Dalam penggunaan metode ini siswa diajak terlibat langsung selama proses pembelajaran sehingga akan membuat suasana belajar menjadi lebih aktif. Dengan cara siswa diminta untuk mencari masalah dan mengetahui permasalahan apa yang ada di daerahnya kemudian siswa diminta untuk menganalisa dan memperkirakan sikap apa yang dapat diambil untuk mengatasi masalah sosial yang ada tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah ini pun menjadi lebih interaktif karena tidak ada teacher center tapi guru sebagai fasilitator yang mengatur jalannya proses pembelajaran dan yang banyak bekerja adalah siswa sendiri. Sehingga sangat diharapkan melalui metode pembelajaran berbasis masalah ini suasana belajar akan menjadi aktif dan kepedulian siswa akan masalah sosial yang ada di daerahnya berkembang seiring sejalan dengan proses pembelajaran tanpa ada paksaan dari guru untuk paham dan mengerti akan suatu materi pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian modelpembelajaran berbasis masalah dan pemahaman.
2. Bagaimankah karakeristik model pembelajaran berbasis masalah.
3. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah.
4. Faktorapa saja yang mempengaruhi belajar.
5. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa.
C. Tujuan Pembahasan
Dari permasalah di atas, maka yang menjadi tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian pembelajaran berbasis masalah dan pemahaman.
2. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah.
3. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman belajar.
5. Pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan pemahaman siswa.
D. Manfaat
1. Model Pembelajaran berbasis masalah akan menjadi model alternative bagi para guru dalam melaksanakan tugasnya untuk menanamkan konsep wawasan nusantara.
2. Dengan adanya model pembelajaran ini akan mempermudah guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3. Dengan demikian model ini juga berguna bagi pengembangan profesionalitas guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkanterjadinya pertukaran ide secara terbuka.
Menurut Boud dan Felleti (1997), Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar (Fogarty, 1997).
Pembelajaran berbasis masalah adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Menurut Arends (dalam Dasna dan Sutrisno, 2008) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah yaitu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan berupa masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai konteks bagi siswa untuk melakukan aktivitasnya dalam memecahkan permasalahan yang disajikan secara ilmiah serta memperolehpengetahuan dan konsep esensial dari materi yang mereka pelajari.
2. Pemahaman
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2003: 636) kata paham mempunyai makana mengerti atau mempunyai pengetahuan yang banyak tantang suatu hal sesuai kebenaran yang ada. Sedangkan pemahaman adalah suatu proses atau cara memahami serta memahamkan sesuatu hal. Dapat dikatakan pemahaman siswa adalah kemampuan siswa untuk memahami, mencerna dan mengerti apa yang dipelajari atau yang di ajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Driver (dalam Suzana, 2003:22) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari pengertian ini ada tiga aspek pemahaman, yaitu:
a. Kemampuan mengenal
b. Kemampuan menjelaskan
c. Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan
Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampuan pada jenjang ini meliputi kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain, misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menangkap arti dari informasi yang diterima, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta mengungkapkan suatu konsep/prinsip dengan kata-kata sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami, mencerna dan mengarti suatu situasi atau tindakan yang telah dilakukan.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahim dan Nur, 2004) telah mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk sitausi itu.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
5. Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
C. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah.
Pemecahan masalah dalam PBM harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBM dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada peserta didik. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBM paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen dalam Dasna dan Sutrisno, 2008), yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Langkah mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBM.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman belajar.
Melihat proses belajar secara keseluruhan perlu diingat adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi. Menurut Dimyati (1999:228) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal
a) Sikap terhadap belajar
Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan menurunkan hasil belajar.
c) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan waktu belajar serta selingan istirahat.
d) Mengolah bahan belajar
Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan, sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
e) Menyimpan perolehan hasil belajar
Kemampuan siswa menyimpan perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek. Bagi siswa yang berkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah lupa.
f) Rasa percaya diri
Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
g) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar.
h) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan dalam mencapai tujuan.
2. Faktor eksternal
a) Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk sikap.
b) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang memadai dapat membatu meningkatkan hasil belajar.
c) Kebijaksanaan Penilaian
Keputusan tentang hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar, oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.
d) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Lingkungan sosial belajar yang kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku yang positif.
E. Pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan pemahaman siswa
Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada teori yang melandasi model pembelajaran berbasis masalah, dikatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah bertumpu pada pandangan konstruktivisme mengenai belajar. model pembelajaran berbasis masalah merancang agar siswa dapat belajar membentuk pengetahuannya sendiri baik secara mandiri maupun dengan bantuan masalah yang diberikan. Model pembelajaran berbasis masalah menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran yang secara aktif membangun pengetahuan melalui penyelidikan (inkuiri) untuk memecahkan masalah berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Dengan melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, diharapkan siswa bisa mengoptimalkan prestasi belajarnya setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Dasna dan Sutrisno (2007) mengemukakan bahwa gejala umum yang terjadi pada siswa pada saat ini adalah “malas berp ikir” mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap pendapat tersebut. Bila keadaaan ini berlangsung terus maka siswa akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain pelajaran di kelas adalah untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu, model pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong siswa berpikir dan bekerja ketimbang menghafal dan bercerita.
Berdasarkan ungkapan Dasna dan Sutrisno tersebut dapat dianalisis bahwa prestasi belajar siswa bisa ditingkatkan salah satunya melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Karena dengan pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk terlibat aktif. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.
Selain itu juga bisa dilihat dari karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah, dari uraian sebelumnya bisa dilihat bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari karena model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkanterjadinya pertukaran ide secara terbuka.
2. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBM ada delapan tahapan yaitu: mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, memilih cara untuk memecahkan masalah, merencanakan penerapan pemecahan masalah, melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
3. Pemahaman siswa bisa ditingkatkan salah satunya melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Karena dengan pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk terlibat aktif. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.
B. Saran
Bagi guru hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan. Guru juga harus memahami dan memvariasikan metode yang sesuai materi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan.
Bagi siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi, Mata Pelajaran IPS, Jakarta.
Nur, M., Wikandari, Prima, R., Sugiarto. (2003). Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: IKIP Surabaya.
Nur, M., Wikandari, Prima, R. (2002). Pendekatan-pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: IKIP Surabaya.
Pasek, Nyoman, I. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learni ng). Tersedia : www.lennalafiablogspot.com. [2 Maret 2012].
Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa SMUMelalui PembelajaranBerbasis Masalah . Tesis Program Pasca Sarjana UPI: Tidak diterbitkan.
Sadulloh, Uyoh. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.
Sapriya., Sundawa, Dadang, Siti, Masitoh, Iim. (2006). Bahan Belajar Mandiri: Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI.
Suzana, Yenny. (2003). Mengikatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognif. Tesis. PPS. UPI
Silahkah copy paste makalah ini.. mohon cantumkan sumbernya.